Jakarta, CNBC Indonesia-Rupiah lompat sebesar 200 perak dalam sehari. Dolar Amerika Serikat (AS) yang kemarin ada di level Rp15.800 kini sudah mendarat di Rp15.600.
Apa penyebabnya?
Reny Eka Putri, Ekonom Bank Mandiri menjelaskan penguatan rupiah disebabkan sentimen dari dalam dan luar negeri. Dari dalam negeri ada optimisme pelaku pasar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kebijakan Bank Indonesia (BI).
"Pertumbuhan ekonomi yang masih solid dan kebijakan BI yang masuk ke pasar turut menjaga stabilitas rupiah dalam jangka pendek," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (8/11/2024).
Sementara dari luar ada faktor pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS Federal Reserve (the Fed) sebesar 25 bps menjadi 4,50-4,75%.
Pemangkasan sebesar 25 bps ini adalah kali kedua yang dilakukan The Fed dalam dua pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) secara beruntun. Sebelumnya, The Fed memangkas suku bunga sebesar 50 bps pada September lalu. Dengan demikian, suku bunga The Fed sudah dipangkas 75 bps.
"Hal ini membuat capital flow kembali masuk ke pasar domestik. Penurunan suku bunga The Fed membuat investor melepas aset-aset USD untuk masuk ke negara-negara lain termasuk Indonesia," terang Reny.
Pandangan senada juga disampaikan oleh Ekonom Bank Danamon, Hosianna Evalita Situmorang. Dia menambahkan, kemenangan Donald Trump juga memberi andil atas penguatan rupiah.
"Trump beneran akan end the war, yield ust akan turun juga, plus kita lihat Presiden China Xi Jin Ping juga ucapkan selamat atas kemenengan Trump, nah ada indikasi yang lebih friendly," jelasnya.
Dia memproyeksikan rupiah akan bergerak pada rentang 15.600-15.750 per dolar AS.
No comments:
Post a Comment