Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa bank telah memiliki rencana untuk menambah modal, baik melalui penerbitan saham baru (rights issue) maupun masuknya investor strategis. Namun, sebagian lainnya masih dalam tahap penjajakan untuk memenuhi ketentuan tersebut.
Syarat pemenuhan modal inti bank Rp 3 triliun tersisa kurang dari dua bulan lagi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun menegaskan tidak ada perpanjangan waktu untuk pemenuhan syarat ini.
Pihak regulator berharap pada akhir tahun ini semua bank dapat memenuhi ketentuan modal inti minimum yang telah disyaratkan. OJK juga sudah menyiapkan sejumlah skenario jika modal inti tak kunjung terpenuhi hingga batas waktu yang ditentukan. Setidaknya, ada tiga opsi yang bisa ditempuh.
CNBC Indonesia melakukan penelusuran, siapa saja bank yang memiliki modal kurang dari Rp 3 triliun, dan telah memiliki rencana untuk menambah modal. Berikut penelusurannya:
PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR)
Bank Oke segera menjual sebanyak-banyaknya 2,94 miliar saham baru lewat penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Perusahaan memasang harga penawaran Rp 170 per saham.
Artinya, Bank Oke berpotensi meraup dana segar Rp 499,43 miliar. Setiap pemegang saham yang memiliki 19 saham yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham DNAR mempunyai empat HMETD untuk membeli empat saham baru.
APRO Financial Co Ltd selaku pemegang saham utama Bank Oke telah menyatakan kesanggupannya untuk melaksanakan seluruh haknya dalam rights issue DNAR sekaligus menjadi pembeli siaga.
Sebelumnya diketahui hingga kuartal III 2022 modal inti Bank Oke senilai Rp 2,969 triliun. Maka dengan penambahan modal tersebut, ke depan modal inti Bank Oke akan mencapai sekitar Rp 3,4 triliun.
PT Bank Victoria International Tbk (BVIC)
Bank Victoria akan melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue sebanyak-banyaknya 4,95 miliar lembar saham dengan nilai nominal Rp100 per saham. Itu setara 27,54% dari modal ditempatkan, dan disetor penuh perseroan setelah rights issue.
Berdasarkan prospektus rights issue yang dipublikasikan BVIC di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (21/10), harga pelaksanaan rights issue tersebut ditargetkan sekitar Rp 130 - Rp 155 per saham. Dengan target harga tersebut, perseroan berpotensi meraup dana segar sekitar Rp 644 miliar hingga Rp 768 miliar.
Sebelumnya, Bank Victoria International diketahui memiliki modal sebanyak Rp 2,503 triliun. Dengan rights issue tersebut, modal inti Bank Victoria akan tembus sekitar Rp 3,2 triliun.
PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA)
Bank Ina akan melakukan penguatan modal dengan skema Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue. Bank bersandi saham BINA ini akan menerbitkan 296,85 juta lembar saham baru atau 4,76% dari total saham yang ditempatkan.
Setiap pemegang 1 HMETD yang tercatat hingga 28 November 2022 pukul 16.00 WIB berhak membeli sebanyak satu saham baru dengan harga pelaksanaan berkisar antara Rp 3.600 hingga Rp 4.200 setiap saham yang harus dibayar penuh pada saat pelaksanaan HMETD.
"Sehingga jumlah dana yang akan diterima Perseroan dalam PMHMETD IV ini sebanyak-banyaknya sebesar Rp 1,24 triliun. Saham hasil HMETD akan dicatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI)," mengutip Prospektus BINA, Kamis (22/9).
Sebelumnya modal inti Bank Ina diketahui sebesar Rp 2,328 triliun. Dengan adanya rights issue, maka modal inti perseroan akan melonjak menjadi sekitar Rp 3,5 triliun.
PT Bank Bumi Arta Tbk. (BNBA)
Bank Bumi Arta bersiap melakukan aksi tambah modal melalui mekanisme penerbitan saham baru atau rights issue sebanyak 1,38 miliar saham dengan nilai nominal Rp100. Aksi korporasi ini ditargetkan berlangsung pada November mendatang.
Dalam keterbukaan informasi, Selasa (4/10/2022), manajemen Bank Bumi Arta menjelaskan hak memesan efek terlebih dahulu atau HMETD akan diperdagangkan mulai 21-25 November 2022. Sejauh ini perseroan belum menetapkan harga pelaksanaan rights issue.
"Dengan ketentuan bahwa HMETD yang tidak dilaksanakan sampai dengan tanggal tersebut tidak berlaku lagi," tulis penjelasan manajemen Bank Bumi Arta kepada otoritas bursa.
Dengan aksi korporasi ini, BNBA optimistis modal inti perseroan akan mampu mencapai Rp3 triliun hingga akhir 2022. Sampai dengan akhir Juni 2022, total ekuitas dari bank yang dikendalikan oleh Ajaib Sekuritas ini baru menyentuh Rp2,24 triliun.
PT Bank JTrust Indonesia Tbk. (BCIC)
Bank JTrust akan melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau rights issue melalui penawaran umum terbatas (PUT) II 2022.
Berdasarkan prospektus ringkas yang dimuat di keterbukaan informasi, Senin (1/8/2022), Bank JTrust Indonesia akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 4,24 miliar saham Seri C dengan nilai nominal Rp 100 per saham dengan harga pelaksanaan Rp 300 per saham. Dengan demikian, emiten bersandi saham BCIC itu akan mengantongi nilai emisi sebanyak Rp1,27 triliun.
Sebelumnya Bank Jtrust diketahui memiliki modal inti senilai Rp 2,762 triliun. Dengan adanya rights issue maka modal inti perseroan akan melonjak menjadi sekitar Rp 4 triliun.
PT Bank Ganesha Tbk. (BGTG)
Bank Ganesha bakal menggelar aksi penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue sebanyak 7,5 miliar saham dengan harga Rp120 per saham. Jumlah dana yang akan diterima perseroan dalam rights issue ini maksimal Rp900 miliar.
Berdasarkan keterbukaan informasi, manajemen secara efektif menawarkan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau PMHMETD II ini pada 25 November 2022. Kemudian, perdagangan PMHMETD II akan digelar pada 9-15 Desember 2022.
Manajemen akan menawarkan right issue kepada para pemegang saham yang tercatat pada tanggal 7 Desember 2022. Untuk setiap pemegang 500.000 saham perseroan, akan memperoleh 227.673 HMETD.
Sebelumnya diketahui, modal inti Bank Ganesha sebesar Rp 2,158 triliun. Dengan adanya rights issue, maka modal inti perseroan akan meningkat menjadi sekitar Rp 3 triliun.
PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB)
Bank Neo Commerde akan menyelenggarakan penawaran umum terbatas untuk penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu VI (PMHMETD VI) atau rights issue sebanyak 5 miliar saham.
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (3/8/2022), nilai nominal rights issue BBYB sebsar Rp 100 per saham. Namun, bank yang identik dengan maskot kucing itu belum menetapkan harga pelaksanaan dan rasio rights issue.
Sebagai pengingat, apabila pemegang saham tidak melaksanakan HMETD, maka akan mengalami dilusi sebsar 34,67% setelah periode pelaksanaan HMETD.
PT Krom Bank Indonesia Tbk (BBSI)
Krom Bank akan menggelar rights issue maksimum 367,5 juta lembar saham baru (10% dari modal) dengan rasio 9:1 dan dilusi 10%. Harga pelaksanaan ditetapkan sebesar Rp 2.480 per lembar, sehingga total dana yang dapat dihimpun mencapai Rp 911,3 miliar.
Dana tersebut akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan dan modal kerja perseroan. Sebelumnya, modal inti perseroan adalah sebesar Rp 2,131 triliun. Dengan adanya rights issue, maka modal inti perusahaan akan naik menjadi sekitar Rp 3,1 triliun.
PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK)
Bank Aladin Syariah diketahui melaksanakan rights issue sebanyak 1.999.933.723 saham dengan harga pelaksanaan Rp 2.000 tiap sahamnya. Jumlah saham baru yang akan diterbitkan itu mencapai 11,12% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
Jumlah dana yang akan diterima dalam rights issue ini diperkirakan mencapai Rp 4 triliun. Seluruh dana tersebut bakal digunakan untuk penyaluran pembiayaan untuk mendukung kinerja Bank Aladin Syariah.
Sebelumnya diketahui modal inti perusahaan adalah sebesar Rp 2,009 triliun. Dengan adanya rights issue tersebut, maka modal inti perseroan akan naik menjadi sebanyak Rp 6 triliun.
PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP)
Bank MNC siap melakukan penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) IX atau rights issue.
Perseroan akan melepas sebanyak-banyaknya 10.482.985.606 saham seri B dengan nilai nominal Rp 50 per saham atau 25% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah rights issue. Belum ditetapkan harga pelaksanaannya.
Sebelumnya diketahui modal inti perusahaan adalah Rp 2,050 triliun, dan dengan adanya right issue kemungkinan Bank MNC bisa memenuhi ketentuan modal minimum yang disyaratkan.
PT Bank of India Indonesia Tbk. (BSWD)
Bank of India Indonesia menyiapkan aksi penerbitan saham baru melalui mekanisme rights issue sebesar 1,2 miliar lembar saham. Dengan asumsi seluruh saham dari right issue terserap, BSWD menargetkan modal inti menjadi Rp 3,63 triliun.
Berdasarkan keterbukaan informasi, Bank of India Indonesia akan meminta persetujuan kepada pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang rencananya digelar pada 15 November 2022. Penambahan modal ini sekaligus langkah perusahaan untuk memenuhi ketentuan modal minimal bank umum dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
PT Bank Capital Indonesia, Tbk. (BACA)
Bank Capital berencana melakukan aksi korporasi dengan melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) IV atau rights issue.
Dalam prospektus ringkas yang disampaikan Manajemen BACA Kamis (15/9) disebutkan bahwa Perseroan akan menerbitkan sebanyak 19.946.980.337 saham biasa atau setara dengan 72,14% dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh setelah rights issue, dengan asumsi seluruh waran seri III telah dilaksanakan) dengan nilai nominal dan harga pelaksanaan Rp 100 per saham sehingga seluruhnya bernilai Rp 1,99 triliun.
Setiap pemegang 100 saham Lama yang namanya tercatat pada daftar pemegang saham Perseroan 8 hari kerja setelah efektifnya Pernyataan Pendaftaran pukul 15.00 WIB berhak atas 259 HMETD, dimana setiap 1 HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli 1 Saham Baru yang harus dibayar penuh pada saat mengajukan pemesanan pelaksanaan HMETD.
Sebelum diketahui Bank Capital memiliki modal inti sebesar Rp 2,087 triliun. Dengan adanya rights issue, maka modal inti bank akan naik menjadi sekitar Rp 4 triliun.
PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR)
Bank Amar mengumumkan akan segera melaksanakan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue dengan menerbitkan 3,59 miliar saham baru atau sebesar 20,6% dari modal ditempatkan disetor penuh perseroan dengan nominal Rp 100 per saham.
Aksi korporasi tersebut dilakukan untuk memperkuat permodalan dan memenuhi aturan OJK terkait bank digital. Hingga akhir kuartal pertama tahun ini, AMAR diketahui baru memiliki modal inti sejumlah Rp 2 triliun.
Adapun harga pelaksanaan dipatok senilai Rp 280 per saham. Sehingga, melalui aksi korporasi tersebut, perusahaan menargetkan perolehan dana segar hingga Rp 1 triliun, dan pada akhir tahun modal inti perseroan diharapkan sudah tembus Rp 3 triliun.
PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU)
Bank Nobu akan menggelar rights issue dalam waktu dekat. Perusahaan mengaku kini tengah menjajaki investor strategis yang bakal menyerap saham perseroan dalam aksi korporasi tersebut.
"Perseroan telah memulai langkah-langkah pemenuhan modal inti sejak tahun lalu dan prosesnya masih berlangsung hingga sekarang dimana perseroan akan melaksanakan RUPSLB dalam waktu dekat dengan dilanjutkan proses right issue," ujar Januar Angkawidjaja, Direktur NOBU, dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (31/10/2022).
Dalam rencana aksi korporasi tersebut, Bank Nobu berencana menerbitkan 630,45 juta saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Dana hasil rights issue nantinya digunakan untuk membeli gedung LPLI guna mendukung kegiatan usaha perseroan.
Selain itu, dana rights issue juga digunakan untuk memperkuat modal kerja perseroan berupa penyaluran kredit kepada nasabah dengan nilai yang dipatok sebesar Rp 35 miliar. Sementara sebanyak Rp 368 miliar ditujukan untuk pembelian aset milik LPLI.
Sebelumnya, modal inti perseroan diketahui berada di angka Rp 1,604 triliun. Namun belum diketahui dengan pasti berapa target modal inti perusahaan di akhir tahun nanti.
PT Bank Maspion Indonesia (BMAS)
Bank Maspion tengah menggodok rights issue 4.176.854.000 saham atau 4,17 miliar lembar. Penerbitan saham anyar itu, setara 48,45% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah hajatan right issue. Saham baru itu dibekali nilai nominal Rp100.
Berdasarkan skema, nanti setiap pemegang 100 saham jadul dengan nama tercatat dalam daftar pemegang saham pada 12 Oktober 2022 pukul 16.00 WIB, berhak atas 94 hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Di mana, setiap satu HMETD berhak menebus satu saham baru.
Sebelumnya, diketahui modal inti Bank Maspion sebesar Rp 1,347 triliun. Belum diketahui pasti berapa target modal inti perseroan pada akhir tahun nanti.