Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kini mampu bertengger di kisaran Rp 15.400/US$, setelah sejak April 2024 terus bergerak di kisaran atas Rp 16.000/US$.
Rupiah bergerak di level Rp 16.100/US$ sejak 7 Agustus 2024, berdasarkan catatan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia. Lalu, lompat ke level Rp 15.480/US$ pada 20 Agustus 2024.
Artinya, rupiah mampu menguat ke level Rp 15.400/US$ setelah 9 hari, dan terus mempertahankan level di bawah Rp 15.000-an sejak hari itu. Namun, pergerakan penguatan itu perlahan mulai ke level Rp 15.952/US$ terlebih dahulu, lalu ke kisaran Rp 15.687/US$ pada 15 Agustus.
Pergerakan rupiah hari ini pun makin mendekati asumsi kurs rupiah dalam APBN 2024 sebesar Rp 15.000, dan jauh meninggalkan asumsi makro RAPBN 2025 yang ditetapkan Presiden Joko Widodo di level Rp 16.100/US$.
Penetapan kurs rupiah dalam anggaran yang akan dilaksanakan pemerintahan Presiden Terpilih Prabowo Subianto itu pun mendapatkan kritikan khusus dari anggota dewan di DPR. Di antaranya anggota dewan dari Fraksi PDI Perjuangan.
Juru bicara Fraksi PDI Perjuangan Adisatrya Suryo Sulisto mengatakan nilai tukar Rupiah belakangan ini telah menguat, sehingga level Rp 16.100 yang ditetapkan dalam RAPBN tak lagi sejalan dengan proyeksi pelonggaran suku bunga The Fed pada 2025.
Oleh karena itu, PDI Perjuangan meminta asumsi Rupiah pada RAPBN 2025 tetap mengacu pada hasil kesepakatan dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEMPPKF), yakni dalam rentang Rp 15.300 sampai Rp 15.900.
"Penetapan nilai tukar rupiah yang melemah tersebut tidak sejalan dengan upaya kita selama ini untuk memperkuat nilai tukar rupiah," kata Adisatrya dalam Rapat Paripurna tentang Pemandangan Umum Fraksi-Fraksi Atas RUU APBN 2025 beserta Nota Keuangannya, pada Selasa, (20/8/2024).
Merespons kritikan itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, asumsi makro seperti kurs rupiah untuk 2025 itu sebetulnya belum angka pasti, karena masih akan dibahas lagi dengan para anggota dewan di Badan Anggaran atau Banggar DPR dan Komisi XI DPR untuk penetapan angka kongkritnya menjadi asumsi makro APBN 2025.
"Nanti kan kita bahas waktu dengan Banggar yah, dan juga dengan Komisi XI yah, kita lihat perkembangan-perkembangan terakhir ya," kata Sri Mulyani saat ditemui di kawasan Gedung Parlemen, Jakarta, Selasa.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu sebelumnya menekankan bahwa level rupiah dalam asumsi makro Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 itu sebagai bentuk kehati-hatian pemerintah terhadap dinamika kurs yang terjadi beberapa waktu terakhir.
"Itu kita bentuk kehati-hatian saja. Karena kita juga melihat dalam jangka pendek ini kan sebenarnya peluang untuk rupiah tetap menguat itu cukup besar," tegas Febrio dalam kesempatan terpisah.
No comments:
Post a Comment