Foto: Ilustrasi Dolar-Rupiah, Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Krstianto)
- Rupiah berpeluang kembali menguat pada perdagangan Rabu (22/6/2022) melihat sentimen pelaku pasar yang membaik. Padahal, Rupiah kemarin sempat melesat dan menyentuh Rp 14.750/US$, sebelum mengakhiri perdagangan di Rp 14.810/US$ atau menguat 0,13%.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, pelemahan mata uang Garuda mungkin tidak akan langsung berdampak pada pertumbuhan ekonomi, tetapi faktor-faktor yang mendorong pelemahan itu bisa berdampak, seperti aliran modal terhenti atau bahkan sebagian keluar, terjadi pengetatan likuiditas di pasar global.
"Kondisi ini akan mengundang respons kenaikan suku bunga juga di dalam negeri, likuiditas di domestik juga akan ketat, suku bunga kredit naik, investasi dan konsumsi tertahan. Artinya, pertumbuhan ekonomi juga akan tertahan," terang Piter dikutip Rabu (22/6/2022).
PT BESTPROFITNamun, dia menyampaikan perekonomian Indonesia juga sedang beranjak pulih di tengah meredanya pandemi, sehingga akan ada tarik menarik. BEST PROFIT
"Ada yang mendorong kenaikan pertumbuhan, ada yang menahan. Tapi kenaikan suku bunga itu sifatnya menahan pertumbuhan ekonomi," ungkapnya. BESTPROFIT
Sementara itu, kenaikan bunga acuan The Fed baru terasa terhadap pergerakan nilai tukar rupiah beberap hari terakhir, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim memperkirakan perdagangan rupiah hari ini dibuka fluktuatif dan melemah pada rentang Rp 14.750-14.810.
Hal ini disebabkan dengan menguatnya dolar AS pada Kamis (16/6) karena investor disebut sedang mencerna kenaikan suku bunga Fed. Sebelumnya, Ibrahim juga menyampaikan jika ada potensi aliran modal keluar. PT BESTPROFIT FUTURES
BPF"Potensi modal asing keluar pasti ada, karena ketika AS menaikkan suku bunga acuan, maka investor akan tarik dan kembali ke negaranya," kata dia. Jakarta, CNBC Indonesia
No comments:
Post a Comment