Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali tertekan pada perdagangan hari ini, Selasa (30/7/2024). Rupiah bertengger di level Rp 16.315/US$ per pukul 10.19 WIB.
Mengutip data Refinitiv, rupiah bergerak di level itu sejak lima menit selepas pembukaan perdagangan pagi tadi. Kurs rupiah tersebut melemah 0,25% dibandingkan posisi penutupan perdagangan kemarin di level Rp 16.275/US$.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter (DPM) Bank Indonesia Edi Susianto mengatakan, pelemahan yang terjadi terhadap kurs rupiah itu seiring dengan kondisi yang dialami mata uang negara-negara Asia lainnya.
"Hari ini hampir semua mata uang Asia dibuka melemah, kecuali Thai Baht dan Taiwan dollar," ucap Edi kepada CNBC Indonesia hari ini.
Edi menjelaskan, setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan tekanan terhadap kurs rupiah hari ini. Mayoritas berasal dari sentimen negatif pelaku pasar keuangan terhadap faktor-faktor eksternal.
Faktor pertama terkait, sentimen wait and see pelaku pasar keuangan yang menunggu keputusan Dewan Gubernur Bank Sentral AS The Federal Reserve dalam Federal Open Market Committee (FOMC) pada 30-31 Juli waktu AS.
"Terutama menunggu statemen dari Jerome Powell (Ketua The Fed) pasca FOMC dengan fokus sejauh mana the Fed akan melakukan cut rate," tegas Edi.
Faktor kedua ialah sentimen pelaku pasar keuangan yang memperkirakan Bank of England atau BoE akan memangkas suku bunga kebijakannya atau cut rate, sementara Bank of Japan atau BoJ yang mereka perkirakan akan menaikan policy rate nya.
"Ketiga terkait Isu politik di AS, di mana pelaku pasar masih melihat potensi Trump akan menang cukup tinggi," ucap Edi.
Edi menjelaskan, sentimen-sentimen tersebut yang banyak mempengaruhi volatilitas pergerakan mata uang emerging market hari ini. Ia tak menyebutkan pengaruh tekanan terhadap nilai tukar rupiah hari ini ada yang berasal dari faktor domestik.
"ada prinsipnya kami akan selalu berada di pasar, namun kalau market masih supply valas ke pasar dengan baik maka kami dahulukan mekanisme pasar," tegasnya.
Sebagaimana diketahui, Bank of Japan memulai pertemuan kebijakan moneter selama dua hari sampai besok, Rabu (31/7/2024). BOJ diharapkan untuk menaikkan suku bunga acuannya dan mengurangi pembelian obligasi pemerintah Jepang.
Para ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan BOJ akan menaikkan suku bunga acuan menjadi 0,1%, naik dari kisaran saat ini 0% hingga 0,1%.
Pasar juga mencermati konferensi pers dari Federal Open Market Committee (FOMC). Konsensus pasar melihat pada bulan ini suku bunga AS akan tetap dipertahankan dan memandang pemangkasan suku bunga ke depan.
Ekonom tidak mengharapkan The Fed untuk membuat perubahan pada tingkat suku bunga federal selama pertemuan ini, tetapi para pedagang akan mencari petunjuk apakah bank sentral akan menurunkan suku bunga pada September.
No comments:
Post a Comment