Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis hari ini (3/10/2024) sangat volatil menjelang rilis data ketenagakerjaan AS.
Melansir Refintiiv, hingga pukul 12.15 WIB, rupiah sudah bertengger di Rp15.405/US$, sejak awal dibuka sudah melemah 0,95% atau semakin mahal 145 perak.
Pelemahan pada hari ini menjadi yang paling parah dalam pekan ini, jika ini berlangsung sampai akhir sesi, rupiah akan mencatatkan depresiasi selama empat hari beruntun.
Badai rupiah masih berlanjut pekan ini seiring dengan tekanan dolar AS yang kembali melambung.
Pada hari ini untuk waktu yang sama, indeks dolar AS (DXY) naik lagi 0,14% ke posisi 101,81. Ini mengakumulasi kekuatannya dalam sepekan nyaris 1,5%.
Nilai tukar rupiah juga ambruk di tengah memburuknya sentimen pasar global setelah makin memanasnya kondisi di Timur Tengah. Ketidakpastian kembali meningkat setelah Iran kembali menyerang Israel. Konflik bersenjata akan menimbulkan kegalauan di pasar dan para investor akan cenderung memilih aset safe haven ketimbang pasar berisiko seperti saham.
Iran melancarkan serangan besar-besaran menggunakan rudal ke Israel pada Selasa kemarin, hanya beberapa jam setelah pejabat Gedung Putih memperingatkan bahwa Teheran "segera" merencanakan serangan.
Tak hanya itu, tantangan masih belum usai di mana pada Kamis hari ini (3/9/2024) pelaku pasar kembali menanti data penting dari AS yakni terkait kepastian pasar tenaga kerja.
Berdasarkan konsensus Trading Economics, klaim pengangguran diperkirakan akan meningkat menjadi 220.000, naik dari pekan sebelumnya sebesar 218.000
Kemudian dilanjutkan data on-Farm Payrolls AS pada esok hari (4/10/2024). Konsensus berada di angka 142K, menandakan potensi perlambatan di sektor pekerjaan. Tingkat pengangguran yang diproyeksikan stabil di 4.2%, serta pertumbuhan gaji per jam yang diantisipasi melemah, menjadi penentu apakah Federal Reserve akan melunak di pertemuan berikutnya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
No comments:
Post a Comment