Showing posts with label PT BESTPROFIT FUTURES. Show all posts
Showing posts with label PT BESTPROFIT FUTURES. Show all posts

Thursday, May 22, 2025

Jangan Kaget! Dolar AS Tak Sekuat Dulu, Bukan Lagi Tempat Berlindung

 

Ekonom Indonesia dan mantan Menteri Keuangan Indonesia, Chatib Basri menyampaikan paparan dalam DBS Asian Insights Conference di Jakarta, Rabu (21/5/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Ekonom Indonesia dan mantan Menteri Keuangan Indonesia, Chatib Basri menyampaikan paparan dalam DBS Asian Insights Conference di Jakarta, Rabu (21/5/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) tidak lagi menjadi aset lindung atau safe haven. Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Chatib Basri mengatakan itu karena kebijakan tarif resiprokal yang diusung Presiden AS Donald Trump, yang menyebabkan kekhawatiran dari pasar keuangan.

"Sebelum tarif resiprokal, saya berekspektasi, dengan tarif universal sekitar 10%. Ketika Presiden Trump berkuasa, saya mengharapkan bahwa dolar akan terus menjadi aset safe haven, ya. Tetapi bagi saya, tampaknya setelah tarif timbal balik, ada beberapa kekhawatiran dari pasar keuangan tentang peran dolar sebagai satu-satunya safe haven," ujar Chatib di acara DBS Asian Insights Conference di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (21/5/2025).

Menurutnya, ada kecenderungan terjadinya dedolarisasi, walaupun tidak dalam kasus ekstrem. Maka demikikan, Chatib mengatakan saat ini terjadi depresiasi dolar AS terhadap mata uang utama, termasuk rupiah.

"Ya, meskipun saat ini, rupiah masih sekitar 16.500. Jadi cara saya melihatnya, dalam situasi seperti ini, saya akan terkejut jika dalam jangka menengah, kita akan melihat depresiasi dolar AS terhadap mata uang utama," tandasnya.

Dalam situasi ini, Chatib menyebut Bank Indonesia (BI) memiliki ruang untuk memangkas suku bunga acuan. Tepat hari ini, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI telah memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan alias BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,5%.

"Saya melihat lebih banyak ruang, karena jika Anda melihat inflasi kita sekarang kurang dari 3%, 2,5%. Jika kecenderungan dolar AS terdepresiasi terhadap mata uang utama. Jadi saya tidak berpikir, saya pikir ada ruang bagi Bank Indonesia untuk intervensi," jelasnya.


Wednesday, May 7, 2025

CT, Haji Isam Sampai Prajogo Temani Prabowo Temui Bill Gates

 

Pertemuan Presiden Prabowo dengan Bill Gates dan Filantropis Indonesia, Rabu (7/5/2025). (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)
Foto: Pertemuan Presiden Prabowo dengan Bill Gates dan Filantropis Indonesia, Rabu (7/5/2025). (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menggelar pertemuan dengan tokoh filantropi dunia sekaligus pendiri Gates Foundation Bill Gates di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Rabu (7/5/2025). Turut hadir pula tokoh filantropi Indonesia dan menteri anggota Kabinet Merah Putih.

Dalam sambutannya, Prabowo mengungkapkan kalau setiap tahun, Gates Foundation memberikan bantuan sebesar US$ 9 miliar setiap tahun. Khusus untuk Indonesia, kepala negara mengatakan, Gates telah menyumbang lebih dari US$ 100 juta sejak tahun 2009.

"Jadi sesuatu yang menarik tadi saya bicara dengan beliau, beliau telah memberi hibah ke Indonesia senilai US$ 159 juta. Di kesehatan US$ 119 juta, pertanian US$ 5 juta, teknologi US$ 5 juta, bantuan sosial lainnya lintas sektor totalnya lebih dari US$ 28 juta lebih," kata Prabowo.

Berikut daftar pengusaha dan petinggi yang hadir di Istana Merdeka:

- Pemilik CT Corp, Chairul Tanjung

- Pemilik PT Alamtri Resources Tbk (ADRO), Garibaldi Thohir 

- Pemilik Arsari Group, Hashim Djojohadikusumo

- Pemilik Barito Group, Prajogo Pangestu

- Komisaris Indika Energy (INDY), Arsjad Rasjid

- Pemilik Artha Graha Group, Tomy Winata

- pemilik Lippo Group, James Riady

- Pemilik Salim Group, Anthony Salim

- Pemilik Mayapada Group, Dato Sri Tahir

- Pemilik Jhonlin Group, Andi Syamsuddin Arsyah (Haji Isam)

- Wakil Ketua Umum KADIN, Aryo Djojohadikusumo

- Wakil Ketua Komisi I DPR, Budisatrio Djiwandono

- Menkomdigi, Meutya Hafid

Tuesday, April 29, 2025

Rosan Ungkap Peran Besar BSI di Perbankan & Industri Syariah

 

Rosan Roeslani CEO Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BPI Danantara. (Tangkapan layar youtube Setpres RI)
Foto: Rosan Roeslani CEO Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BPI Danantara. (Tangkapan layar youtube Setpres RI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM sekaligus CEO Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danatara), Rosan Roeslani berbicara terkait peran besar PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS). Ia mengatakan kontribusi BSI mencapai 50% dari perbankan syariah.

Meski demikian dia mencatat ada peluang besar yang masih bisa ditangkap BSI mengingat porsi perbankan syariah terhadap industri perbankan nasional masih rendah, yakni hanya sekitar 9%.Menurut Rosan, Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim diharapkan perbankan syariahnya bisa terus meningkatkan pangsa pasar dan membantu financial inclusion yang hanya 12,7% untuk industri syariah.

"Saya meyakini dengan kolaborasi pemerintah dan dunia usaha, peran ekonomi syariah akan semakin besar. kecepatannya harus diakselerasi, sehingga peran ekonomi syariah bisa lebih besar dan baik ke depan," terang Rosan.

Rosan mengatakan ke depannya para BUMN termasuk BSI bisa bersinergi baik dari segi inklusi syariah, distribusi, dan sumber daya manusia (SDM).

"Karena kan di dalam BUMN ini banyak program-program syariah lainnya yang bisa dikerjasamakan. Karena kan ada insurance, itu bisa dikeresamakan, di distribusinya dengan perbankan juga. Kemudian ada capital market mungkin selama ini yang masih belum bisa, belum bergabung lebih besar, itu bisa kita kerjasamakan kita duduk bareng bagaimana ini bisa dikerjasamakan," jelas Rosan.

Ia mengatakan Danantara dan BSI serta para BUMN lainnya akan berdiskusi membahas potensi-potensi kerja sama yang dapat dijajaki.

"Ini harus kita tingkatkan di semua sektor yang berhubungan dengan penguatan ekonomi syariah termasuk juga dalam bidang pengembangan dunia usahanya, misalnya di retail dan lain-lainnya," tandasnya.

Monday, April 28, 2025

Low Tuck Kwong Kaya Raya, Ternyata "Dibantu" Ratu Belanda

 

Pendiri Bayan Resources, Datok Low Tuck Kwong. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pendiri Bayan Resources, Datok Low Tuck Kwong. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia — Sektor tambang batu bara menjadi bisnis yang menggiurkan karena menghasilkan keuntungan yang tinggi. Low Tuck Kwong merupakan konglomerat yang berhasil kaya raya di sektor tersebut.

Ternyata jalan sukses pengusaha tambang batu bara di Indonesia tak terlepas dari peran Ratu Belanda era 1840-an yang menggencarkan ekspedisi ke Kalimantan. Akibatnya, banyak pengusaha yang terjun ke bisnis ini setelah kandungan batu bara di wilayah itu ditemukan.

Pada 1846, eksploitasi batu bara pertama di Indonesia mulai terlaksana. Eksploitasi ini dilaksanakan setelah Ratu Belanda mengirimkan tim peneliti untuk membuktikan kabar penemuan cadangan batu bara yang besar di wilayah Kalimantan.

Penggalian ini menjadi sejarah penting. Sebab, dari sinilah pintu eksploitasi batu bara dibuka. Adanya perintah ratu tersebut membuat ambisi mengangkut batu bara dari bumi Kalimantan meningkat dan semakin besar hingga saat ini.

"Setelah 1945, karakteristik dan struktur industri pertambangan Indonesia tidak banyak mengalami perubahan sebab ekstraksi sumber daya mineral tetap ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar internasional," tulis Robert Siburian dalam "Pertambangan Batu Bara: Antara Mendulang Rupiah dan Menebar Potensi Konflik" (Masyarakat Indonesia, 2012).

Meningkatnya kebutuhan pasar internasional inilah yang membuat prospek bisnis batu bara di Indonesia semakin menjanjikan. Saat Soeharto berkuasa, investasi asing semakin mudah, sehingga penguasaan sumber daya alam oleh pihak swasta bukan lagi halangan. Salah satu yang tertarik adalah Low Tuck Kwong.

Kwong tumbuh dan besar di Singapura. Ada kabar kalau selama hidupnya di sana ia belajar berbisnis di usaha ayahnya yang dikenal sebagai pebisnis ulung di bidang konstruksi.

Dalam situs resmi Bayan Group, pria kelahiran 1948 ini datang ke Indonesia pada 1972.

Kala itu ia masih berstatus sebagai Warga Negara Singapura. Karena terlebih dahulu handal di bidang kontruksi, ia lantas mendirikan perusahaan kontraktor di Tanah Air bernama PT Jaya Sumpiles Indonesia (JSI) setahun kemudian.

Kwong mengklaim kalau perusahaan yang bergerak di bidang pekerjaan umum ini menjadi perintis pekerjaan pondasi tiang pancang selama kurun 1980-1990-an.

Pada 1988, JSI putar haluan. Kwong mulai melirik potensi industri batu bara karena meningkatnya permintaan pasar internasional. Alhasil, 10 tahun kemudian dan lima tahun setelah resmi jadi Warga Negara Indonesia, tepatnya pada 1997, terjadilah kontrak dan pengakuisisian dua perusahaan batu bara, yakni PT. Gunung Bayan Pratamacoal (GBP) dan PT. Dermaga Perkasapratama (DPP).

PT. Gunung Bayan Pratamacoal (GBP) adalah perusahaan milik Haji Asri yang telah jadi pemain lama di sektor batu bara Kalimantan Timur. Kwong membeli sahamnya seharga Rp 5 Miliar.

Belakangan, Kwong menyatukan dua perusahaan itu menjadi satu perusahaan induk: PT. Bayan Resources Tbk (BYAN). Sejak saat itulah, BYAN memiliki hak eksklusif pertambangan dari pemerintah Indonesia. Pada 2021, perusahaannya menerima lima kontrak dan tiga kuasa pertambangan dari pemerintah Indonesia. Total konsesinya mencapai 81. 265 hektar.

Kini di tengah situasi global tidak menentu, Kwong ibarat tertimpa durian runtuh. Meningkatnya harga batu bara di pasar global berarti meningkatkan pula harta kekayaan Kwong.

Terbukti, Forbes menempatkannya sebagai orang terkaya di Indonesia pada 2022 menyingkirkan Hartono bersaudara yang sudah memegang mahkota itu sejak 2008. Memang, ia juga berbisnis di sektor teknologi, tetapi batu bara tetap menjadi tulang punggung utama kekayaan Kwong.

Wednesday, April 23, 2025

Asing Terciduk Diam-diam Borong 10 Saham Ini Kala IHSG Naik

 

Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham saat Pembukaan Perdagangan Tahun di Gedunh Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (2/1/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham saat Pembukaan Perdagangan Tahun di Gedunh Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (2/1/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan penguatannya dengan ditutup naik lebih dari 1%. Indeks ditutup naik 1,43% ke posisi 6.538,26 pada perdagangan Selasa (22/4/2025).

Nilai transaksi mencapai Rp9,89 triliun dengan volume perdagangan mencapai 18,10 miliar saham yang berputar 1,09 juta kali. Sebanyak 371 saham naik, 220 turun, dan 210 tidak bergerak.Sementara itu, investor asing tercatat melakukan pembelian bersih sebesar Rp122,32 miliar di seluruh pasar dan sebesar Rp176,00 miliar di pasar reguler. Di samping itu, penjualan bersih asing tercatat mencapai Rp53,68 miliar di pasar negosiasi dan tunai.

Lantas, saham-saham apa saja yang kompak menjadi incaran asing yang mendorong pergerakan IHSG? Mengutip Stockbit, berikut net foreign buy perdagangan Selasa!

1. PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) - Rp145,50 miliar

2. PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) - Rp139,78 miliar

3. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) - Rp134,89 miliar

4. PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk. (PANI) - Rp55,41 miliar

5. PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) - Rp48,07 miliar

6. PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) - Rp34,94 miliar

7. PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) - Rp21,27 miliar

8. PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk. (ACES) - Rp18,36 miliar

9. PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) - Rp17,76 miliar

10. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) - Rp16,79 miliar

Monday, April 21, 2025

Tiba-tiba Ramai Orang RI Beli Emas, Keputusan Tepat?

 

Suasana gerai ANTAM di Pondok Indah Mall (PIM), Jakarta, Minggu (6/5/2025). (CNBC Indonesia/Emir Yanwardhana)
Foto: Suasana gerai ANTAM di Pondok Indah Mall (PIM), Jakarta, Minggu (6/5/2025). (CNBC Indonesia/Emir Yanwardhana)

Jakarta, CNBC Indonesia - Masyarakat berbondong-bondong membeli emas usai lebaran. Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia, antrian beli emas bahkan sampai mengular. Lantas, apakah tepat membeli emas saat ini?

Salah satunya antrean panjang ratusan meter mengular terjadi di lantai dasar Pondok Indah Mall (PIM) 1, Minggu (6/5/2025). Ternyata antrean ini disebabkan orang-orang berbondong membeli emas.

Dari pantauan CNBC Indonesia, pukul 10.30 WIB, antrean di gerai terlihat mengular sekitar 200 meter panjangnya, dengan kondisi antrean yang dibuat berliku-liku. Namun tidak berhenti di situ, manajemen mall bersama Antam membagi dua antrean untuk pembelian emas.

Para pemburu emas Antam ini rela antre berjam-jam demi mendapatkan logam mulia yang harganya tengah "diskon".

Berdasarkan website logam mulia, harga emas Antam tercatat Rp1.781.000 per gram pada Minggu (6/4/2025). Angka tersebut turun dibandingkan harga emas saat rekor di Rp1.836.000 per gram pada Kamis (3/4/2025).

Saat harga sedang turun memang menjadi kesempatan baik untuk membeli emas. Sebab aset yang dijuluki safe haven tersebut menjadi pelindung risiko ekonomi yang dapat menggerus nilai aset.

Suasana gerai ANTAM di Pondok Indah Mall (PIM), Jakarta, Minggu (6/5/2025). (CNBC Indonesia/Emir Yanwardhana)Foto: Suasana gerai ANTAM di Pondok Indah Mall (PIM), Jakarta, Minggu (6/5/2025). (CNBC Indonesia/Emir Yanwardhana)

Selain sebagai lindung nilai, emas dapat menjadi pilihan investasi jangka panjang bagi para investor. Sebab emas adalah instrumen investasi minim risiko.

Salah satu kekhasan emas sebagai aset investasi adalah nilainya tetap bertahan bahkan semakin bertumbuh saat ekonomi sedang gonjang-ganjing atau bahkan resesi. Hal ini juga yang membuat harga emas terus melonjak dan mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa di tengah ketidakpastian ekonomi akhir-akhir ini dan mungkin akan terus berlanjut.

Sehingga bisa dikatakan kilau harga emas akan masih terus terpancar ke depan.

Penurunan emas yang terjadi saat ini temporer dan berpotensi melanjutkan kenaikan karena bersiap menghadapi gejolak ekonomi yang dipicu oleh perang dagang Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

"Ketidakpastian adalah salah satu faktor utama yang menyebabkan minat baru terhadap emas," ujar Krishan Gopaul, analis senior di World Gold Council, kepada Financial Times yang dikutip Minggu (6/4/2025).