Wednesday, October 23, 2024

Kronologi Investree Pailit hingga Eks CEO Diburu ke Luar Negeri

 

Investree
Foto: Investree

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi mencabut izin usaha fintech peer to peer (P2P) Lending PT Investree Radika Jaya (Investree) pada Senin, (21/10/2024). 

Pencabutan izin tersebut sebagaimana tertuang dalam Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor KEP-53/D.06/2024. Adapun keputusan ini didasarkan oleh beberapa alasan.

Sebelum vonis akhir ini, OJK telah meminta Pengurus dan Pemegang Saham Investree untuk melakukan pemenuhan kewajiban ekuitas minimum, mendapatkan strategic investor yang kredibel, dan upaya perbaikan kinerja serta pemenuhan terhadap ketentuan yang berlaku, termasuk juga melakukan komunikasi dengan ultimate beneficial owner (UBO) Pemegang Saham Investree.

Namun hingga batas waktu yang telah ditentukan, Pengurus dan Pemegang Saham tidak mampu memenuhi ketentuan dan menyelesaikan permasalahan tersebut.

Kronologi Kasus Investree

Masalah Investree mencuat ke publik sejak tahun lalu. Perusahaan yang didirikan oleh Adrian Gunadi membukukan lonjakan kredit macet.

Kredit macet itu pun semakin menumpuk dan hingga 12 Januari 2024, Investree memiliki rasio tingkat wanprestasi di atas 90 hari (TWP90) 12,58%, melebihi ambang batas yang ditetapkan OJK sebesar 5%. OJK pun mengambil sikap dengan memberikan sanksi administratif pada awal tahun ini. 

Pada bulan yang sama, pemegang saham mayoritas, Investree Singapore Pte. Ltd. memutuskan untuk memberhentikan Adrian A. Gunadi dari posisi direktur utama.

Kepala Departemen Perizinan, Pemeriksaan Khusus dan Pengendalian Kualitas Pengawasan Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan LJK Lainnya Edi Setijawan mengatakan, saat ini status Adrian masih dalam tahap penyidikan.


"Bekerja sama dengan Aparat Penegak Hukum (APH) sedang melakukan penyidikan terhadap yang bersangkutan. Termasuk juga pengenaan pasal pidana yg akan dikenakan," kata Edi saat dihubungi CNBC Indonesia Selasa, (22/10/2024).

Ia pun memastikan, bila berkas sudah lengkap, maka pihaknya akan bekerja sama dengan Interpol untuk mengeluarkan status Red Notice terhadap Adrian.

"Tentunya pada saatnya akan dilakukan kerjasama dengan instansi terkait termasuk interpol," jelasnya.

Setelah pencabutan izin usaha, OJK meminta Investree untuk:

  1. Menghentikan seluruh kegiatan usahanya sebagai LPBBTI, kecuali untuk melaksanakan hal-hal sesuai ketentuan perundang-undangan, seperti halnya kewajiban perpajakan.
  2. Melarang Pemegang Saham, Pengurus, Pegawai, dan/atau pihak terelasi Investree untuk mengalihkan, menjaminkan, mengagunkan, menggunakan, mengaburkan pencatatan kekayaan, dan/atau melakukan tindakan lain yang dapat mengurangi atau menurunkan nilai aset/kekayaan Perusahaan, kecuali karena dan untuk hal-hal yang berkaitan dengan pemenuhan kewajiban terhadap ketentuan perundang-undangan.
  3. Menyelesaikan hak karyawan sesuai ketentuan di bidang ketenagakerjaan.
  4. Menyelesaikan hak dan kewajiban kepada lender, borrower, dan/atau pihak-pihak lainnya sesuai ketentuan perundang-undangan.
  5. Memberikan informasi secara jelas kepada lender, borrower, dan/atau pihak-pihak lainnya yang berkepentingan mengenai mekanisme penyelesaian hak dan kewajiban.
  6. Menyelenggarakan RUPS paling lambat 30 hari kalender sejak tanggal pencabutan izin usaha ini untuk pembentukan Tim Likuidasi dan pembubaran badan hukum Investree.
  7. Menyediakan Pusat Informasi dan Pengaduan nasabah/masyarakat dan menunjuk penanggung jawab yang akan bertugas menangani pengaduan nasabah/masyarakat dimaksud.
  8. Melaksanakan kewajiban lainnya sesuai ketentuan perundang-undangan.

Adapun bagi para korban, OJK mengimbau masyarakart untuk menghubungi Investree pada nomor telepon: 021-22532535 atau nomor Whatsapp: 087730081631/087821500886, email: cs@investree.id, dan alamat: AIA Central Lantai 21, Jalan Jend. Sudirman Kav. 48A, RT05/RW04, Karet Semanggi, Jakarta Selatan, Indonesia 12930.

Monday, October 21, 2024

Maybank Kabarnya Mau Akuisisi PNBN Harga 1,7x PBV, Ini kata Bos Panin

 

bank panin
Foto: Ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Berita mengenai akuisisi PT Bank Panin Indonesia Tbk. (PNBN) atau PaninBank masih bergulir. Kali ini, rumor pasar mengatakan bahwa raksasa bank Maybank asal Malaysia, tengah menawar bank milik Mu'min Ali Gunawan itu dengan harga setara 1,7 kali nilai buku atau price to book value (PBV).

RTI Business mencatat harga saham PNBN naik 10,89% dalam sepekan terakhir, dan 32,53% dalam sebulan terakhir. Dalam sepekan terakhir, PNBN bertengger di kisaran harga Rp1.750 per saham hingga Rp1.975 per saham.

Adapun nilai ekuitas PaninBank per semester I-2024 sebesar Rp54,49 triliun dengan jumlah saham sebanyak 24.087.645.998 saham. Lantas, nilai buku sebesar Rp2.262,15 per saham.

Sebagai informasi, Maybank sebelumnya mengakuisisi Bank International Indonesia (BII) pada tahun 2008 dengan total saham 55,51% dan harga US$2 miliar. Nilai pembelian tersebut setara 4,6 kali PBV.

Selanjutnya, raksasa keuangan Jepang MUFG mengakuisisi PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) dengan harga setara 4,3 kali PBV pada tahun 2019. Kemudian, Bangkok Bank mengakuisisi PT Bank Permata Tbk. (BNLI) dengan harga setara nilai buku 1,63 kali nilai buku pada tahun 2020.

Dengan begitu, pembelian PaninBank dengan harga setara 1,7 kali nilai buku masih memungkinkan.

Terkait kabar ini, Direktur Utama PaninBank Herwidayatmo mengatakan kepada CNBC Indonesia bahwa pihaknya tidak mengetahui informasi tersebut.

"Manajemen PaninBank tidak memperoleh dan tidak mempunyai informasi terkait dengan hal tersebut," katanya saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (21/10/2024).

Friday, October 18, 2024

Bitcoin Cs Loyo, Ternyata Ini Penyebabnya

 

FILE PHOTO: Representations of the Ripple, Bitcoin, Etherum and Litecoin virtual currencies are seen on a PC motherboard in this illustration picture, February 13, 2018. Picture is taken February 13, 2018. REUTERS/Dado Ruvic/File Photo
Foto: REUTERS/Dado Ruvic

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar kripto cenderung bergerak melemah pada hari ini, Jumat (18/10/2024) di tengah pelemahan volume transaksi Solana dalam dua hari terakhir.

Merujuk dari CoinMarketCap pada Jumat (18/10/2024) pukul 06:03 WIB, pasar kripto cenderung mengalami pelemahan. Bitcoin turun 0,5% ke US$67.382,55 sedangkan secara mingguan berada di zona positif 12,11%.

Ethereum terdepresiasi 0,37% dalam 24 jam terakhir sementara dalam sepekan masih menguat 9,77%.

Solana melemah 2,6% secara harian sedangkan dalam sepekan terapresiasi 8,82%.

Begitu pula dengan Tron yang tergelincir 0,08% dalam 24 jam terakhir Sementara dalam tujuh hari terakhir berada di zona hijau 0,78%.

CoinDesk Market Index (CMI) yang merupakan indeks untuk mengukur kinerja tertimbang kapitalisasi pasar dari pasar aset digital turun 0,85% ke angka 2.449,55. Open interest terdepresiasi 1,2% di angka US$69,71 miliar.

Sedangkan fear & greed index yang dilansir dari coinmarketcap.com menunjukkan angka 60 yang menunjukkan bahwa pasar berada di fase greed dengan kondisi ekonomi dan industri kripto saat ini.

Harga kripto pagi hari ini cenderung mengalami koreksi, salah satunya Solana. Dikutip dari Coingape, penurunan harga Solana disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk penurunan aktivitas jaringan Solana antara 16 dan 17 Oktober. Sementara itu, sentimen di pasar kripto yang lebih luas juga memengaruhi Solana, dengan harga Bitcoin yang mendingin setelah reli awal minggu ini.

Data dari DeFiLlama menunjukkan bahwa volume pertukaran terdesentralisasi (DEX) di jaringan tersebut turun pada 16 dan 17 Oktober, dengan masing-masing mencatat US$1,69 miliar dan US$1,68 miliar. Jaringan ini mencatat volume DEX tertinggi mingguan sebesar US$2,06 miliar pada 14 Oktober, di mana harga Solana mencapai puncaknya hingga US$158.

Penurunan volume DEX berarti lebih sedikit pengguna yang berinteraksi dengan jaringan pada 16 dan 17 Oktober, yang menjelaskan mengapa harga koin turun. Lonjakan volume perdagangan biasanya menyebabkan lonjakan harga, sementara penurunan volume menyebabkan tekanan turun.

Kendati hampir seluruh koin mengalami koreksi, namun dana yang diperdagangkan di bursa AS (ETF Bitcoin Spot) tampak kembali tercatat net inflow.

ETFs Bitcoin spot yang berbasis di AS telah melampaui total aliran bersih sebesar $20 miliar pada 17 Oktober.

Menurut Eric Balchunas, analis senior ETF di Bloomberg, jumlah US$20 miliar ini adalah "metrik yang paling sulit untuk tumbuh" untuk ETF, seperti yang ia tulis dalam sebuah unggahan di X pada 17 Oktober.

ETFs Bitcoin spot di AS hanya memerlukan waktu 10 bulan untuk melampaui tonggak aliran bersih sebesar US$20 miliar, yang menunjukkan minat investor yang signifikan. Sebagai perbandingan, ETFs emas memerlukan waktu sekitar lima tahun untuk mencapai tonggak ini, menurut Balchunas.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Thursday, October 17, 2024

Elon Musk Guncang Pasar Kripto, Tesla Diduga Pindahkan Rp 12 T Bitcoin

 

CEO Tesla dan pemilik X, Elon Musk, memberi isyarat selama rapat umum kampanye yang diadakan oleh calon presiden dari Partai Republik, mantan presiden AS Donald Trump, pada hari Trump kembali ke lokasi percobaan pembunuhan terhadapnya pada bulan Juli, di Butler, Pennsylvania, AS, 5 Oktober 2024. (REUTERS/Brian Snyder(
Foto: CEO Tesla dan pemilik X, Elon Musk, memberi isyarat selama rapat umum kampanye yang diadakan oleh calon presiden dari Partai Republik, mantan presiden AS Donald Trump, pada hari Trump kembali ke lokasi percobaan pembunuhan terhadapnya pada bulan Juli, di Butler, Pennsylvania, AS, 5 Oktober 2024. (REUTERS/Brian Snyder)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan kendaraan listrik yang dipimpin oleh Elon Musk Tesla diduga telah menjual hampir seluruh kepemilikan bitcoin-nya yang bernilai sekitar $760 juta atau sekitar Rp11,78 triliun. Aset kripto tersebut dipindahkan ke beberapa dompet yang tidak diketahui kepemilikannya.

Melansir Coin Desk, aksi ini menimbulkan spekulasi bahwa perusahaan tersebut tengah menjual aset bitcoin miliknya.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Arkham Intelligence, pada hari Selasa, Tesla telah memindahkan lebih dari 11.500 bitcoin ke dompet-dompet anonim. Setelah transaksi ini, dompet yang terkait dengan Tesla hanya menyisakan sekitar $6,65 dalam bentuk bitcoin, jumlah yang sangat kecil.

Langkah ini menjadi sorotan karena Tesla dikenal sebagai salah satu pemegang bitcoin terbesar di antara perusahaan publik di Amerika Serikat. Menurut data dari BitcoinTreasuries, Tesla berada di peringkat keempat dalam hal kepemilikan bitcoin di antara perusahaan publik Amerika Serikat.

Perusahaan tersebut hanya kalah dari MicroStrategy, MARA Holdings, dan Riot Platforms yang bergerak di bidang penambangan bitcoin.

Tesla awalnya membeli bitcoin senilai $1,5 miliar pada Februari 2021 dan pernah memiliki aset bitcoin senilai hingga $2,5 miliar. Namun, pada awal 2022, Tesla menjual 75% dari kepemilikan bitcoinnya dengan kerugian.

Arkham Intelligence, yang menambahkan fitur pelacakan dompet bitcoin Tesla ke dasbornya pada Maret lalu, mencatat bahwa Tesla pada saat itu memiliki sekitar 11.509 bitcoin senilai $770 juta. Elon Musk sebelumnya sempat mengumumkan bahwa Tesla akan menerima pembayaran menggunakan bitcoin, namun rencana tersebut dibatalkan karena kekhawatiran lingkungan.

Meskipun Tesla dan SpaceX menyimpan bitcoin sebagai bagian dari neraca perusahaan, pandangan pribadi Musk tentang bitcoin masih belum jelas. Dalam sebuah wawancara yang disiarkan di YouTube pada Juli lalu, Musk menyatakan bahwa ia melihat potensi pada bitcoin dan beberapa mata uang kripto lainnya, namun ia mengungkapkan ketertarikannya yang lebih besar terhadap dogecoin.

Wednesday, October 16, 2024

Siap Siap Keputusan BI Hari Ini, Akankah Jadi Juru Selamat Rupiah?

 

Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan mata uang Garuda dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) akan terpengaruh kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) pada hari ini, Rabu (16/10/2024).

Pada penutupan perdagangan kemarin Selasa (15/10/2024). Melansir data Refinitiv, rupiah mengalami pelemahan sebesar 0,13% dalam sehari dan ditutup di level Rp15.575/US$. Pelemahan rupiah terjadi karena dolar AS yang menguat.

Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap mata uang penting lainnya, telah menguat 0,34% dalam dua hari perdagangan pekan ini.


Sementara pada hari ini, mata investor akan tertuju ke Thamrin, kala Bank Indonesia akan mengumumkan kebijakan suku bunganya.

Para pelaku pasar tentunya menantikan momen tersebut sembari menanti apakah ada kejutan seperti bulan lalu, saat BI mendahului Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve atau The Fed dalam menurunkan suku bunga.

BI akan merilis hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang dilaksanakan pada 15-16 Oktober 2024. Salah satu hal yang paling ditunggu yakni keputusan suku bunga acuan.
Sebelumnya pada September 2024, BI memutuskan untuk memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) dari 6,25% ke 6%.

"Keputusan itu konsisten dengan tetap rendahnya prakiraan inflasi pada 2024 dan 2025 yang terkendali dalam sasaran yang ditetapkan pemerintah 2,5 plus minus 1% penguatan stabilitas nilai tukar rupiah dan perlunya upaya untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal, rupiah mulai terlihat dalam tren penguatan dalam melawan dolar AS. Paling dekat potensi penguatan bisa menutup gap up yang sempat terjadi pada 4 Oktober 2024 secara intraday. Posisi tersebut bisa sekaligus support, tepatnya di Rp15.525/US$.

Sementara itu, untuk posisi resistance atau pelemahan terdekat yang patut diantisipasi pelaku pasar ada di Rp15.700/US$ yang didapatkan dari level psikologis secara round number, sekaligus high candle 7 Oktober 2024 secara intraday.

Pergerakan Rupiah melawan dolar ASFoto: Tradingview
Pergerakan Rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH