Foto: Pegawai merapikan emas batangan di Galeri 24 Pegadaian, Jakarta, Kamis (22/4/2021). Harga emas batangan yang dijual Pegadaian mengalami penurunan nyaris di semua jenis dan ukuran /satuan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Pelemahan emas memperpanjang tren negatif dalam dua hari terakhir di mana sang logam mulia selalu ditutup pada zona merah meskipun sempat menguat pada perdagangan pagi hari.
Pada perdagangan Selasa (6/9/2022), emas ditutup melemah 0,5% di posisi US$ 1.701,15 per troy ons. Pelemahan juga menyeret emas untuk terlempar dari level psikologis US$ 1.700 per troy ons. PT BESTPROFIT
BEST PROFITDalam sepekan, harga emas sudah melandai 0,7% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas sudah ambles 4,9% sementara dalam setahun anjlok 5,3%.
Kembali melandainya emas disebabkan oleh keperkasaan dolar Amerika Serikat (AS) serta melambungnya yield obligasi pemerintah AS.
Dolar Index pada hari ini melambung ke 110,39, posisi tertingginya sejak Juni 2002 atau dalam 20 tahun terakhir. Sementara itu, yield pada surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun melonjak ke 3,35% atau posisi tertingginya sejak April 2011.
"Emas terus melemah karena kalah dengan dolar AS dan naiknya yield surat utang pemerintah AS. Jika keduanya menguat maka sangat susah bagi emas untuk meneruskan rally. Emas akan melemah," tutur analis RJO Futures Bob Haberkorn, seperti dikutip Reuters.
Emas juga melemah karena ekspektasi pasar akan kenaikan suku bunga acuan dari dua bank sentral terbesar di dunia yakni bank sentral Eropa (ECB) dan bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed). BESTPROFIT
Bank sentral Eropa akan menggelar pertemuan pada Kamis pekan ini dan diperkirakan akan mengerek suku bunga acuan mereka sebesar 75 bps.
Sementara itu, The Fed akan menggelar pertemuan pada 20-21 September mendatang. Pasar kini bertaruh jika ada 73% kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75% pada bulan ini. PT BESTPROFIT FUTURES
BPF"Ada banyak hal yang akan menekan pasar, termasuk outlook kebijakan moneter di berbagai dunia," tutur analis TD Securities Daniel Ghali. Jakarta, CNBC Indonesia
TIM RISET CNBC INDONESIA
No comments:
Post a Comment