Thursday, November 13, 2025

Fenomena La Nina dan Banjir Indonesia Terungkap lewat Ramalan

 Fenomena La Nina yang masih aktif menyebabkan hujan deras dan banjir di Sumedang, Semarang, dan sejumlah wilayah Indonesia. BMKG memperingatkan potensi cuaca ekstrem hingga pertengahan November 2025

Fenomena La Nina yang masih aktif menyebabkan hujan deras dan banjir di Sumedang, Semarang, dan sejumlah wilayah Indonesia. BMKG memperingatkan potensi cuaca ekstrem hingga pertengahan November 2025 (Beritasatu Photo/Joanito De Saojoao)

Jakarta, Beritasatu.com Hujan deras yang terus mengguyur sebagian besar wilayah Indonesia dalam beberapa pekan terakhir telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat dan pemerintah. Jalan-jalan utama di kota-kota besar berubah menjadi sungai sementara pemukiman warga tergenang, mengganggu aktivitas sehari-hari, dan menimbulkan risiko kerusakan fasilitas publik.

Fenomena La Niña dan Cuaca Ekstrem di Indonesia

Soal cuaca ekstrem, fenomena La Nina sedang berlangsung di Samudera Pasifik, meskipun tergolong lemah, tetap memberikan dampak signifikan bagi pola hujan di seluruh Nusantara. Para pakar menekankan bahwa hujan ekstrem yang terjadi bukanlah fenomena sederhana, melainkan hasil interaksi kompleks antara berbagai sistem atmosfer global, regional, dan lokal yang sedang aktif.

00:00
Copy video url
Play / Pause
Mute / Unmute
Report a problem
Language
Share
Vidverto Player
ADVERTISEMENT
Peningkatan curah hujan terjadi di Indonesia di antaranya dipengaruhi fenomena La Nina yang diperkirakan bertahan di Indonesia hingga awal 2026. Berbagai persiapan dilakukan dalam menghadapi potensi dampak dari fenomena ini. - (Antara/Noropujadi)
Peningkatan curah hujan terjadi di Indonesia di antaranya dipengaruhi fenomena La Nina yang diperkirakan bertahan di Indonesia hingga awal 2026. Berbagai persiapan dilakukan dalam menghadapi potensi dampak dari fenomena ini. - (Antara/Noropujadi)

Fenomena global seperti siklon tropis di Pasifik Timur dan pola gelombang atmosfer yang bergerak di sekitar wilayah Indonesia, berpadu dengan kondisi laut di Samudra Hindia dan Pasifik, membentuk atmosfer yang lembap dan tidak stabil.

Situasi ini meningkatkan kemungkinan hujan deras disertai petir dan angin kencang. Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menyatakan, potensi cuaca ekstrem diperkirakan akan berlangsung hingga pertengahan November 2025. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan menyiapkan langkah antisipatif.

ADVERTISEMENT

Banjir dan Longsor di Sumedang

Di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, hujan yang mengguyur sejak Selasa (11/11/2025) menimbulkan banjir dan tanah longsor di berbagai titik, terutama di Kecamatan Sumedang Selatan dan Sumedang Utara. Desa Girimukti menjadi salah satu lokasi paling parah, di mana tanah longsor menimpa sebuah rumah warga, memaksa evakuasi darurat.

Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur wilayah Kabupaten Sumedang, Jawa Barat sejak Selasa 11 Nvember 2025 mengakibatkan bencana banjir dan longsor di sejumlah lokasi. - (Beritasatu.com/Usep Hadi Wihanda)
Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur wilayah Kabupaten Sumedang, Jawa Barat sejak Selasa 11 Nvember 2025 mengakibatkan bencana banjir dan longsor di sejumlah lokasi. - (Beritasatu.com/Usep Hadi Wihanda)

Kepala Pusat Pengendalian Operasi BPBD Sumedang Rully Suryasoemantri menceritakan tantangan dalam penanganan bencana. Ia menjelaskan jumlah lokasi terdampak cukup banyak, sementara akses jalan terbatas dan personel yang tersedia masih kurang. Selain rumah warga, kantor dinas, gudang farmasi, sekolah, dan masjid juga ikut terendam, sehingga koordinasi antara aparat dan warga menjadi sangat penting.

Semarang Terendam, Ribuan Warga Terdampak

Fenomena serupa juga terjadi di Semarang, Jawa Tengah. Hujan deras yang terus menerus sejak akhir Oktober 2025 lalu menyebabkan genangan air di jalur Pantura, salah satu akses utama yang menghubungkan berbagai wilayah. Kawasan padat penduduk seperti Tlogosari, Sawah Besar, dan Genuk turut terdampak, sehingga aktivitas masyarakat terhenti.

Jalur kereta api juga terdampak, PT KAI mengubah rute perjalanan dari arah barat dan timur untuk menghindari banjir. Data BPBD Jawa Tengah menunjukkan bahwa lebih dari 63.000 warga terdampak dan tiga orang dilaporkan meninggal dunia. Meski pemerintah bekerja sama dengan BNPB untuk menekan curah hujan melalui operasi modifikasi cuaca, air tetap sulit dikendalikan karena hujan yang terus mengguyur.

Operasi Modifikasi Cuaca di Jabodetabek

Di Jakarta, upaya mitigasi dilakukan melalui operasi modifikasi cuaca. Pada Minggu (9/11/2025), BPBD Jakarta menyemai sekitar 1,6 ton garam ke udara di perairan selatan Banten hingga Sukabumi. Tujuan dari operasi ini adalah untuk mengurangi potensi pembentukan awan hujan lebat sebelum memasuki wilayah Jabodetabek, sehingga risiko genangan dan banjir dapat ditekan.

Kepala Pelaksana BPBD Jakarta Isnawa Adji menjelaskan, tim menemukan berbagai jenis awan mulai dari cumulus hingga stratocumulus dengan puncak hingga 14.000 kaki. Evaluasi dilakukan setiap hari bersama BMKG dan TNI AU untuk memastikan efektivitas operasi. Meskipun demikian, masyarakat tetap diminta waspada terhadap hujan lebat, angin kencang, dan petir, serta menjaga saluran air tetap bersih agar tidak tersumbat.

Fenomena atmosfer yang memengaruhi curah hujan di Indonesia sangat kompleks. Siklon tropis yang bergerak di Pasifik meningkatkan konvergensi angin dan memicu pembentukan awan konvektif di wilayah timur dan utara Indonesia.

Madden-Julian Oscillation yang aktif di kawasan Maritime Continent serta gelombang Kelvin dan Rossby Equator memperkuat pembentukan awan berlapis, sehingga curah hujan harian meningkat signifikan.

Indeks Dipole Mode (DMI) yang negatif menunjukkan pemanasan permukaan laut di Samudra Hindia bagian timur, mendorong aliran uap air menuju wilayah barat Indonesia. Kombinasi fenomena ini menciptakan atmosfer yang lembap dan labil, meningkatkan risiko hujan deras yang dapat memicu banjir dan tanah longsor.

No comments:

Post a Comment