Wednesday, July 10, 2024

Harga Emas Pegadaian Turun Rp7.000/gram, Balik ke Rp1,42 juta/gram

 

Karyawati menunjukkan emas Pegadaian di salah satu galeri 24 Pegadaian, Salemba Jakarta, Kamis (4/5). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Karyawati menunjukkan emas Pegadaian di salah satu galeri 24 Pegadaian, Salemba Jakarta, Kamis (4/5). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas batangan yang dijual di PT Pegadaian terpantau melemah pada perdagangan Rabu (10/7/2024).

Pegadaian sendiri menjual berbagai jenis emas, yaitu emas Antam, UBS, dan Galeri24. Ukurannya pun dijual beragam, mulai dari 0,5 gram hingga 1.000 gram.

Melansir data dari Pegadaian hari ini, harga emas Antam ukuran 1 gram dibanderol Rp 1.424.000, turun Rp 7.000 dari posisi Rp 1.431.000 pada perdagangan Selasa (9/7/2024).

Sedangkan harga emas UBS 1 gram hari ini di Pegadaian tercatat Rp 1.375.000 turun Rp 7.000 dari posisi Rp 1.382.000 pada perdagangan Selasa (9/7/2024).

Berikut harga emas produksi Antam di Pegadaian hari ini, Rabu (10/7/2024):

• Harga emas Antam hari ini 0,5 gram: Rp 764.000
• Harga emas Antam hari ini 1 gram: Rp 1.424.000
• Harga emas Antam hari ini 2 gram: Rp 2.786.000
• Harga emas Antam hari ini 3 gram: Rp 4.154.000
• Harga emas Antam hari ini 5 gram: Rp 6.888.000
• Harga emas Antam hari ini 10 gram: Rp 13.720.000
• Harga emas Antam hari ini 25 gram: Rp 34.171.000
• Harga emas Antam hari ini 50 gram: Rp 68.260.000
• Harga emas Antam hari ini 100 gram: Rp 136.440.000
• Harga emas Antam hari ini 250 gram: Rp 340.828.000
• Harga emas Antam hari ini 500 gram: Rp 681.441.000
• Harga emas Antam hari ini 1000 gram: Rp 1.362.840.000

Dan berikut harga emas produksi UBS di Pegadaian hari ini, Rabu (10/7/2024):

• Harga emas hari ini UBS 0,5 gram: Rp 744.000
• Harga emas hari ini UBS 1 gram: Rp 1.375.000
• Harga emas hari ini UBS 2 gram: Rp 2.728.000
• Harga emas hari ini UBS 5 gram: Rp 6.740.000
• Harga emas hari ini UBS 10 gram: Rp 13.409.000
• Harga emas hari ini UBS 25 gram: Rp 33.454.000
• Harga emas hari ini UBS 50 gram: Rp 66.770.000
• Harga emas hari ini UBS 100 gram: Rp 133.487.000
• Harga emas hari ini UBS 250 gram: Rp 333.167.000
• Harga emas hari ini UBS 500 gram: Rp 666.448.000


CNBC Indonesia Research

Tuesday, July 9, 2024

Crazy Rich Hermanto Tanoko Serok Saham BBRI, BMRI, BBNI Usai Lego BDMN

 

Instagram @htanoko
Foto: Instagram @htanoko

Jakarta, CNBC Indonesia - "Crazy rich" asal Surabaya Hermanto Tanoko mengungkapkan telah memilih untuk memborong saham-saham bank BUMN, usai menjual kepimilikan sahamnya dari bank milik MUFG PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN). Seperti diberitakan sebelumnya, nama Hermanto telah menghilang dari jajaran Top 20 Pemegang Saham PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN).

Ia sebelumnya duduk di posisi ke-13 sebagai pemegang saham bank milik grup keuangan asal Jepang itu, dengan kepemilikan sebanyak 7.035.700 saham BDMN atau sebanyak 0,07% pada bulan Februari 2024.

CEO Tancorp itu mengungkapkan dirinya telah mengalihkan investasi tersebut ke saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI).

"Saya investkan [di] saham BBNI, BBRI & BMRI," kata Hermanto saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (8/7/2024).

Mengutip RTI Business, saham-saham bank BUMN tersebut memang sedang "diskon." Tercatat BBRI kini berada di posisi Rp4.750 per saham, turun 17,03% secara year to date (ytd). Sementara itu, BBNI kini berada di posisi Rp4.650 per saham, turun 13,12% ytd.

Kemudian BMRI kini di posisi Rp6.225 per saham, naik 2,89% secara ytd, telah berhasil memangkas tren koreksinya. Namun, dalam tiga bulan terakhir, BMRI tercatat terkoreksi 14,43%.

Bos PT Avia Avian Tbk. (AVIA) itu mengungkapkan alasannya karena valuasi ketiga saham big bank RI itu menarik. "Valuasinya masih sangat menarik," katanya.

Investasi tersebut menandai kepemilikannya di sektor perbankan. Hermanto diketahui jugq memiliki portofolio di sejumlah saham sektor energi, seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO), PT Indo Tambangraya Megang Tbk. (ITMG), dan PT ABM Investama Tbk. (ABMM).

"Dialihkan ke BBNI, BBRI, BMRI karena yang saham-saham ADRO, ITMG, ABMM udah ada," imbuhnya.

Monday, July 8, 2024

Investor Bersiap, Ada Jadwal Cum Dividen 12 Emiten Pekan Ini

 

Infografis/ Hujan Cuan, Ini 11 Saham LQ45 Diam-diam Bisa Bikin Tajir/Aristya Rahadian
Foto: Infografis/ Hujan Cuan, Ini 11 Saham LQ45 Diam-diam Bisa Bikin Tajir/Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan ini menjadi kabar baik bagi para investor karena pembagian dividen sejumlah emiten dimulai pada Senin (8/7). Mengutip data Kustodian Sentral Efek Indonesia, total ada sebanyak 12 emiten yang mengagendakan periode cum dividen pada pekan ini.

Seperti diketahui, cum dividen merupakan periode atau tanggal pembelian saham terakhir jika investor ingin mendapatkan dividen dari saham tersebut.


Adapun ke-12 emiten tersebut di antaranya, Emiten milik konglomerat Anthoni Salim, yaitu PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) yang masing-masing akan membagikan dividen senilai Rp200 per saham untuk ICBP dan Rp267 per saham untuk INDF.

Selain itu, ada emiten milik konglomerat Manoj Punjabi yakni yang akan membagikan dividen senilai Rp25 per saham. Dengan total saham yang beredar mencapai 9,51 miliar lembar, diperkirakan dana dividen tersebut senilai Rp 237,78 miliar.

Selanjutnya, 9 emiten lainnya, di antaranya PT Carsurin Tbk. (CRSN), PT Cita Mineral Investindo Tbk. (CITA), PT Intanwijaya Internasional Tbk. (INCI), PT Multi Hanna Kreasindo Tbk. (MHKI).

Lalu, PT RMK Energy Tbk. (RMKE), PT Sarana Mitra Luas Tbk. (SMIL), PT Soho Global Health Tbk. (SOHO), PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk. (ISSP), dan PT Transcoal Pacific Tbk. (TCPI).

Thursday, July 4, 2024

Belum Groundbreaking, Ciputra (CTRA) Ungkap Nasib Proyek di IKN

 

Representation of the Bitcoin virtual currency standing on the PC motherboard is seen in this illustration picture, February 3, 2018. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Foto: REUTERS/Dado Ruvic

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar kripto kompak merah pada hari ini, Kamis (4/7/2024). Anjloknya pasar kripto hari ini terjadi di tengah pergerakan salah satu paus setelah 10 tahun diam.

Merujuk dari CoinMarketCap pada Kamis (4/7/2024) pukul 08:41 WIB, pasar kripto melemah. Bitcoin turun 3,56% ke US$59.786,55 dan secara mingguan berada di zona negatif 2,04%.

Ethereum berada di zona merah 4,6% dalam 24 jam terakhir dan dalam sepekan mengalami depresiasi 3,59%. Solana ambruk 11,31% secara harian dan secara mingguan melemah 0,24%.

Begitu pula dengan Dogecoin yang mengalami depresiasi 7,34% dalam 24 jam terakhir dan dalam tujuh hari terakhir tergelincir 5,85%.

CoinDesk Market Index (CMI) yang merupakan indeks untuk mengukur kinerja tertimbang kapitalisasi pasar dari pasar aset digital turun 4,3% ke angka 2.355,69 Open interest terdepresiasi 7,16% di angka US$58,99 miliar.

Sedangkan fear & greed index yang dilansir dari coinmarketcap.com menunjukkan angka 45 yang menunjukkan bahwa pasar berada di fase netral dengan kondisi ekonomi dan industri kripto saat ini.

Dikutip dari BH News, satu kejadian mencolok melibatkan sebuah alamat Bitcoin yang dipantau oleh Whale Alert, yang terkenal dalam memantau transaksi kripto besar. Alamat ini, yang sudah tidak aktif selama lebih dari satu dekade, tiba-tiba menunjukkan aktivitas lagi, yang membuat para pengamat pasar waspada. Dompet ini berisi 43 Bitcoin, dengan nilai sekitar US$2,5 juta berdasarkan harga pasar saat ini.

Awal minggu ini, harga Bitcoin sempat naik melebihi US$63.000 namun mengalami penurunan sebesar 3,74% dalam 24 jam, stabil di sekitar US$60.000. Aktivasi kembali secara tiba-tiba dari dompet yang lama tidak aktif ini menambah volatilitas pasar kripto.

Paus lainnya juga terpantau kembali aktif pada awal Juni, mengirimkan 8.000 BTC senilai US$535 juta ke bursa Binance dalam beberapa transaksi. Transfer besar seperti ini dikenal dapat memberikan tekanan jual yang signifikan pada pasar.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Wednesday, July 3, 2024

Muamalat atau Victoria, Jalan BTN Jadi Pesaing BSI Makin Sulit

 

Bank Muamalat (Dok: Bank Muamalat)
Foto: Bank Muamalat (Dok: Bank Muamalat)

Jakarta, CNBC Indonesia - Upaya PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) untuk menjadi pesaing industri perbankan syariah semakin sulit. Seperti diketahui, BTN sedang dalam proses untuk melepas atau spin off unit usaha syariah (UUS) bank itu, BTN Syariah.

Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu, pada saat Public Expose Bursa Efek Indonesia (BEI) bulan November lalu mengatakan bahwa pihaknya sudah mengirimkan dua letter of interest (LOI) kepada dua bank syariah untuk diakuisisi.

Nixon mengatakan pada saat itu, bahwa pada saat spin off rampung, BTN Syariah dapat menjadi Bank Umum Syariah (BUS) terbesar kedua di Indonesia berdasarkan aset. Ia mengungkapkan model bisnisnya nanti, BTN Syariah bakal tetap memiliki fokus utama di segmen perumahan, sesuai dengan ekosistem BTN.

Ia membeberkan kajian konsultan menyebut mengakuisisi bank syariah untuk menjadi "cangkang" adalah cara tercepat untuk dapat spin off sebelum melewati tenggat dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yakni tahun 2026. Dua bank yang masuk dalam radar BTN adalah PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. (BMI) dan PT Bank Victoria Syariah (BVS).

Aset Bank Muamalat tercatat sebesar Rp64,9 triliun pada kuartal I-2024. Sementara itu, aset BTN Syariah pada periode yang sama sebesar Rp54,84 triliun.

Jika BTN Syariah merger dengan bank syariah tertua di RI itu, maka asetnya berpotensi setidaknya sebesar Rp119,74 triliun. Besaran itu bakal menjadikan BTN Syariah sebagai bank syariah terbesar hanya tepat di bawah PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) yang asetnya tercatat sebesar Rp357,90 triliun per kuartal I-2024.

Namun begitu, terdapat banyak faktor yang menghalangi realiasi rencana tersebut. Seperti, berbagai penolakan dari anggota DPR RI hingga Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Rencana tersebut juga dikabarkan telah batal. Hingga berita ini diturunkan, belum ada pihak yang memberikan pernyataan resmi mengenai hal tersebut.

Tanda batalnya aksi korporasi tersebut mulai terlihat dari mandeknya proses due diligence. Baik manajemen Muamalat dan BPKH selaku pemegang saham, mengatakan bahwa proses due diligence BTN dan bank syariah tertua di Indonesia itu, yang seharusnya sudah selesai bulan April, masih berjalan.

Berdasarkan informasi yang diterima CNBC Indonesia, salah satu alasan batalnya rencana tersebut karena harga akuisisi Bank Muamalat yang terlalu mahal, yakni mencapai Rp10 triliun.

Bahkan, sumber CNBC Indonesia mengungkapkan BTN Syariah kini telah beralih ke BVS dan tengah dalam proses due diligence yang ditargetkan rampung bulan Juni agar dapat menyampaikan proposal akuisisi pada bulan September mendatang. Nilai akuisisi anak usaha PT Bank Victoria International Tbk. (BVIC) ini pun jauh lebih kecil dari BMI, yakni dikabarkan senilai Rp1,7 triliun.

Tetapi, jumlah aset BVS jauh lebih mini dibanding BMI. Berdasarkan laporan bulanan Mei 2024, aset BVS itu mencapai Rp3,12 triliun, naik 36,72% yoy.

Dengan demikian, bila BTN Syariah gabung dengan BVS, asetnya diasumsikan hanya akan mencapai setidaknya Rp57,96 triliun. Jumlah itu bahkan lebih kecil daripada BMI dan UUS PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) yang juga hendak spin off, yakni sebesar Rp62,74 triliun per Maret 2024.

Direktur Institute For Demographic and Poverty Studies (IDEAS) Yusuf Wibisono menyayangkan bila bank pelat merah itu memutuskan untuk mencaplok BVS. Ia membeberkan dua alasannya.

"Pertama, penggabungan BTN Syariah dan Bank Victoria Syariah tidak akan menambah market share industri perbankan syariah nasional. Karena keduanya adalah bank syariah, maka menggabungkan keduanya tidak akan memberi dampak pada market share industri yang kini baru di kisaran 7,4%," ujar Yusuf saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (2/7/2024).

Kedua, karena penggabungan aset BTN dan BVS akan menghasilkan BUS dengan ukuran yang jauh di bawah BSI yang saat ini menguasai industri perbankan syariah RI. Hal ini mengancam iklim persaingan yang sehat di industri tersebut.

"Jika spin-off diserahkan sepenuhnya ke industri, maka pelaku pasar akan cenderung memilih opsi yang paling efisien, mudah dan cepat dilakukan, antara lain mengakuisisi bank yang sudah memiliki rekam jejak dalam industri perbankan syariah, seperti BTN Syariah yang kini mengincar Bank Victoria Syariah. Dengan arah seperti ini, spin-off hanya sekedar membawa pada konsolidasi industri perbankan syariah saja," pungkas Yusuf.


Senada, Pengamat Perbankan Bina Nusantara (BINUS) Doddy Ariefianto mengatakan mengakuisisi BVS bukan langkah yang strategis bagi BTN untuk menjadi pesaing BSI. Ia bahkan mengatakan bahwa itu hanya akan menambah aset BTN Syariah dalam jumlah yang sangat kecil. Doddy bahkan berseloroh, BTN dapat mengkonversi bank syariah buku-1 itu menjadi kantor cabang saja.

Ia mengatakan bahwa proses due diligence seharusnya menunjukkan prospek bisnis ke dalam bertahun-tahun mendatang. Bukan hanya dari data neraca keuangan yang sekarang. Doddy juga mengatakan upaya membangun perusahaan baru memang pasti tidak mudah.

"Kalau mau [buat perusahaan baru yang] sempurna, bikin dari awal semuanya. Anda mulai dari sebidang tanah. Anda bangun mau kayak apa. Nah, itu bakal 100% sesuai keinginan Anda. Oh, berarti itu sempurna. [Ibaratnya] kalau ada barang second, pasti enggak sempurna. Pasti banyak belentang-belentang gelentongnya. Tinggal dinego aja. Ada coret di sini, ada coret di situ, ada di sini. Turun harganya 10%, 20%, 30%. Tinggal begitu saja," pungkas Doddy saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (2/7/2024).

Doddy kemudian menyebutkan masih ada opsi lainnya bagi BTN untuk spin off, yakni dengan menyuntikkan modal

"Spin-off terus ditambahin modal, jadi gede juga. Tinggal mau aja induknya," ucapnya.

Menurut Doddy, opsi BTN untuk spin off, bergantung pada tujuannya. Jika tujuannya untuk menjadi pemain bank syariah terbesar RI kedua, bukan dengan mengakuisisi BVS. Terlebih, jika ingin menjadi bank syariah yang fokus pada pembiayaan perumahan.

Di sisi lain, Yusuf menilai opsi mengakuisisi Bank Muamalat berpotensi akan menghasilkan kinerja yang lebih baik "dibandingkan kasus merger 3 bank BUMN syariah."

"Karena aset Bank Muamalat dan BTN Syariah yang relatif seimbang, segmen dan ekosistem pasar ke-2 bank syariah tersebut saling melengkapi, kinerja BTN Syariah akan banyak terbantu oleh infrastruktur Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama, dan ekspansi Bank Muamalat akan banyak terbantu oleh dukungan dari BTN sebagai induk," ujarnya.

"Kita berharap spin-off UUS BTN menjadi momentum bagi pemerintah dan BTN untuk menunjukkan keseriusan pemerintah untuk menunjukkan afirmasinya dalam mengembangkan dan membesarkan market share industri perbankan syariah, sekaligus menghasilkan bank syariah dengan ukuran yang besar sebagai pesaing BSI dengan di saat yang sama tetap menjaga bahkan menguatkan core business BTN Syariah sebagai bank yang memiliki fokus di pembiayaan perumahan rakyat."