Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau berhasil menguat pada perdagangan sesi I Kamis (31/10/2024), setelah selama enam hari beruntun merana hingga ke level psikologis 7.500.
Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG menguat 0,19% ke posisi 7.583,97. IHSG sempat menyentuh kembali level psikologis 7.600 pada awal sesi I hari ini. Namun sekitar pukul 11:00 WIB atau 60 menit sebelum berakhirnya sesi I, IHSG kembali ke level 7.500-an.Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 6 triliun dengan melibatkan 12 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 801.870 kali. Sebanyak 282 saham naik, 266 saham turun, dan 231 saham cenderung stagnan.
Secara sektoral, sektor energi menjadi penyokong terbesar IHSG pada sesi I hari ini yakni mencapai 1,04%.
Sementara itu dari sisi saham, dua emiten perbankan raksasa yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi penyokong terbesar yakni masing-masing 17,5 dan 6,6 indeks poin. Selain itu, adapula emiten Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) sebesar 2,9 indeks poin.
Berikut daftar saham yang menjadi penyokong atau movers IHSG pada sesi I hari ini.
IHSG cenderung menguat setelah enam hari beruntun merana. Kinerja keuangan beberapa perbankan besar pada kuartal III-2024 yang cenderung masih positif membuat pasar kembali melirik saham-saham perbankan besar setelah merana dalam beberapa hari terakhir.
Adapun empat perbankan raksasa sudah merilis kinerja kuartal III-2024. Pertama yakni BBCA, di mana laba bersihnya mencapai Rp 41,1 triliun, tumbuh 12,8% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal III-2024, dari setahun sebelumnya sebesar Rp 36,4 triliun.
Kemudian, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) membukukan laba Rp16,3 triliun hingga September 2024, naik 3,52% secara tahunan (yoy).
Selanjutnya BBRI di mana Laba kepada para pemilik induk senilai Rp45,06 triliun pada periode Januari hingga September 2024 atau naik tipis 2,4% dari perolehan pada periode yang sama tahun lalu (yoy).
Terakhir BMRI yang resmi mengantongi laba bersih sebesar Rp 42 triliun pada kuartal III-2024, tumbuh 7,56% secara tahunan (yoy).
Meski kinerja perbankan raksasa masih positif hingga kuartal III-2024, tetapi pasar tampaknya masih cenderung wait and see menanti rilis data ekonomi di luar maupun dalam negeri, di mana pada Jumat besok menjadi hari yang amat penting bagi pelaku pasar karena banyaknya data yang akan dirilis.
di kawasan Asia, China terpantau akan merilis Purchasing Managers' Index (PMI) Manufacturing untuk periode Oktober 2024 pada Kamis (31/10/2024). Proyeksinya PMI Manufaktur China akan meningkat dari 49,8 menjadi 50,1 atau dari level kontraksi menjadi ekspansif.
Jika aktivitas manufaktur China benar-benar pulih, hal ini akan memberikan sentimen positif bagi Indonesia yang merupakan mitra dagang utamanya karena akan kembali menggenjot ekspornya.
Selain itu, bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) juga akan merilis data suku bunga acuannya untuk periode Oktober. Saat ini konsensus menilai bahwa BoJ masih akan kembali menahan suku bunga acuan jangka pendek di sekitar 0,25%.
Hal penting lainnya dari BoJ yakni pada saat yang bersamaan akan dirilis laporan prospek kuartalan BoJ yang akan memberikan penilaian terhadap ekonomi Jepang.
Dari dalam negeri, pasar menanti rilis inflasi dan aktiitas manufaktur Indonesia pada Jumat (1/11/2024). S&P Global akan merilis PMI Manufacturing untuk Indonesia. Hal ini menjadi penting karena kita dapat melihat kondisi aktivitas manufaktur di Indonesia apakah sudah membaik atau tidak.
Begitu juga data indeks harga konsumen (IHK) atau data inflasi, di mana hal ini juga penting karena kita dapat melihat apakah Indonesia akan kembali mengalami deflasi secara bulanan atau mulai kembali bangkit dan mencatatkan inflasi secara bulanan.
CNBC INDONESIA RESEARCH