Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah rilis data Bank Indonesia (BI) soal suku bunga dan penantian perihal rilis transaksi berjalan dan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI).
Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka melemah 0,13% di angka Rp15.880/US$ pada hari ini, Kamis (21/11/2024). Namun, rupiah tampak melemah lebih lanjut hanya dua menit sejak perdagangan dibuka yakni sebesar 0,5% ke angka Rp15.940/US$.
Sementara DXY pada pukul 08:59 WIB turun 0,11% di angka 106,56. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan posisi kemarin yang berada di angka 106,68.
Kemarin, BI telah menyampaikan untuk menahan suku bunganya di angka 6%. Hal ini disampaikan Gubernur BI, Perry Warjiyo untuk tetap menjaga terkendalinya inflasi dalam sasaran yang ditetapkan pemerintah 2,5 plus minus 1% pada 2024 dan 2025 serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
Perry menyatakan fokus kebijakan moneter untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak semakin tingginya ketidakpastian geopolitik dan perekonomian global dengan perkembangan politik di AS.
"Ke depan BI akan terus perhatikan pergerakan Nilai Tukar Rupiah (NTR) dan prospek inflasi serta perkembangan data dan dinamika kondisi yang berkembang dalam mencermati ruang penurunan suku bunga kebijakan lebih lanjut," terangnya.
Di lain sisi, tensi geopolitik tampak semakin tinggi setelah Ukraina menembak sejumlah target di Bryansk, Rusia menggunakan senjata jarak jauh milik Amerika Serikat (AS), Army Tactical Missile System (ATACMS), menyerang kota-kota Rusia.
Hal ini ditengarai membuat DXY mengalami lonjakan pada perdagangan kemarin.
Selain itu, pada pagi hari ini, BI kembali akan melaporkan angka transaksi berjalan dan NPI yang dinantikan pelaku pasar.
Hasil rilis nanti akan menjadi pertimbangan bagi investor khususnya dana asing apakah kembali ke pasar keuangan domestik atau tidak.
CNBC INDONESIA RESEARCH
No comments:
Post a Comment