Friday, March 14, 2025

IHSG Ambruk 1,22%, Para Analis Kompak Sebut Ini Penyebabnya

 

Pengunjung melintas dan mengamati pergerakan layar elektronik di di Jakarta, Selasa (2/1/2018).
Foto: Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah pada pembukaan perdagangan Jumat (14/3/2025). Pada pembukaan perdagangan IHSG ke posisi 6.647,41. Namun, 2 menit berikutnya turun 1,22% atau 81 poin ke level 6.566,2.

Senior Technical Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta mengatakan, tekanan pasar modal Indonesia disebabkan oleh sejumlah faktor baik domestik maupun global. Menurutnya, dari domestik berkaitan dengan kondisi makro ekonomi yang tercermin dari data APBN yang mengalami defisit Rp 31 triliun.

"Masih kondisi makro domestik, (APBN) Februari menunjukkan penurunan yang signifikan daripada penerimaan," ujarnya saat dihubungi oleh CNBC Indonesia, Jumat (14/3).

Seperto diketahui, pada bulan Februari 2025 tercatat defisit Rp31,2 triliun atau 0,13% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Pendapatan negara hingga akhir Februari 2025 mencapai Rp316,9 triliun. Sementara itu, belanja negara dalam dua bulan pertama adalah Rp348,1 triliun atau 9,6% dari target APBN.

Pendapatan negara hingga Februari 2025 ambruk, baik dari pendapatan pajak atau non-pajak (PNBP). Pendapatan pajak bahkan jeblok 30% dibandingkan tahun lalu.

"Mengindikasikan adanya terjadi sinyal perlambatan ekonomi kita," imbuhnya.

Sementara dari faktor luar negeri, lanjutnya, masih terkait perang dagang atas kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. "Saya amati terkait trade war 2.0. Trump akan menerapkan tarif 200 % untuk produk-produk alkohol dari Eropa," ungkapnya.

Di sisi lain, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga kembali menyentuh level Rp 16.045. Hal tersebut membuat pelaku pasar bersikap wait and see. "Ini juga karena hari Jumat ya," imbuhnya.

Hal senada juga dikatakan oleh Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus yang mengatakan anjloknya IHSG berasal dari data APBN yang harus diperhatikan. "Terlebih lagi ketika pendapatan negara kita turun 20,85%. Dari sisi penerimaan pajak sajak turun 30,19%," ungkapnya.

Sementara dari faktor eksternal juga terkait dengan perang tarif yang semakin meningkat. Khususnya antara Amerika dengan Eropa. Selain itu tensi geopolitik yang semakin meningkat antara Rusia.

"Hal ini yang mengkhawatirkan di tengah situasi dan kondisi yang ada saat ini.. Sehingga membuat IHSG kita mengalami penurunan, meskipun di pasar saham kawasan Asia masih mengalami kenaikan," pungkasnya.

Wednesday, March 12, 2025

Asing Terciduk Tambah Muatan di Saham Ini Saat IHSG Lemah Lesu

 

Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup melemah pada perdagangan Selasa (11/3/2025), kompak dengan bursa Asia-Pasifik yang bergerak di zona merah. Indeks ditutup turun 0,79% ke 6.545,85.

Nilai transaksi mencapai Rp 9,77 triliun yang melibatkan 20 miliar saham dalam 1,1 juta transaksi. Mayoritas saham mengalami koreksi dan hanya 192 saham yang tercatat naik.

Mengutip Refinitiv, nyaris seluruh sektor berada di zona merah. Sektor konsumer non primer memimpin kerugian dengan penurunan 3,40%. Lalu diikuti oleh bahan baku (-2,81%) dan real estate (-1,85%).Adapun sektor teknologi menjadi satu satunya yang mengalami kenaikan ditopang oleh kinerja saham emiten data center DCI Indonesia (DCII).

Saham yang menjadi pemberat utama IHSG kemarin adalah GOTO. Saham teknologi tersebut turun 5,88% ke level Rp 80 per saham. GOTO menyumbang -10,97 indeks poin terhadap pelemahan IHSG.

Investor asing pun terpantau masih melakukan aksi jual saham, yakni sebesar Rp332,33 miliar di seluruh pasar. Rinciannya, sebesar Rp247,80 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp84,54 miliar di pasar negosiasi dan tunai.

Sementara itu, sejumlah saham masih menjadi pilihan beli asing dalam perdagangan kemarin. BMRI menjadi saham dengan net buy terbesar, yakni Rp204,71 miliar. Lalu diikuti oleh BBCA Rp 82,17 miliar dan EXCL Rp39,09 miliar. 

Selengkapnya, mengutip Stockbit, berikut 10 saham dengan net foreign buy pada perdagangan kemarin:

  1. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) - Rp204,71 miliar
  2. PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) - Rp82,17 miliar
  3. PT XL Axiata Tbk. (EXCL) - Rp39,09 miliar
  4. PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) - Rp20,60 miliar
  5. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) - Rp17,89 miliar
  6. PT Astra International Tbk. (ASII) - Rp14,62 miliar
  7. PT United Tractors Tbk. (UNTR) - Rp13,36 miliar
  8. PT Petrosea Tbk. (PTRO) - Rp11,94 miliar
  9. PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI) - Rp9,08 miliar
  10. PT Buana Lintas Lautan Tbk. (BULL) - Rp7,72 miliar

Tuesday, March 11, 2025

Kapitalisasi Wall Street Lenyap Rp 66 Kuadriliun, Ada Apa?

 

Patung Fearless Girl menghadap Bursa Efek New York pada 2 Juli 2024, di New York. Sebagian besar saham global melemah setelah indeks acuan berakhir lebih tinggi di Wall Street. (AP Photo/Peter Morgan)
Foto: Patung Fearless Girl menghadap Bursa Efek New York pada 2 Juli 2024, di New York. Sebagian besar saham global melemah setelah indeks acuan berakhir lebih tinggi di Wall Street. (AP Photo/Peter Morgan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tarif yang ditetapkan Presiden Donald Trump telah membuat para investor ketakutan, dengan kekhawatiran akan kemerosotan ekonomi yang mendorong aksi jual di pasar saham yang telah membuat lenyap US$ 4 triliun (Rp 66.000 triliun) dari posisi puncak S&P 500 bulan lalu, kala Wall Street masih sepakat mendukung sebagian besar agenda Trump.

Serangkaian kebijakan baru Trump telah meningkatkan ketidakpastian bagi para pelaku bisnis, konsumen, dan investor, terutama tindakan tarif bolak-balik terhadap mitra dagang utama seperti Kanada, Meksiko, dan China.

Melansir laporan Reuters, aksi jual pasar saham semakin dalam pada hari Senin. Indeks acuan S&P 500 turun 2,7%, penurunan harian terbesar tahun ini. Nasdaq Composite turun 4%, penurunan satu hari terbesar sejak September 2022. S&P 500 pada hari Senin ditutup turun 8,6% dari rekor tertingginya pada 19 Februari, kehilangan lebih dari US$ 4 triliun dalam nilai pasar sejak saat itu dan mendekati penurunan 10% yang akan menjadi koreksi bagi indeks tersebut.

Nasdaq yang sarat teknologi berakhir pada hari Kamis turun lebih dari 10% dari level tertingginya pada bulan Desember. Trump selama akhir pekan menolak untuk memprediksi apakah AS dapat menghadapi resesi karena investor khawatir tentang dampak kebijakan perdagangannya.

Investor juga mengamati apakah anggota parlemen dapat meloloskan RUU pendanaan untuk mencegah penutupan sebagian pemerintah federal. Laporan AS tentang inflasi akan dirilis pada hari Rabu.

S&P 500 membukukan keuntungan berturut-turut lebih dari 20% pada tahun 2023 dan 2024, dipimpin oleh teknologi megacap dan saham terkait teknologi seperti Nvidia dan Tesla yang pada tahun 2025 menjadi beban dan menyeret indeks utama.

Pada hari Senin, sektor teknologi S&P 500 turun 4,3%, sementara Apple dan Nvidia keduanya turun sekitar 5%. Tesla anjlok 15%, kehilangan nilai sekitar $125 miliar.

S&P 500 telah kehilangan semua keuntungan yang tercatat sejak pemilihan Trump pada tanggal 5 November, dan turun hampir 3% sejak saat itu. Dana lindung nilai (hedge fund) dan manajer investasi raksasa global lainnya mengurangi eksposur ke saham pada hari Jumat dalam jumlah terbesar dalam lebih dari dua tahun, menurut catatan Goldman Sachs yang dirilis pada hari Senin.

Investor telah menyatakan optimisme bahwa agenda pro-pertumbuhan yang diharapkan Trump termasuk pemotongan pajak dan deregulasi akan menguntungkan saham, tetapi ketidakpastian atas tarif dan perubahan lain termasuk pemotongan tenaga kerja federal, telah meredam sentimen positif tersebut.

Friday, March 7, 2025

Terungkap! Ketemu Prabowo, 8 Orang Terkaya RI Bahas Ini di Istana

 

Presiden Prabowo Subianto menerima delapan pengusaha besar di Indonesia di Istana Kepresidenan Jakarta, pada Kamis, (6/3/2025). (Instagram/@sekretariat.kabinet)
Foto: Presiden Prabowo Subianto menerima delapan pengusaha besar di Indonesia di Istana Kepresidenan Jakarta, pada Kamis, (6/3/2025). (Instagram/@sekretariat.kabinet)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Prabowo Subianto menerima kehadiran delapan pengusaha besar di Istana Kepresidenan Jakarta pada Kamis, 6 Maret 2025. Pertemuan ini menjadi ajang diskusi strategis antara pemerintah dan dunia usaha mengenai perkembangan ekonomi nasional serta program-program utama yang tengah dijalankan.

Delapan pengusaha yang hadir dalam pertemuan tersebut berasal dari berbagai sektor industri, di antaranya Anthony Salim, Sugianto Kusuma, Prajogo Pangestu, Boy Thohir, Franky Widjaja, Dato Sri Tahir, James Riady, dan Tomy Winata. Masing-masing memiliki latar belakang bisnis yang berbeda, mulai dari sektor pangan, properti, energi, keuangan, hingga manufaktur.

Dalam suasana yang hangat dan produktif, Presiden Prabowo membahas sejumlah isu strategis, termasuk program makan bergizi gratis yang menjadi salah satu kebijakan unggulan pemerintah, pembangunan infrastruktur, penguatan industri tekstil, hingga upaya swasembada pangan dan energi. Selain itu, industrialisasi dan pengelolaan investasi melalui Badan Pengelola Investasi Danantara juga menjadi topik utama dalam perbincangan.Pada kesempatan tersebut Kepala Negara mengapresiasi peran serta para pengusaha dalam mendukung berbagai kebijakan pemerintah, terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat.

Pertemuan ini mencerminkan upaya pemerintah dalam membangun komunikasi yang erat dengan dunia usaha, guna memastikan stabilitas ekonomi nasional serta menarik investasi yang dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan daya saing industri dalam negeri.

Ke depan, sinergi antara pemerintah dan sektor swasta diharapkan semakin kuat dalam mewujudkan visi Indonesia sebagai negara maju dengan ekonomi yang mandiri dan berdaya saing tinggi sesuai asta cita Presiden Prabowo. Turut mendamping Presiden pada pertemuan tersebut yaitu Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi dan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya.

Tuesday, March 4, 2025

Para Taipan IHSG Minta Buyback Tanpa RUPS, Bankir Senior Ingatkan Ini

 

Bursa Efek Indonesia mengumpulkan para pemangku kepentingan pasar modal, Senin (3/3/2025). (Dok OJK)
Foto: Bursa Efek Indonesia mengumpulkan para pemangku kepentingan pasar modal, Senin (3/3/2025). (Dok OJK)

Jakarta, CNBC Indonesia - Setidaknya ada dua hal yang menjadi pembahasan dalam pertemuan antara pelaku pasar dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kemarin, Senin (4/3/2025), yakni penundaan short selling dan buyback tanpa persetujuan rapat umum pemegang saham (RUPS). 

Sebagaimana diketahui, pertemuan tersebut dilakukan sebagai respons atas penurunan tajam IHSG dalam beberapa waktu terakhir. Puncaknya, pada 28 Februari 2025, IHSG ditutup ambruk 3,31%. 

Jahja Setiaatmadja, perwakilan dari bankir yang hadir dalam acara tersebut mengatakan sepakat bila short selling ditunda. "Itu bisa dilakukan saat market bagus sekali. Ada baiknya, yang harganya teknikal tinggi, ada saatnya orang berani short sell. Saat ini bukan waktu yang tepat," katanya dalam pertemuan dengan BEI, OJK, dan pelaku pasar, Senin (3/3/2025).

Namun dia menaruh catatan terkait usulan pembelian saham kembali atau buyback tanpa RUPS. Pasalnya bila diimplementasikan, hal tersebut bukan hanya bisa dilakukan oleh perusahaan yang berkinerja bagus dan memiliki free float yang cukup di pasar, tetapi juga emiten dengan kondisi sebaliknya. 

"Ini harus dijaga, kepentingan dari investor dan hal-hal ini kalau terjadi akan merusak nama dari pasar modal," katanya. 

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, para konglomerat yang hadir di pertemuan sepakat meminta Otoritas Jasa Keuangan dan Bursa Efek Indonesia (BEI) melonggarkan aturan pembelian saham kembali atau buyback.

Presiden Komisaris PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) Agus Projosasmito yang ikut hadir dalam acara tersebut mengatakan bahwa diperlukan kerja sama untuk menjaga keadaan pasar modal Tanah Air di tengah gempuran faktor eksternal yang terbilang kuat.

Menurut dirinya ada dua hal yang perlu dicermati, yakni penundaan short sell karena menekan para emiten. "Dan kedua emiten boleh buyback tanpa RUPS. Itu tidak usah diperimbangkan lagi Pak, saya kira diputuskan saja," katanya.

Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Utama PT Alamtri Resources Indonesia Tbk sebelumnya PT Adaro Energy Indonesia Tbk Garibaldi Thohir. Dia menilai banyak perusahaan yang memiliki fundamental bagus, tetapi secara valuasi masih murah. "Jadi memang buyback [tanpa RUPS] tadi diizinkan, dicari mekanisme sedemikian rupa. Kalau ada kemudahan, kami siap," katanya.

Pria yang akrab disapa Boy tersebut menilai ada dua hal yang mempengaruhi stabilitas IHSG, yakni eksternal dan hal-hal yang masih bisa dikendalikan. Kemudahan buyback, menurutnya, akan mampu menjaga stabilitas IHSG.

Ketua Umum Kadin Anindya Bakrie juga sepakat dengan aturan yang dapat memberikan kemudahan kepada emiten untuk melakukan buyback. Pasalnya saat ini banyak perusahaan yang memiliki uang tunai menumpuk.

Monday, March 3, 2025

JP Morgan Kerek Rekomendasi Saham BBRI Jadi Overweight, Ini Alasannya

 

Gedung BRI
Foto: Dok BRI

Jakarta, CNBC Indonesia - JP Morgan meningkatkan rekomendasi saham-saham perbankan besar di Indonesia, di tengah kondisi aksi jual dalam beberapa waktu terakhir. Khusus untuk saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), JP Morgan menaikkan rating emiten perbankan tersebut dari neutral menjadi overweight. Artinya analis memperkirakan bahwa harga saham perusahaan tertentu akan menunjukkan performa yang lebih baik di masa depan nanti.

Sementara itu, untuk bank lainnya seperti, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) ditingkatkan dari underweight menjadi neutral. Selain itu, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tetap di posisi neutral.

Analis JP Morgan, Harsh Wardhan Modi menargetkan harga saham BBRI di level Rp 4.200 per saham berdasarkan pada kelipatan price/book (P/B) wajar yang berasal dari dividend discount model (DDM) sebesar 1,64 kali dengan return on equity (RoE) yang dinormalisasi sebesar 19,8%. Selain itu, BBRI memiliki tingkat bebas rasio sebesar 7%, biaya modal sebesar 14,8%, dan tingkat pertumbuhan terminal sebesar 7%.

Di sisi lain, dia menjelaskan, aksi jual di saham bank BUMN tanah air mengakibatkan penurunan harga saham BUMN sebanyak 17% secara year to date (YtD). Angka ini jauh lebih besar dibandingkan dengan penurunan IHSG 13% dan MSCI Emerging Market yang meningkat 2%.

Alhasil, kondisi tersebut menunjukkan potensi pemulihan teknis jangka pendek bagi saham-saham perbankan. Meskipun proyeksinya hati-hati, harga saham telah turun di bawah level target, sehingga sulit untuk mempertahankan sikap bearish pada sektor tersebut.

Berdasarkan analisisnya, BBRI memiliki fundamental yang kuat pada bisnis pendaan UMKM, sehingga memungkinkan mereka untuk mencapai profitabilitas yang signifikan sepanjang siklus. Namun, saat ini BBRI sedang mengalami fase penurunan kualitas aset. Hal ini akibat dari perubahan makroekonomi dan lemahnya penjaminan di Kupedes, terutama pada 2023 lalu.

Pihak BBRI pun sedang dalam proses mengatasi tantangan ini sekaligus memperbaiki non-performing loan (NPL). Proses ini kemungkinan akan memakan waktu, namun cukup banyak risiko yang telah diperhitungkan Manajemen BBRI.

Lebih jauh, emiten pelat merah satu ini dipandang memiliki modal yang melebihi kebutuhan pertumbuhan bank tersebut. Oleh karena itu, JP Morgan memperkirakan BBRI bisa mencatatkan rasio pembayaran yang tinggi. Di satu sisi, hal ini akan membatasi pertumbuhan book value (BV) BBRI, namun emiten ini akan menghasilkan dividend yield yang tinggi.