
Jakarta, CNBC Indonesia - Sudah lebih dari dua pekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertengger di bawah level psikologis 7.000. Pergerakan IHSG pun masih berat sepanjang pekan ini, berakhir terkoreksi tipis meski sempat dibuka menguat.
Salah satu penyebab utamanya adalah aksi penjualan bersih investor dari pasar modal RI. RTI Business mencatat, dalam sepekan terakhir, asing tercatat melakukan net sell sebesar Rp1,93 triliun di pasar reguler.
Menurut Direktur Panin Asset Management Rudiyanto, investor asing masih menempatkan porsi investasi di Indonesia lebih kecil alias underweight lantaran beberapa kebijakan pemerintah. Meskipun pemerintah telah melakukan beberapa revisi untuk mengubah pandangan investor, ia menyebut masih butuh waktu karena menunggu realisasi perubahan kebijakan tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi RI.
"Secara umum Indonesia oleh asing masih dipandang sebagai negara berbasis komoditas, dengan harga komoditas yang stagnan atau turun, maka belum ada story yang menarik untuk Indonesia," kata Rudiyanto kepada CNBC Indonesia, Jumat (4/7/2025).
Terpisah, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan mengatakan investor asing masing memasang sikap wait and see karena karena kekhawatiran atas perkembangan ekonomi global, termasuk negosiasi tarif dengan Amerika Serikat (AS) yang belum jelas.
Selain itu, ia menyebut kinerja emiten perbankan, yang biasanya jadi pilihan unggulan investasi asing saat ini mengalami perlambatan kinerja.
Menurut Ekky, investor asing itu tidak bisa berinvestasi sembarangan karena pasar Indonesia kecil.
"Jadi masuknya ya, ke saham saham tertentu saja, kalau pilihan saham yang sedikit ini kinerjanya melemah, ya wajar belum kembali," katanya.
Pada perdagangan hari ini, indeks sempat dibuka menguat 0,5% namun tak lama kemudian kembali terperosok ke zona merah, berada di posisi 6.861,93. Lantas, sejak 19 Juni lalu, indeks acuan utama pasar modal RI itu belum berhasil kembali ke level 7.000.
No comments:
Post a Comment