Melansir data Refinitiiv, pada akhir perdagangan kemarin, Kamis (12/10/2023) rupiah ditutup di posisi 15.685/US$ atau menguat 0,03% terhadap dolar AS. Posisi ini senada dengan penguatan pada penutupan perdagangan hari sebelumnya (11/10/2023) yang juga menguat 0,25% dan menjadi yang terkuat sejak 6 Oktober 2023.Penguatan rupiah terjadi dikala ketidakpastian eksternal masih tinggi, terutama pada perdagangan kemarin pelaku pasar fokus menanti data inflasi AS. PT BESTPROFIT
Baru rilis semalam, inflasi AS hasilnya diluar dugaan kembali melaju kencang pada September 2023. Inflasi AS menembus 0,4% (mtm) dan 3,7% (yoy) pada September 2023.
Inflasi melaju lebih kencang dibandingkan ekspektasi pasar yakni 0,3% (mtm) dan 3,6% (yoy). Kenaikan inflasi AS disumbang oleh sektor perumahan yang naik 0,6% (mtm) dari sebelumnya 0,2% di Agustus. Lonjakan harga bahan bakar juga membuat inflasi tetap kencang. Inflasi pada bahan pangan tetap stagnan di angka 0,2%.
BEST PROFIT
BESTPROFIT
PT BESTPROFIT FUTURES
BPFData inflasi membuat pasar kecewa karena mencerminkan masih panasnya ekonomi AS. Kondisi ini akan berujung pada ketatnya kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) ke depan. Selain Itu, inflasi September masih jauh dari target sasaran The Fed yakni 2%.
Inflasi juga diperkirakan sulit turun ke depan karena tingginya imbal hasil US Treasury serta lonjakan harga energi akibat perang Israel vs Hamas.
US Treasury tenor 10 tahun kini mendekati 5% dan diyakini akan membuat bunga pinjaman perumahan melesat sehingga inflasi pada sektor tersebut sulit turun ke depan.
Tak hanya inflasi konsumen, AS pada Rabu (11/10/2023) telah merilis data Inflasi harga produsen (PPI) di Amerika Serikat. Secara bulanan, PPI September melandai ke 0,5% dibandingkan bulan sebelumnya 0,7%, hanya saja masih lebih panas dari perkiraan pasar di 0,3% Sementara dalam basis tahunan, PPI malah 2,2% dibandingkan bulan Agustus sebesar 2% dan ekspektasi pasar di 1,6%.
Selain itu, pada Kamis dini hari (12/10/2023), risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) atau FOMC Minutes menunjukkan mayoritas partisipan melihat satu lagi kenaikan di masa depan akan menjadi keputusan yang tepat tetapi sebagian lagi melihat tidak perlu ada kenaikan.
"Kebijakan akan tetap terbatas untuk beberapa waktu sampai Komite percaya diri jika inflasi AS sudah bergerak ke target sasaran," tulis risalah FOMC.
Untuk diketahui, Ekonom The Fed mencatat bahwa perekonomian telah terbukti lebih tangguh dari perkiraan tahun ini, namun mereka menyebutkan sejumlah risiko. Pemogokan yang dilakukan oleh para pekerja otomotif, misalnya, diperkirakan akan "sedikit" memperlambat pertumbuhan dan mungkin meningkatkan inflasi, namun hanya bersifat sementara.
Risalah tersebut menyatakan bahwa konsumen terus melakukan pembelanjaan, meskipun para pejabat khawatir tentang dampak dari kondisi kredit yang lebih ketat, berkurangnya stimulus fiskal dan dimulainya kembali pembayaran pinjaman mahasiswa.
Ketidakpastian ekonomi AS, dinamis-nya data ekonomi AS, dan ketatnya pasar keuangan membuat The Fed lebih berhati-hati. Pasar kini melihat jika The Fed telah beralih fokus bukan lagi pada berapa kenaikan tetapi seberapa lama suku bunga tinggi akan dipertahankan.
Teknikal Rupiah
Secara teknikal dengan basis waktu per jam, pergerakan rupiah dalam melawan dolar AS terpantau mulai menguat lantaran berhasil menembus ke bawah garis rata-rata selama 20 jam atau moving average 20 (MA20).
Kini posisi rupiah berada pada support garis rata-rata selanjutnya yakni MA50, apabila tersebut potensi penguatan menuju support terdekat yakni Rp15.660/US$ semakin meningkat. Perlu diketahui, support tersebut didapatkan dari horizontal line berdasarkan MA100.
Namun, perlu dipahami bahwa posisi support MA50 saat ini cukup kuat, apabila ada pembalikan arah naik atau melemah, resistance yang potensi diuji atau sebagai target pelemahan terdekat bisa dicermati posisi Rp15.730/US$. Nilai ini didapatkan dari high yang sempat diuji dua hari lalu.
Foto: Tradingview Pergerakan rupiah melawan dolar AS |
CNBC INDONESIA RESEARCH