Friday, December 20, 2024

Begini Asal Mula Masalah Dolar Rp15.000 Terbang ke Rp16.300

 

Petugas menunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di tempat penukaran uang PT Ayu Masagung, Jakarta, Senin (18/11/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Petugas menunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di tempat penukaran uang PT Ayu Masagung, Jakarta, Senin (18/11/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat telah terbang jauh dari level kisaran Rp 15.900 pada 13 Desember 2024, menuju level Rp 16.300 per dolar AS.

Melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan kemarin (19/12/2024) rupiah anjlok hingga 1,24% ke level Rp16.285/US$. Pelemahan lebih dari 1% ini adalah yang terdalam sejak 7 Oktober 2024 yakni sebelumnya sebesar 1,26%.

Sepanjang hari kemarin, nilai tukar rupiah berfluktuasi hingga sentuh level Rp16.130/US$ dan terjauh di posisi Rp16,300/US$. Pelemahan ini adalah yang terdalam sejak 30 Juli 2024 dengan sebelumnya berada pada posisi Rp16.295/US$.Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pun telah buka suara menjelaskan penyebab kurs rupiah terbang dari level Rp 15.900 ke atas Rp 16.200. Ia menegaskan,pelemaham kurs rupiah disebabkan kondisi ketidakpastian global yang semakin tinggi.

"Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut dipengaruhi oleh makin tingginya ketidakpastian global," kata Perry dalam rilis hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu (19/12/2024).

Ketidakpastian global utamanya terkait arah kebijakan AS di bawah pemerintahan Presiden terpilih Donald Trump, ruang penurunan suku bunga acuan Bank Sentral AS Fed Fund Rate atau FFR yang lebih rendah, penguatan mata uang dolar AS secara luas, serta risiko geopolitik yang mengakibatkan berlanjutnya preferensi investor gloal untuk pindahkan alokasi portofolio ke AS.

Meski demikian Perry melihat pelemahan rupiah masih dalam batas terkendali. Dibandingkan negara setara, rupiah masih lebih baik terutama terhadap dolar Taiwan, peso Filipina dan won Korea Selatan.


"Ke depan rupiah diperkirakan akan stabil didukung komitmen BI menjaga stabilitas rupiah imbal hasil yang menarik inflasi yang rendah dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik," tegas Perry.

Selain itu, dia mengungkapkan tekanan pada rupiah ternyata turut dipengaruhi sentimen negatif pelaku pasar keuangan terhadap perkembangan kasus dugaan korupsi penggunaan dana corporate social responsibility (CSR) program sosial Bank Indonesia.

Sebagaimana diketahui, pada Senin malam, 16 Desember 2024, Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK telah menggeledah kantor pusat Bank Indonesia. Beberapa ruangan diperiksa sejak malam hingga subuh, termasuk ruang kerja Gubernur Bank Indonesia di Gedung Thamrin BI, Jakarta.

"Segala berita itu berpengaruh ke kondisi pasar termasuk nilai tukar rupiah, tentu saja demikian," kata Perry.

Perry memastikan, BI akan terus merespons sentimen negatif itu dengan melakukan berbagai langkah stabilisasi rupiah, termasuk langkah-langkah intervensi melalui operasi moneter dengan pembelian SBN di pasar sekunder hingga melalui instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia atau SRBI.

"Tentu saja BI dengan berbagai berita-berita yang berpengaruh ke pasar termasuk nilai tukar rupiah, BI terus komitmen jaga stabilitas nilai tukar rupiah," tegasnya.

Sementara itu, berdasarkan catatan tim riset CNBC Indonesia, faktor pelemahan rupiah memang cukup banyak didominasi oleh situasi eksternal khususnya yang datang dari AS. Berikut ini rinciannya:

1. Ekspektasi Pemangkasan Fed Fund Rate (FFR) 2025

Pada Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed menunjukkan bahwa mereka mungkin hanya akan menurunkan dua kali lagi pada 2025. Ekspektasi tersebut tercermin dari dot plot terbaru Desember ini. Dot plot merupakan matriks ekspektasi dan pandangan suku bunga masa depan dari masing-masing anggota Federal Open Market Committee (FOMC).

Dot plot terbaru ini lebih pesimis dibandingkan sebelumnya. Merujuk dot plot terbaru, dua pemotongan yang diekspektasikan pada 2025 ini hanya setengah dari target komite ketika plot tersebut terakhir diperbarui pada September dengan ekspektasi pemangkasan sebesar 100 bps pada 2025.

"Dengan langkah hari ini, kami telah menurunkan suku bunga sebesar satu poin persentase dari puncaknya, dan stance kebijakan kami kini jauh lebih longgar. Oleh karena itu, kami bisa lebih berhati-hati saat mempertimbangkan penyesuaian lebih lanjut terhadap suku bunga kebijakan kami." ujar Chairman The Fed Jerome Powell di konferensi pers usai rapat.

Lebih lanjut, pejabat Fed menunjukkan dua pemotongan lagi pada 2026 dan satu lagi pada 2027. Dalam jangka panjang, komite memandang suku bunga "netral" berada pada 3%, 0,1 poin persentase lebih tinggi dibandingkan pembaruan September, karena tingkat ini secara perlahan meningkat sepanjang tahun ini (3% vs 2,9%).

Hal ini juga disetujui oleh Global Markets Economist Maybank Indonesia,MyrdalGunarto yang mengungkapkan bahwa pelemahan rupiah terjadi karena ekspektasi penurunan suku bunga.

"Jadi wajar kalau rupiah melemah karena ekspektasi penurunan suku bunga The Fed yang seharusnya turun 100 bps, malah jadi 50 bps," ujar Myrdal kepada CNBC Indonesia.

Senada dengan Myrdal, Head of Treasury & Financial Institution Bank Mega, Ralph Birger Poetiray menilai pelemahan rupiah wajar terjadi karena The Fed tidak hawkish untuk pemotongan suku bunga acuan tahun depan.

Sedangkan Ekonom Senior KB Valbury Sekuritas, Fikri Permana mengatakan bahwa ada kekhawatiran perihal Trump tariff ke depan.


"Kekhawatiran fragmented economy dikarenakan Trump tarif dan capital flight to safety yang cukup besar akan dilakukan oleh investor global," papar Fikri.

"Jadinya akan ada capital outflow di Indonesia," tegasnya.

Kondisi ini mengakibatkan aliran modal asing terus keluar dari Indonesia. Data transaksi aliran modal asing BI per 9-12 Desember 2024 menunjukkan investor asing melakukan aksi jual neto sebesar Rp1,31 triliun di pasar saham, beli neto sebesar Rp8,84 triliun di pasar SBN, dan jual neto sebesar Rp0,20 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Namun jika ditarik lebih panjang, investor asing sejak pekan kedua Oktober hingga pekan pertama Desember 2024, terpantau net foreign sell sebesar Rp47 triliun.

2. Inflasi AS Tercatat Lebih Tinggi

Baik Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Indeks Harga Produsen (IHP) AS untuk periode November secara year on year/yoy terpantau naik lebih tinggi yakni masing-masing sebesar 2,7% yoy & 3% yoy.

Ekonom Sucor Sekuritas, Ahmad Mikail menyampaikan bahwa IHP AS yang lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar membuat rupiah tertekan.

Sebagai informasi, IHP sangat dipantau oleh para ekonom dan investor karena mengukur tingkat inflasi dari perspektif produsen dengan melacak perubahan harga barang yang dijual oleh produsen. Indikator ini dianggap sebagai petunjuk awal inflasi harga konsumen, yang menyumbang sebagian besar dari total inflasi.

Kenaikan IHP menunjukkan bahwa produsen sedang menghadapi biaya yang lebih tinggi, yang mungkin akan diteruskan ke konsumen dalam bentuk harga yang lebih tinggi. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan inflasi konsumen, yang sering kali diikuti dengan kenaikan suku bunga. Kenaikan suku bunga umumnya akan memperkuat USD karena menarik investor asing yang mencari imbal hasil lebih tinggi dari investasi mereka.

Sebagai kesimpulan, data IHP terbaru dengan angka yang lebih tinggi dari perkiraan mengarah pada tren bullish untuk USD. Ini juga menegaskan potensi peningkatan inflasi, yang dapat lebih memperkuat dolar hijau dalam waktu dekat.

Hal ini juga ditanggapi oleh Ekonom Panin Sekuritas, Felix Darmawan mengemukakan bahwa progress penurunan inflasi yang lambat membuat rupiah kembali tertekan.

Sebagai informasi, sejak dahulu, The Fed menargetkan target inflasi AS yakni di angka 2%. Sedangkan kondisi saat ini justru tampak inflasi kembali menjauhi target tersebut.

3. Imbal Hasil Surat Utang AS Melesat

Imbal hasil US Treasury untuk tenor dua, lima, dan 10 tahun tercatat mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada penutupan perdagangan kemarin.

Sebagai contoh pada imbal hasil US Treasury tenor dua tahun terpantau naik 2,69% ke angka 4,355%. Tenor lima tahun naik 3,18% ke angka 4,383%. Tenor 10 tahun naik 2,58% ke angka 4,498% pada 18 Desember 2024.

Ahmad juga menegaskan bahwa naiknya imbal hasil US Treasury menjadi penekan rupiah belakangan ini.


Wednesday, December 18, 2024

Asing Kompak Borong Saham-Saham Prajogo Kala IHSG Ambruk

 

Seorang pengunjung Bursa Efek Indonesia berdiri di depan papan elektronik yang menampilkan daftar indeks saham, Kamis, (7/11/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Seorang pengunjung Bursa Efek Indonesia berdiri di depan papan elektronik yang menampilkan daftar indeks saham, Kamis, (7/11/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melanjutkan koreksi pada hari kedua perdagangan pekan ini. Indeks ditutup ambruk 1,39% ke posisi 7.157,73 ditutup ambruk pada akhir perdagangan Selasa (17/12/2024).

Nilai transaksi indeks pada hari ini mencapai sekitar Rp11,80 triliun dengan melibatkan 18,58 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,08 juta kali. Sebanyak 157 saham naik, 441 saham turun, dan 188 saham stagnan.Seiring dengan ambruknya indeks kemarin, investor asing tercatat melakukan lego besar-besaran lagi, yakni sebesar Rp1,63 triliun di seluruh pasar. Rinciannya, sebesar Rp1,54 triliun di pasar reguler dan sebesar Rp89,45 miliar.

Di samping itu, ada sejumlah saham yang tetap menjadi pilihan keranjang belanja asing. Mengutip Stockbit, berikut net foreign buy perdagangan Selasa!

1. PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) - Rp62,75 miliar

2. PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) - Rp27,33 miliar

3. PT MD Entertainment Tbk. (FILM) - Rp19,93 miliar

4. PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) - Rp18,05 miliar

5. PT XL Axiata Tbk. (EXCL) - Rp18,05 miliar

6. PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk. (PANI) -Rp14,27 miliar

7. PT Astrindo Nusantara Infrastructure Tbk. (BIPI) - Rp13,73 miliar

8. PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL) - Rp6,47 miliar

9. PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) - Rp5,98 miliar

10. PT Janu Putra Sejahtera Tbk. (AYAM) - Rp4,92 miliar

Tuesday, December 17, 2024

Schroders Dikabarkan Bakal Hentikan Bisnis di Indonesia

 

Logo Schroders Investment Management Indonesia. (Facebook/Schroders Indonesia)
Foto: Logo Schroders Investment Management Indonesia. (Facebook/Schroders Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan investasi yang berbasis di London, Schroders, membuka opsi untuk menjual bisnisnya di Indonesia. Hal ini diketahui dari sumber Reuters dengan alasan manajer aset global tersebut sedang mempertimbangkan untuk keluar dari beberapa pasar di bawah pimpinan eksekutif barunya.

Rencana ini didorong oleh CEO Schroders Richard Oldfield, yang mulai menjabat bulan lalu. Ia ingin memangkas unit-unit yang berkinerja buruk sebagai upaya untuk meningkatkan kembali kinerja setelah serangkaian pendapatan yang mengecewakan."Kami terus berdiskusi dengan para mitra potensial untuk memastikan bahwa kami dapat terus memberikan layanan dan nilai yang luar biasa kepada para klien kami," kata juru bicara Schroders Indonesia, mengutip Reuters, Senin (15/12).

Dikabarkan Schroders telah menyewa penasihat, termasuk UBS, untuk bekerja pada kemungkinan penjualan unit Indonesia.

Setidaknya empat perusahaan, termasuk unit manajemen aset HSBC, Allianz dan PT Bank Negara Indonesia (Persaro) Tbk (BBNI) menyatakan ketertarikannya.

Semua sumber menolak disebutkan namanya karena pembicaraan kesepakatan bersifat rahasia.

UBS dan HSBC menolak berkomentar. Sementra Allianz Global Investors mengatakan belum dapat memberikan komentar.

"Sebagai bagian dari transformasi BNI, kami membuka diri terhadap opsi-opsi untuk memperkuat kelompok usaha," kata Sekretaris Perusahaan BNI Okki Rushartomo, yang menolak berkomentar mengenai kesepakatan itu sendiri.

Valuasi dari unit Schroders di Indonesia juga tidak segera diketahui.

Sebagai informasi, rencana keluarnya Schroders terjadi setelah perjuangan selama tiga dekade untuk mengembangkan bisnis di Indonesia, karena para investor diperkirakan akan meminta pergeseran strategi karena saham-sahamnya menghadapi tekanan jual tahun ini, kata sumber pertama.

Manajer reksa dana aktif seperti Schroders telah berjuang untuk bersaing dengan manajer pasif, dan saingan alternatif dalam arus baru secara global. Beberapa pasar Asia juga belum memenuhi janji pertumbuhan aset yang berkelanjutan.

Schroders Indonesia mengelola sekitar US$ 4 miliar aset, 1,6% dari total asetnya di kawasan Asia Pasifik, yang merupakan pasar terbesar kedua bagi Schroders dalam hal dana kelolaan.

Monday, December 16, 2024

Harga Saham Bergerak Tak Wajar, BEI Pantau Ketat 3 Emiten Ini

 

Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) memantau dengan ketat perdagangan saham tiga emiten, yaitu PT Trust Finance Indonesia Tbk (TRUS), PT Sunson Textile Manufacturer Tbk (SSTM) karena terjadi pergerakan harga saham yang signifikan, dan PT Satria Antaran Prima Tbk (SAPX) karena penurunan harga yang signifikan.

Mengutip keterbukaan informasi BEI, ketiga saham tersebut bergerak di luar kebiasaan (Unusual Market Activity/UMA). Langkah BEI memnagau dengan ketat perdagangan sahamnya untuk memberikan perlindungan Investor, khususnya pada para pemegang sahamnya."Pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang- undangan di bidang pasar modal," tulis manajemen BEI, Senin (16/12).

Informasi terakhir mengenai TRUS adalah informasi tanggal 9 Desember 2024 yang dipublikasikan melalui website PT Bursa Efek Indonesia (Bursa) perihal laporan bulanan registrasi pemegang efek.

Sementara informasi terakhir mengenai SSTM adalah informasi tanggal 10 Desember 2024 yang dipublikasikan melalui website PT Bursa Efek Indonesia (Bursa) perihal penyampaian informasi pemenuhan kewajiban public expose tahunan.

Sementara informasi terakhir mengenai SAPX adalah informasi tanggal 12 Desember 2024 yang dipublikasikan melalui website PT Bursa Efek Indonesia (Bursa) perihal penjelasan atas volatilitas transaksi.

Sebagai informasi, sebelumnya Bursa telah mengumumkan penghentian sementara perdagangan terhadap Saham SAPX di pasar reguler dan tunai pada tanggal 6 hingga 13 September 2024 sampai dengan pengumuman bursa lebih lanjut.

Lalu, penghentian sementara perdagangan terhadap Saham SAPX di pasar reguler dan tunai pada tanggal 2 hingga 11 Juli 2024 sampai dengan pengumuman bursa lebih lanjut.

Serta penghentian sementara perdagangan terhadap Saham SAPX di Pasar Reguler dan tunai pada tanggal 3 Juni 2024 dalam rangka cooling down.

Unusual Market Activity (UMA) pada tanggal 28 Mei 2024 dan 28 Desember 2023 atas perdagangan saham SAPX.

Dengan demikian, pihak BEI meminta para investor pemegang 3 emiten tersebut untuk memperhatikan jawaban emiten atas permintaan konfirmasi Bursa, mencermati kinerja emiten dan keterbukaan informasinya, mengkaji kembali rencana corporate action emiten apabila rencana tersebut belum mendapatkan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Serta, mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul di kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi.