Jakarta, CNBC Indonesia - Harta orang terkaya di Indonesia terus berubah-ubah selama beberapa bulan ke belakang. Memasuki pertengahan tahun, tercatat nama konglomerat yang masuk dalam daftar 5 orang terkaya di Indonesia.
Urutan pertama diduduki oleh raja petrokimia dan energi Prajogo Pangestu. Dengan peningkatan kekayaan bersihnya sebesar 7,67% dalam sehari per hari ini, Selasa, (11/6/2024). Harta Prajogo tercatat sebesar US$50 miliar (Rp813,7 triliun), ia naik lima peringkat jika dibanding dalam daftar awal tahun lalu.
Pangestu meraih keuntungan signifikan melalui pencatatan dua perusahaannya. Yaitu produsen energi panas bumi PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan penambang batu bara PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN).
Kenaikan kekayaan Prajogo Pangestu yang cukup cepat dalam waktu satu tahun, didukung dari kenaikan kinerja saham-saham Prajogo yang dimana keenam saham yang dimiliki orang terkaya nomor satu ini kompak mengalami kenaikan sepanjang tahun 2023, bahkan menyentuh ribuan persen.
Kedua, terdapat baron pertambangan Low Tuck Kwong, yang juga menggandakan kekayaannya menjadi US$24,4 miliar (Rp397 triliun). Hal ini disebabkan oleh Bayan Resources.
Dato' Low Tuck Kwong membentuk induk perusahaan bernama PT Bayan Resources (Bayan Group) pada 2004. Ia telah berhasil melakukan akuisisi konsesi-konsesi baru melalui berbagai transaksi untuk menambah pundi-pundi batu baranya antara lain PT Wahana Baratama Mining, PT Perkasa Inakakerta, PT Teguh Sinar Abadi, PT Firman Ketaun Perkasa, PT Fajar Sakti Prima, PT Bara Tabang dan PT Brian Anjat Sentosa.
Seluruh produksi tersebut kemudian digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi listrik masyarakat di Asia. Hasil positif itu kemudian mengantarkan Bayan Group sebagai produsen batu bara terbesar ke-8 di Indonesia berdasarkan volume produksinya pada tahun 2007.
Di posisi ketiga dan keempat ada Hartono bersaudara, yaitu Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono. Mereka mencatat kekayaan masing-masing sebesar US$23,8 miliar dan US$ 22,9 miliar.
Dalam mencapai kejayaannya, Hartono bersaudara mengembangkan perusahaan rokok Djarum. Tak hanya berhenti pada perusahaan rokok, pada 1975, mereka juga melebarkan sayap bisnis ke beberapa industri.
Salah satunya, industri elektronik dengan mendirikan PT Indonesian Electronic & Engineering yang kemudian pada 18 September 1976 berubah nama menjadi PT Hartono Istana Electronic lalu merger dan menjadi PT Hartono Istana Teknologi. Hartono bersaudara juga memutuskan untuk mengambil BCA, dari keluarga Salim yang sudah kehilangan kontrol atas bank itu akibat krisis ekonomi pada 1998-1998.
Di posisi kelima, konglomerat Indonesia asal India Sri Prakash Lohia mencatatkan kekayaan sebesar US$8,1 miliar atau Rp131,8 triliun. Ia mendapat kekayaan ini sebagian besar dari bisnis manufakturnya.
Pada tahun 1976, Ia mendirikan PT Indorama Synthetics Tbk (INDR) bersama sang Ayah yang menyediakan benang pintal. Dalam meniti karirnya, saat itu Ia masih menjadi seorang remaja yang berusia 21 tahun.
Hingga saat ini PT Indorama Synthetics Tbk (INDR) menjadi perusahaan multinasional yang memproduksi tekstil ternama di Indonesia. Karena performa perusahaan yang juga baik, Sri Prakash betah menduduki 10 besar daftar orang terkaya Indonesia.
No comments:
Post a Comment