Foto: Uang dolar AS dan Rupiah. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan bahwa satu penyebab rupiah ambruk melawan dolar Amerika Serikat adalah banyak masyarakat Indonesia yang liburan ke luar negeri.
"Saat liburan banyak yang ke luar negeri, beli tiket, hotel, dan belânja ini juga kebutuhan USD," katanya kepada CNBC Indonesia, Selasa (23/4/2024).
Data terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah perjalanan wisatawan nasional (wisnas) sepanjang 2023 mencapai 7,52 juta perjalanan. Angka ini mroket 112,26% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebanyak 3,54 juta perjalanan.
Secara rata-rata tiap bulan pada 2023, jumlah perjalanan wisnas sudah tembus 500.000 hingga 600.000, sedangkan pada 2020 hingga 2021 kisarannya hanya sebanyak 200.000 per bulan. Pertumbuhan perjalanan itu mulai terlihat sejak 2022, di mana merangkak naik dari kisaran bawah 200.000 hingga 600.000 perjalan setiap bulan.
Meskipun demikian, perjalanan wisnas saat ini masih belum menyamai kondisi sebelum pandemi COVID-19. Pada 2019 jumlah perjalanan wisnas mencapai 11,69 juta perjalanan.
Berdasarkan negara tujuan wisnas pada 2023, negara-negara ASEAN masih mendominasi dalam daftar 10 negara paling banyak dikunjungi oleh wisatawan nasional dari Indonesia.
Malaysia menjadi negara tujuan utama wisnas dalam melakukan perjalanan ke luar negeri, yaitu sebesar 27,98 persen dari total perjalanan wisnas 2023. Angka ini meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya 18,56%.
Diikuti oleh sembilan negara lainnya yang menjadi tujuan perjalanan wisnas terbanyak, yaitu secara berurutan Arab Saudi, Singapura, Kamboja, Timor Leste, Thailand, Jepang, Tiongkok, Australia, dan Korea Selatan.
Adapun selain lonjakan masyarakat yang liburan ke luar negeri, pelemahan mata uang garuda terjadi karena beberapa faktor musiman, seperti meningkatnya kebutuhan sektor riil.
Ia mengatakan dalam persiapan Hari Raya Idul Fitri 2024, para pengusaha juga bersiap membeli bahan baku untuk kebutuhan produksi. Sebab, kebutuhan pada masa Lebaran akan lebih tinggi dari kebutuhan hari biasa.
"Jadi ada kebutuhan impor, juga meningkat," ujar Jahja pada saat konferensi pers kinerja BCA Kuartal I-2024 secara virtual, Senin (22/4/2024).
Selain itu, ia menyebut faktor lain yang menyebabkan pelemahan rupiah adalah aksi penarikan modal dari investor luar negeri dari saham dan obligasi di pasar modal RI. Kemudian, musim pembagian dividen di kuartal I-2024 yang sebagian besar mengalir ke luar untuk para investor asing yang merupakan pemilik perusahaan di Indonesia.
"Jadi ada masalah supply dan demand," terang Jahja.
Sebagai informasi, berdasarkan kurs JISDOR BI pada awal tahun rupiah berada di angka Rp15.473/US$ dan ambruk menjadi Rp15.803 pada akhir Januari 2024. Kemudian menguat tipis pada akhir. Februari ke level Rp 15.715.
Akan tetapi dolar kembali ke level Rp 15.800 pada akhir Maret 2024 dan akhirnya tembus Rp 16.000 pada 16 April 2024 atau hari pertama setelah libur panjang Idulfitri tahun ini.
No comments:
Post a Comment