Usut punya usut, investor tersebut merupakan klien dari Nomura Bank Switzerland (NBS) dan pembeliannya dilakukan lewat rekening escrow yang dikelola oleh NBS sebagai pihak ketiga. PT BESTPROFIT
Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang terbit di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut bahwa pembelian dilakukan lewat broker Citibank NA. Adapun alamat entitas pembeli dinyatakan berada di Kasernenstrasse 1, 8021 Zurich, yang merupakan alamat kantor Nomura Swiss. KSEI juga mengungkapkan bahwa pembelian pertama dilakukan tengah pekan lalu atau di tanggal 19 Juli 2022. Selanjutnya aksi beli ini berlangsung kembali di tanggal 20 Juli dan 21 Juli atau batas terakhir pengumuman data KSEI atas pemegang saham perseroan di atas 5%. BEST PROFIT
BESTPROFIT
Lewat rekening escrow di NBS, investor yang belum diketahui pasti identitasnya ini pertama kali memborong saham BUMI sebanyak 7,48 miliar atau mewakili kepemilikan 5,54% pada 19 Juli. Pembelian ini merupakan yang pertama dan memicu KSEI mengungkapkan nama pembeli kepada investor publik. Karena menggunakan rekening escrow tidak diketahui siapa investor dibalik pembelian tersebut.
Selanjutnya, aksi beli kembali berlanjut sehari setelahnya yakni pada tanggal 20 Juli 2022, yang mana klien Bank Nomura Swiss tersebut menambah 200 juta saham di BUMI, sehingga kini kepemilikannya menjadi 5,69%.
Terakhir dalam pengumuman KSEI paling anyar untuk transaksi per tanggal 21 Juli, investor tersebut kembali memborong 288 juta saham BUMI dan kini menjadikannya menguasai 5,91% saham perusahaan. PT BESTPROFIT FUTURES
BPF
Pembelian tersebut ikut mendongkrak kinerja saham BUMI di bursa, di mana pada tanggal 19 dan 20 Juli, saham BUMI menguat masing-masing 2,60% dan 5,06%. Sedangkan pada perdagangan 21 Juli saham BUMI ditutup stagnan.
Selanjutnya pada perdagangan dua hari setelahnya, saham BUMI kembali ditutup menguat dan memberikan adanya indikasi bahwa aksi beli dari investor misterius tersebut tampaknya terus berlanjut.
Secara total, sejak penutupan perdagangan 18 Juli atau sehari sebelum klien Nomura masuk ke BUMI, saham perusahaan batu bara Grup Bakrie tersebut telah menguat 21%.
Menggunakan asumsi batas bawah yakni harga penutupan perdagangan 18 Juli, investor yang memborong nyaris 8 miliar saham BUMI dalam kurun waktu tiga hari tersebut diperkirakan merogoh kocek lebih dari Rp 610 miliar untuk menguasai 5,91% saham BUMI.
Sebelumnya pada pertengahan bulan ini, BUMI mengumumkan rekor pembayaran US$ 118,3 juta atau setara dengan Rp 1,77 triliun kepada pemegang Tranche A. Secara total, Tranche A telah menerima total pembayaran US$ 731,3 juta secara tunai dari BUMI.
Corporate Secretary BUMI juga menyebut bahwa seluruh pembayaran Tranche A diharapkan akan diselesaikan pada Oktober 2022 bersamaan dengan dimulainya pembayaran Tranche B. Dileep menambahkan bahwa kupon Payment-in-KInd (PIK) atau pembayaran non tunai dari tanggal 11 April 2018 hingga 12 Juli 2022 atas Tranche B dan C juga sudah dikapitalisasi.
Melansir Refinitiv, utang BUMI atas empat obligasi masih tersisa Rp 21,02 triliun. Tiga dari empat obligasi tersebut akan jatuh tempo pada 11 Desember tahun ini dan diterbitkan dalam mata uang dolar AS atau nilainya mencapai Rp 12,56 triliun.
Sementara itu Rp 8,46 triliun sisanya akan jatuh tempo pada 26 Juli 2024 dalam mata uang rupiah dan merupakan senior unsecured bond.
Hingga akhir kuartal pertama tahun ini, perusahaan masih merasakan tekanan likuiditas dan mencatatkan defisiensi modal sebesar Rp 6,35 triliun. Jakarta, CNBC Indonesia