Showing posts with label BESTPROFIT FUTURES. Show all posts
Showing posts with label BESTPROFIT FUTURES. Show all posts

Friday, November 22, 2024

Timah (TINS) Cetak Laba Bersih Rp 909 M, Terbang 1.139% di Q3 2024

 

An employee works next to molten iron at a steel mill of Dongbei Special Steel in Dalian, Liaoning province, China July 17, 2018. REUTERS/Stringer  ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. CHINA OUT.
Foto: REUTERS/Stringer

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten tambang timah PT Timah Tbk. (TINS) mencatatkan laba bersih sebesar Rp909 miliar pada kuartal III-2024. Perolehan itu melesat 1.139% secara tahunan (yoy), dan membalikkan rugi bersih Rp87 miliar pada periode yang sama setahun yang lalu.

Kinerja bottom line yang positif itu tidak terlepas dari kinerja top line yang juga tercatat tumbuh 29% yoy menjadi Rp8,25 triliun pada sembilan bulan pertama tahun ini, dari sebelumnya Rp6,37 triliun. Perolehan ini ditorehkan di tengah kenaikan harga jual rata-rata logam timah sebesar 15% dari US$27.017 per metrik ton di kuartal III-2023 menjadi US$31.183 per metrik ton di kuartal III-2024.


Di sisi lain, harga pokok pendapatan TINS naik sebesar 4,5% dari Rp5,79 triliun di kuartal III-2023 menjadi Rp6,05 triliun di kuartal III-2024. Sehingga Perseroan membukukan laba usaha sebesar Rp1,42 triliun dengan pencapaian EBITDA sebesar Rp2,08 triliun atau 194% dari kuartal III-2023.

Sementara itu, nilai aset Perseroan pada sembilan bulan pertama tahun ini turun 0,3% menjadi Rp12,82 triliun dari Rp 12,85 triliun pada posisi aset akhir tahun 2023. Sementara, posisi liabilitas Perseroan turun 14,8% sebesar Rp5,63 triliun, dibandingkan posisi akhir tahun 2023 sebesar Rp6,61 triliun dikarenakan berkurangnya interest bearing debt (IBD).

Posisi ekuitas sebesar Rp7,18 triliun, naik 15,1% dibandingkan posisi akhir tahun 2023 sebesar Rp6,24 triliun.

Di samping itu, TINS juga menunjukkan rasio keuangan penting di antaranya Quick Ratio sebesar 76,0%, Current Ratio sebesar 249,0%, Debt to Asset Ratio sebesar 44,0%, dan Debt to Equity Ratio sebesar 78,4%.

Dalam meningkatkan kinerja keuangan, TINS melakukan reprofiling pinjaman dan refinancing pinjaman jangka panjang dengan suku bunga yang lebih kompetitif serta telah menurunkan Interest Bearing Debt sebesar Rp 1,4 triliun dari Rp 3,5 triliun di akhir tahun 2023 menjadi Rp 2,1 triliun di September 2024. Hal ini berdampak pada peningkatan kesehatan rasio keuangan perusahaan pelat merah itu.

Thursday, November 21, 2024

Breaking! Rupiah Anjlok, Dolar AS Nyaris Tembus Rp16.000

 

Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah rilis data Bank Indonesia (BI) soal suku bunga dan penantian perihal rilis transaksi berjalan dan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI).

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka melemah 0,13% di angka Rp15.880/US$ pada hari ini, Kamis (21/11/2024). Namun, rupiah tampak melemah lebih lanjut hanya dua menit sejak perdagangan dibuka yakni sebesar 0,5% ke angka Rp15.940/US$.

Sementara DXY pada pukul 08:59 WIB turun 0,11% di angka 106,56. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan posisi kemarin yang berada di angka 106,68.

Kemarin, BI telah menyampaikan untuk menahan suku bunganya di angka 6%. Hal ini disampaikan Gubernur BI, Perry Warjiyo untuk tetap menjaga terkendalinya inflasi dalam sasaran yang ditetapkan pemerintah 2,5 plus minus 1% pada 2024 dan 2025 serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan

Perry menyatakan fokus kebijakan moneter untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak semakin tingginya ketidakpastian geopolitik dan perekonomian global dengan perkembangan politik di AS.

"Ke depan BI akan terus perhatikan pergerakan Nilai Tukar Rupiah (NTR) dan prospek inflasi serta perkembangan data dan dinamika kondisi yang berkembang dalam mencermati ruang penurunan suku bunga kebijakan lebih lanjut," terangnya.

Di lain sisi, tensi geopolitik tampak semakin tinggi setelah Ukraina menembak sejumlah target di Bryansk, Rusia menggunakan senjata jarak jauh milik Amerika Serikat (AS), Army Tactical Missile System (ATACMS), menyerang kota-kota Rusia.

Hal ini ditengarai membuat DXY mengalami lonjakan pada perdagangan kemarin.

Selain itu, pada pagi hari ini, BI kembali akan melaporkan angka transaksi berjalan dan NPI yang dinantikan pelaku pasar.

Hasil rilis nanti akan menjadi pertimbangan bagi investor khususnya dana asing apakah kembali ke pasar keuangan domestik atau tidak.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Wednesday, November 20, 2024

Sah! BI Rate Tetap 6% di November 2024

 

CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia-Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan suku bunga acuan alias BI rate pada level 6% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung selama 19-20 November 2024.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan mempertahankan BI rate 6%," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (20/11/2024)

BI juga memutuskan suku bunga Deposit Facility juga dipangkas menjadi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility menjadi 6,75%.

Konsensus CNBC Indonesia yang dihimpun dari 17 lembaga/institusi mayoritas memproyeksikan bahwa BI akan memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) ke level 5,75%. Sedangkan delapan institusi memproyeksi bahwa BI akan kembali menahan suku bunganya di level 6%.

Tuesday, November 19, 2024

Pasar Tunggu BI Rate, Dolar Turun ke Rp15.790

 

Pekerja memperlihatkan uang dolar di salah satu gerai money changer di Jakarta, Senin (4/7/2022).  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah penantian hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) esok hari.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka menguat 0,34% di angka Rp15.790/US$ pada hari ini, Selasa (19/11/2024). Apresiasi rupiah ini senada dengan penutupan perdagangan kemarin (18/11/2024) yang menguat tipis 0,03%.

Sementara DXY pada pukul 08:58 WIB turun 0,06% di angka 106,21. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan posisi kemarin yang berada di angka 106,27.

Sentimen penggerak rupiah hari ini yakni RDG BI yang akan dimulai pada Selasa pekan ini hingga Rabu, dan hasilnya akan diumumkan pada Rabu siang.

Pelaku pasar menanti apakah BI akan kembali menahan suku bunga acuannya di tengah merananya rupiah dalam beberapa hari terakhir. Pada hari yang sama, BI akan merilis kebijakan terbaru dari deposit facility rate dan lending facility rate.

Sebagai catatan, pada Oktober lalu, BI menahan suku bunganya di level 6% dengan Suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.


"Keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5% pada 2024 dan 2025," jelas Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur di kantornya, Rabu (16/10/2024).

Kebijakan tersebut ditujukan juga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi serta menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

"Fokus kebijakan moneter jangka pendek ini pada stabilitas nilai tukar rupiah karena meningkatnya ketidakpastian para keuangan global," ujarnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Friday, November 15, 2024

Asing Diam-Diam Koleksi Saham Tambang Kala IHSG Melemah

 

Advertisement by ContextAds

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan Kamis (14/11/2024), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ke level psikologis 7.200 usai ditutup ambruk 1,29% ke posisi 7.214,56.

Nilai transaksi indeks kemarin mencapai sekitar Rp 10,92 triliun dengan melibatkan 23,14 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,17 juta kali. Sebanyak 173 saham menguat, 431 saham melemah, dan 182 saham stagnan.

Sementara itu, investor asing tercatat melakukan penjualan bersih sebesar Rp795,34 miliar di seluruh pasar. Dengan rincian, sebesar Rp733,31 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp62,03 miliar di pasar negosiasi dan tunai.

Di samping itu, ada sejumlah saham yang masih menjadi pilihan asing yang terbanyak. Mengutip RTI Business, berikut net foreign buy perdagangan Kamis!

1. PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) - Rp53,4 miliar

2. PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) - Rp18,6 miliar

3. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) - Rp15,8 miliar

4. PT MD Entertainment Tbk. (FILM) - Rp13,9 miliar

5. PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) - Rp12,7 miliar

6. PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) - Rp12,3 miliar

7. PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) - Rp8,0 miliar

8. PT Timah Tbk. (TINS) - Rp6,9 miliar

9. PT Triputra Agro Persada Tbk. (TAPG) - Rp5,5 miliar

10. PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) - Rp5,3 miliar

Thursday, November 14, 2024

Warren Buffett Sarankan Anak Muda Beli Rumah Ketimbang Saham, Kenapa?

 

Benjamin Graham
Foto: Benjamin Graham (Dok. beyondbengraham.com)

Jakarta, CNBC Indonesia - Warren Buffett dikenal sebagai sosok yang nasihat investasinya banyak didengar publik. Pada 2012, ia memberi pandangan terkait pertanyaan investor muda: apakah lebih baik membeli saham atau rumah pertama?

Dalam wawancara bersama Becky Quick dari CNBC, Buffett menyarankan jika seseorang berencana tinggal di satu tempat selama lima hingga sepuluh tahun, membeli rumah dengan kredit jangka panjang bisa jadi pilihan yang baik. Ia menyebutkan bahwa membeli rumah dengan hipotek 30 tahun adalah kesepakatan yang menarik.Buffett bahkan memberikan saran tambahan: jika Anda memiliki keterampilan renovasi, pertimbangkan untuk membeli beberapa rumah, memperolehnya dengan harga murah, lalu menyewakannya. Ide ini cocok bagi mereka yang dapat menangani renovasi ringan dan mengelola penyewa.

Mengutip Benziga.com, pada 2024, kondisi pasar properti telah berubah dengan harga melonjak dan suku bunga hipotek yang tidak serendah dulu. Apakah nasihat Buffett masih relevan? Jawabannya adalah ya, meski dengan beberapa penyesuaian tambahan.

Meski harga tinggi, prinsip dasar yang ditekankan Buffett tetap membuat kepemilikan rumah menarik. Kepemilikan rumah dapat memberikan stabilitas finansial dan perlindungan dari inflasi, sebab nilai properti biasanya naik seiring waktu.

Bagian favorit Buffett dari kepemilikan rumah adalah hipotek 30 tahun. Berbeda dengan sewa yang bisa naik setiap tahun, hipotek dengan suku bunga tetap memberi kepastian pembayaran dalam jangka panjang.

Meski tingkat suku bunga hipotek saat ini lebih tinggi daripada satu dekade lalu, mengunci pembayaran tetap masih bisa menjadi langkah yang baik. Terutama jika inflasi terus meningkat, langkah ini dapat menawarkan kestabilan finansial jangka panjang.

Namun, nasihat Buffett mengenai properti sewaan saat ini lebih sulit diterapkan. Strateginya membeli properti tertekan, memperbaikinya, dan menyewakannya mungkin lebih mudah dilakukan ketika harga properti masih rendah.

Meski harga murah sulit ditemukan, masih ada peluang di kawasan yang berkembang atau pemukiman yang direvitalisasi. Kawasan ini dapat memberikan nilai bagus, terutama bagi mereka yang siap melakukan renovasi.

Nasihat Buffett bagi investor muda saat ini adalah berhati-hati sebelum melangkah. Dengan harga dan suku bunga tinggi, pertimbangkan dampak finansialnya dengan cermat serta biaya perawatan properti.

Bagi investor muda yang ingin membeli rumah pertama atau mencoba investasi properti sewaan, real estate tetap menjadi pilihan investasi stabil. Namun, jangan berharap hasil instan - ini semua tentang bermain dalam jangka panjang.