Foto: Adaro Energy
- Saham emiten batu bara kembali mendingin. Harga saham di sektor ini ramai-ramai dibuka melemah pada perdagangan Jumat (9/9) pagi ini menyusul mendinginnya harga batu bara dunia.
Pelemahan ini terjadi karena investor memilih untuk mengambil keuntungan investasi (take profit). Terlebih, saham batu bara sempat mengalami reli beberapa waktu lalu didorong oleh harga komoditas global yang lebih tinggi. PT BESTPROFIT
BEST PROFITAwal pekan ini harga batu bara kontrak Oktober di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 463,75 per ton dan menjadi rekor tertinggi sepanjang masa. Kenaikan harga sendiri sudah terjadi sejak akhir bulan lalu menyusul kekhawatiran akan pasokan gas alam Eropa yang membuat resah Eropa dan membuat batu bara sebagai salah satu energi alternatif harganya terbang.
BESTPROFITAksi profit taking juga tampaknya terjadi di sejumlah saham emiten batu bara yang melantai di pasar ekuitas Tanah Air. Pagi ini sejumlah emiten dibuka melemah bahkan satu diantarnya sempat menyentuh batas auto rejection bawah (ARB). Berikut kinerja sejumlah emiten batu bara RI di awal pembukaan perdagangan pukul 09.11 WIB. PT BESTPROFIT FUTURES
BPFBorneo Olah Sarana Sukses (BOSS) sempat menyentuh ARB, melemah 6,38% ke Rp 88/saham
Bumi Resources (BUMI), melemah 3,50% ke Rp 193/saham
Darma Henwa (DEWA), melemah 3,49% ke Rp 83/saham
Indika Energy (INDY), melemah 1,63% ke Rp 3.020/saham
Indo Tambangraya Megah (ITMG), melemah 1,58% ke Rp 41.975/saham
Adaro Energy Indonesia (ADRO), melemah 1,52% ke Rp 3.880/saham
TBS Energi Utama (TOBA), melemah 1,20% ke Rp 825/saham
Adapun sejumlah emiten lain tercatat stagnan atau mengalami penguatan tipis pada awal pembukaan pasar. Sementara itu nyaris dua jam pasca pasar dibuka, lima emiten batu bara lain tercatat bergeser turun ke zona merah yakni Bukit Asam (PTBA), Bayan Resources (BYAN) dan Harum Energy (HRUM), Petrosea (PTRO) dan United Tractors (UNTR). Jakarta, CNBC Indonesia
TIM RISET CNBC INDONESIA
No comments:
Post a Comment