Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Dolar Asia, Melawai, Blok M, Jakarta, Selasa, (3/10). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2023 dinilai cukup keras.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah melemah ke angka Rp15.475/US$ atau melemah 0,55% tak sampai 30 menit setelah pasar dibuka. Posisi ini juga merupakan yang terlemah sejak 28 November 2023 dan mematahkan tren penguatan tiga hari beruntun.
Sedangkan indeks dolar AS (DXY) pada 09.21 WIB tercatat menguat 0,08% ke posisi 102,85 atau lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan Rabu (29/11/2023) di angka 102,76.
Dalam PTBI 2023, Presiden Jokowi menyinggung kondisi sektor riil, di mana pelaku usaha mengeluhkan minimnya peredaran uang imbas dari pembelian instrumen keuangan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia.
Hal ini tercermin dari uang beredar dalam arti luas (M2) pada Oktober 2023 hanya tumbuh 3,4% (year on year/yoy) pada Oktober 2023. Pertumbuhan tersebut adalah yang terendah dalam sejarah Indonesia. Anjloknya uang beredar juga diperparah dengan pertumbuhan kredit yang jalan di tempat serta Dana Pihak Ketiga (DPK).
DPK per Oktober 2023 hanya tumbuh 3,43% atau jauh lebih rendah dibandingkan September yang tercatat 6,54%. DPK terus melambat dari 9% pada akhir tahun lalu menjadi di kisaran 3% pada Oktober. Kondisi ini mencerminkan makin tipisnya dana yang tersedia di bank.
Selain itu, Presiden Jokowi juga memberikan pernyataan keras perihal penyaluran kredit.
Untuk diketahui, kredit perbankan tumbuh stagnan di angka 9%. Kredit perbankan hanya tumbuh 8,99% per Oktober 2023, naik tipis dibandingkan September 2023 yang tercatat 8,96%.
Kredit perbankan bahkan dalam tren penurunan sejak akhir tahun dari 11,35% per Desember 2022 menjadi di kisaran 9%.
Alhasil, tampaknya investor menilai kondisi perbankan Indonesia tidak cukup baik sehingga potensi outflow dalam waktu dekat dapat mungkin terjadi yang berujung pada tekanan terhadap nilai tukar rupiah.
CNBC INDONESIA RESEARCH