Monday, December 30, 2024

Siapa Pemilik Ramayana? Ini Dia Sosoknya

 

Ramayana (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Ramayana (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Anak zaman sekarang mungkin tidak kenal Ramayana. Dahulu, ketika sedang banyak uang, orang-orang langsung bergegas belanja baju ke Ramayana. Toko baju tersebut juga menjadi tujuan saat Lebaran tiba.

Raja 'ritel' Ramayana ini dikembangkan oleh Paulus Tumewu. Toko ini menjadi ancaman serius bagi raja ritel lainnya, Matahari.

Paulus yang belajar bisnis dari toko kelontong orang tuanya di Makassar, hijrah ke Jakarta setelah menikah dengan Tan Lee Chuan, adik Eddy Tansil.

Tahun 1978 adalah tahun permulaan bagi Ramayana Department Store, yang belakangan dikenal sebagai ritel pakaian untuk segmen menengah ke bawah. Usia Paulus Tumewu kala itu masih 26 tahun.

Gatra (07/03/2007) menyebut tokonya mulanya bernama Ramayana Fashion Store. Ketika masih toko biasa, Paulus berkongsi dengan Agus Makmur. Keduanya lalu membangun PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS).

Bisnis keduanya lalu melebar di tahun 1985 dengan mendirikan toko Ramayana di Bandung. Selain menjual pakaian, mereka juga tas, sepatu, dan aksesori. Dalam waktu empat tahun, Ramayana sudah punya 13 store. Jumlah karyawannya di tahun 1989 itu sudah mencapai 2.500 orang.

PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. sejak tahun 1996 melantai Bursa Efek Jakarta dengan kode RALS. Jumlah gerainya pun bertambah dan tersebar di 40 kota penting di Indonesia. Jumlah karyawannya terus bertambah. Di tahun 2005, Ramayana dilanda penurunan pemasukan.

Berdasar laporan keuangan 2005, keuntungan bersih Ramayana sebesar Rp 302 miliar dengan omset penjualan Rp 4,3 triliun sementara pada tahun sebelumnya untung bersih Rp 311 miliar.


Munculnya International Trade Centre (ITC) dianggap ikut menjadi biang kerok penurunan itu.

Meski begitu, Paulus masih masuk dalam daftar 40 orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes kala itu. Pada Juli 2006, Paulus menempati peringkat ke-15 dengan kekayaan yang kala itu US$ 440 juta atau sekitar Rp 3,96 triliun (kurs Rp 9.000 per US$).

Pada 2023, nama Paulus sudah tidak lagi ada di dalam daftar 50 orang terkaya Indonesia versi Forbes. 

Hingga hari ini gerai Ramayana masih hidup. Meski banyak saingan di bisnis ritel pakaian, Paulus melalui Ramayana merupakan raja penjual pakaian untuk segmen masyarakat kelas menengah ke bawah.

Per September 2024, Ramayana Lestari Sentosa membukukan laba bersih setelah pajak Rp252,7 miliar, turun tipis atau 0,77% secara tahunan (yoy). Laba ini utamanya turun karena pendapatan perusahaan merosot sebesar 1,26% yoy menjadi Rp2,11 triliun. Pada periode yang sama beban pokok penjualan naik tipis menjadi Rp1,04 trliun. 

Penurunan kinerja Ramayan juga terlihat dari jumlah gerai. RALS tercatat menaungi tiga merek toko fesyen, yakni Ramayana, Robinson, dan Cahaya. Sepanjang tahun ini, hingga September 2024, gerai Ramayana telah berkurang lima unit dibandingkan dengan tahun sebelumnya, atau dari 96 gerai menjadi 91 gerai.

Sementara itu jumlah gerai Robinson masih sama, yakni tiga unit. Begitu pula dengan Cahaya yang jumlah gerainya pada tahun ini masih sama dengan tahun lalu, yaitu dua unit. 

Tuesday, December 24, 2024

Siapa Pemilik Kawasan SCBD? Ini Profil dan Daftar Bisnisnya

 

Foto dari udara Kawasan SCBD Sudirman. (Dok. SCBD)
Foto: Foto dari udara Kawasan SCBD Sudirman. (Dok. SCBD)

Jakarta, CNBC Indonesia - Warga Jakarta pasti mengenal kawasan distrik bisnis modern yang terkenal elite, Sudirman Central Business District (SCBD). Kawasan tersebut memiliki ciri khas dengan gedung pencakar langit yang megah nan mewah.

Melihat betapa elite dan modernnya kawasan SCBD, tak sedikit orang yang penasaran mengenai siapa pemilik tempat tersebut. Mengutip laman resmi SCBD, properti yang ada di kawasan ini dikembangkan oleh PT Danayasa Arthatama, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang real estat dan properti.

PT Danayasa Arthatama ternyata merupakan anak perusahaan di bawah naungan PT Jakarta International Hotels and Development Tbk (JIHD) yang dimiliki oleh sosok pengusaha konglomerat keturunan Tionghoa bernama Tomy Winata.

Disebutkan dalam berbagai sumber, Tomy Winata merupakan seorang yatim piatu yang hidupnya dulu serba kekurangan. Ia memulai bisnisnya benar-benar dari nol.

Pada tahun 1972, dia mulai merintis bisnisnya dengan mengerjakan proyek dari angkatan militer. Pada saat itu, ia dipercaya oleh pihak militer untuk membangun kantor koramil di kawasan Singkawang.


Setelah proyek tersebut, hubungan bisnisnya dengan pihak militer pun terus berjalan, terutama dengan sejumlah perwira menengah hingga perwira tinggi. Bisnisnya kian menggeliat usai dirinya membangun perusahaan kongsi bersama dengan Sugianto Kusuma atau Aguan dalam membentuk grup Artha Graha atau Artha Graha Network.

Seperti diketahui diketahui, cakupan bisnis sang Aguan meluas ke berbagai industri dan sektor di seluruh Indonesia. Mulai dari sektor properti, keuangan, Agro industri dan perhotelan yang menjadi 4 pilar utama bisnisnya.

Selain 4 bisnis inti tersebut, AG Network juga melakukan diversifikasi ke bidang usaha lain termasuk pertambangan, media, hiburan, ritel, IT & telekomunikasi, dan lain-lain. Saat ini dia menjabat sebagai Komisaris bersama dengan Sugianto Kusuma sebagai Komisaris Utama.

Sebelumnya, perusahaan tersebut sempat melantai di bursa. Danayasa Arthatama pertama kali menggelar initial public offering (IPO) pada 2002 dengan mengeluarkan 100 juta lembar saham. Saat itu, Tomy Winata menempati posisi sebagai Presiden komisaris PT Danayasa Arthatama.

Namun, pada April 2020 lalu Danayasa Arthatama dinyatakan resmi hengkang dari lantai bursa setelah otoritas bursa merestui voluntary delisting perusahaan.

Selain itu, Tomy Winata juga memiliki PT Jakarta International Hotels & Development Tbk. (JIHD) PT Jakarta International Hotels and Development Tbk. (JIHD) yang didirikan pada November 1969 dan mulai beroperasi pada bulan Maret 1974 dengan pembukaan Hotel Borobudur.

JIHD diketahui pertama kali melantai di bursa pada 1984, dan menjadi salah satu dari 24 perusahaan pertama yang terdaftar di Indonesia. Mengutip laporan porsi kepemilikan saham JIHD periode Juni 2023, Tomy Winata duduk sebagai salah satu pemegang saham mayoritas dengan menggenggam kepemilikan sebanyak 306,24 juta saham atau 13,15% dari total saham beredar.

Tak hanya di sektor properti, Tomy Winata juga terjun ke bisnis sektor keuangan melalui PT Bank Artha Graha Internasional Tbk. (INPC).

Sebagai informasi, Bank Artha Graha pertama kali berdiri pada 1973 dengan nama PT Inter-Pacific Financial Coorporation. Perusahaan ini kemudian melakukan merger dengan PT Bank Artha Graha pada 14 April 2005.

Namun, status kepemilkan Tomy Winata di INPC merupakan kepemilikan tidak langsung usai sejumlah perusahaan miliknya menggenggam porsi kepemilikan saham di bank tersebut.

Monday, December 23, 2024

Siapa Pemilik Mal Gandaria City? Ternyata Ini Orangnya

 

Ilustrasi mal Gandaria City. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi mal Gandaria City. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gandaria City adalah salah satu mal terbesar di Jakarta Selatan. Mal yang kerap disebut "Gancit" ini terdiri dari 7 lantai, dan berada di Jalan Sultan Iskandar Muda, Kebayoran Lama.

Mal ini mulai dibangun pada tahun 2007, dan resmi beroperasi pada 5 Agustus 2010. Gancit yang hampir selalu ramai pengunjung ini memiliki lahan yang luasnya mencapai 336,279 meter per segi.

Lantas, siapa pemilik dari Gancit?

Mal Gandaria City dikembangkan dan didirikan oleh pengembang asal Surabaya, Jawa Timur, PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON). Perusahaan ini bergerak di bawah bendera Pakuwon Group milik Alexander Tedja.

Tidak hanya Gancit, PWON juga mengelola mal-mal tempat warga Jakarta nongkrong, yakni, Mal Kota Kasablanca (Kokas), dan Blok M Plaza.

Maka, siapakah Alexander Tedja, sosok di balik ketiga mal terkenal Jakarta itu?

Mengutip buku Kaum Supertajir Indonesia (2012), Tedja adalah pengusaha properti yang mendirikan Pakuwon Group pada 1982. Pakuwon Group adalah perusahaan yang dikenal sukses atas pengembangan kondominium, hotel, mal dan perkantoran di Jakarta dan Surabaya. Diketahui, kesuksesan itu didapat Tedja berkat kerja sama dengan istrinya, Melinda Tedja, dalam menguasai ladang bisnis properti dan mal dalam negeri.

"Mereka begitu piawai dalam membaca karakter suatu lokasi, apakah cukup baik atau tidak untuk dijadikan sebagai sentra pengembangan sejumlah proyek propertinya," tulis William Pratama dalam Kaum Supertajir Indonesia (2012), dikutip Senin (23/12/2024).

Pria yang awalnya berbisnis di industri film itu juga memiliki portofolio properti di Surabaya. Itu mencakup pusat perbelanjaan mewah dan megah, seperti Tunjungan Plaza, Supermal Pakuwon, dan Pakuwon City adalah miliknya.

Berkat kepemilikan atas properti itu, Tedja termasuk dalam daftar orang terkaya. Pada 2022, Forbes menempatkannya sebagai orang terkaya ke-47 dengan harta US$ 1,1 miliar atau Rp 16 triliun. Akan tetapi dalam daftar 50 orang terkaya Forbes terbaru, nama Alexander Tedja tidak lagi tercatat.

Friday, December 20, 2024

Begini Asal Mula Masalah Dolar Rp15.000 Terbang ke Rp16.300

 

Petugas menunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di tempat penukaran uang PT Ayu Masagung, Jakarta, Senin (18/11/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Petugas menunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di tempat penukaran uang PT Ayu Masagung, Jakarta, Senin (18/11/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat telah terbang jauh dari level kisaran Rp 15.900 pada 13 Desember 2024, menuju level Rp 16.300 per dolar AS.

Melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan kemarin (19/12/2024) rupiah anjlok hingga 1,24% ke level Rp16.285/US$. Pelemahan lebih dari 1% ini adalah yang terdalam sejak 7 Oktober 2024 yakni sebelumnya sebesar 1,26%.

Sepanjang hari kemarin, nilai tukar rupiah berfluktuasi hingga sentuh level Rp16.130/US$ dan terjauh di posisi Rp16,300/US$. Pelemahan ini adalah yang terdalam sejak 30 Juli 2024 dengan sebelumnya berada pada posisi Rp16.295/US$.Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pun telah buka suara menjelaskan penyebab kurs rupiah terbang dari level Rp 15.900 ke atas Rp 16.200. Ia menegaskan,pelemaham kurs rupiah disebabkan kondisi ketidakpastian global yang semakin tinggi.

"Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut dipengaruhi oleh makin tingginya ketidakpastian global," kata Perry dalam rilis hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu (19/12/2024).

Ketidakpastian global utamanya terkait arah kebijakan AS di bawah pemerintahan Presiden terpilih Donald Trump, ruang penurunan suku bunga acuan Bank Sentral AS Fed Fund Rate atau FFR yang lebih rendah, penguatan mata uang dolar AS secara luas, serta risiko geopolitik yang mengakibatkan berlanjutnya preferensi investor gloal untuk pindahkan alokasi portofolio ke AS.

Meski demikian Perry melihat pelemahan rupiah masih dalam batas terkendali. Dibandingkan negara setara, rupiah masih lebih baik terutama terhadap dolar Taiwan, peso Filipina dan won Korea Selatan.


"Ke depan rupiah diperkirakan akan stabil didukung komitmen BI menjaga stabilitas rupiah imbal hasil yang menarik inflasi yang rendah dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik," tegas Perry.

Selain itu, dia mengungkapkan tekanan pada rupiah ternyata turut dipengaruhi sentimen negatif pelaku pasar keuangan terhadap perkembangan kasus dugaan korupsi penggunaan dana corporate social responsibility (CSR) program sosial Bank Indonesia.

Sebagaimana diketahui, pada Senin malam, 16 Desember 2024, Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK telah menggeledah kantor pusat Bank Indonesia. Beberapa ruangan diperiksa sejak malam hingga subuh, termasuk ruang kerja Gubernur Bank Indonesia di Gedung Thamrin BI, Jakarta.

"Segala berita itu berpengaruh ke kondisi pasar termasuk nilai tukar rupiah, tentu saja demikian," kata Perry.

Perry memastikan, BI akan terus merespons sentimen negatif itu dengan melakukan berbagai langkah stabilisasi rupiah, termasuk langkah-langkah intervensi melalui operasi moneter dengan pembelian SBN di pasar sekunder hingga melalui instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia atau SRBI.

"Tentu saja BI dengan berbagai berita-berita yang berpengaruh ke pasar termasuk nilai tukar rupiah, BI terus komitmen jaga stabilitas nilai tukar rupiah," tegasnya.

Sementara itu, berdasarkan catatan tim riset CNBC Indonesia, faktor pelemahan rupiah memang cukup banyak didominasi oleh situasi eksternal khususnya yang datang dari AS. Berikut ini rinciannya:

1. Ekspektasi Pemangkasan Fed Fund Rate (FFR) 2025

Pada Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed menunjukkan bahwa mereka mungkin hanya akan menurunkan dua kali lagi pada 2025. Ekspektasi tersebut tercermin dari dot plot terbaru Desember ini. Dot plot merupakan matriks ekspektasi dan pandangan suku bunga masa depan dari masing-masing anggota Federal Open Market Committee (FOMC).

Dot plot terbaru ini lebih pesimis dibandingkan sebelumnya. Merujuk dot plot terbaru, dua pemotongan yang diekspektasikan pada 2025 ini hanya setengah dari target komite ketika plot tersebut terakhir diperbarui pada September dengan ekspektasi pemangkasan sebesar 100 bps pada 2025.

"Dengan langkah hari ini, kami telah menurunkan suku bunga sebesar satu poin persentase dari puncaknya, dan stance kebijakan kami kini jauh lebih longgar. Oleh karena itu, kami bisa lebih berhati-hati saat mempertimbangkan penyesuaian lebih lanjut terhadap suku bunga kebijakan kami." ujar Chairman The Fed Jerome Powell di konferensi pers usai rapat.

Lebih lanjut, pejabat Fed menunjukkan dua pemotongan lagi pada 2026 dan satu lagi pada 2027. Dalam jangka panjang, komite memandang suku bunga "netral" berada pada 3%, 0,1 poin persentase lebih tinggi dibandingkan pembaruan September, karena tingkat ini secara perlahan meningkat sepanjang tahun ini (3% vs 2,9%).

Hal ini juga disetujui oleh Global Markets Economist Maybank Indonesia,MyrdalGunarto yang mengungkapkan bahwa pelemahan rupiah terjadi karena ekspektasi penurunan suku bunga.

"Jadi wajar kalau rupiah melemah karena ekspektasi penurunan suku bunga The Fed yang seharusnya turun 100 bps, malah jadi 50 bps," ujar Myrdal kepada CNBC Indonesia.

Senada dengan Myrdal, Head of Treasury & Financial Institution Bank Mega, Ralph Birger Poetiray menilai pelemahan rupiah wajar terjadi karena The Fed tidak hawkish untuk pemotongan suku bunga acuan tahun depan.

Sedangkan Ekonom Senior KB Valbury Sekuritas, Fikri Permana mengatakan bahwa ada kekhawatiran perihal Trump tariff ke depan.


"Kekhawatiran fragmented economy dikarenakan Trump tarif dan capital flight to safety yang cukup besar akan dilakukan oleh investor global," papar Fikri.

"Jadinya akan ada capital outflow di Indonesia," tegasnya.

Kondisi ini mengakibatkan aliran modal asing terus keluar dari Indonesia. Data transaksi aliran modal asing BI per 9-12 Desember 2024 menunjukkan investor asing melakukan aksi jual neto sebesar Rp1,31 triliun di pasar saham, beli neto sebesar Rp8,84 triliun di pasar SBN, dan jual neto sebesar Rp0,20 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Namun jika ditarik lebih panjang, investor asing sejak pekan kedua Oktober hingga pekan pertama Desember 2024, terpantau net foreign sell sebesar Rp47 triliun.

2. Inflasi AS Tercatat Lebih Tinggi

Baik Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Indeks Harga Produsen (IHP) AS untuk periode November secara year on year/yoy terpantau naik lebih tinggi yakni masing-masing sebesar 2,7% yoy & 3% yoy.

Ekonom Sucor Sekuritas, Ahmad Mikail menyampaikan bahwa IHP AS yang lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar membuat rupiah tertekan.

Sebagai informasi, IHP sangat dipantau oleh para ekonom dan investor karena mengukur tingkat inflasi dari perspektif produsen dengan melacak perubahan harga barang yang dijual oleh produsen. Indikator ini dianggap sebagai petunjuk awal inflasi harga konsumen, yang menyumbang sebagian besar dari total inflasi.

Kenaikan IHP menunjukkan bahwa produsen sedang menghadapi biaya yang lebih tinggi, yang mungkin akan diteruskan ke konsumen dalam bentuk harga yang lebih tinggi. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan inflasi konsumen, yang sering kali diikuti dengan kenaikan suku bunga. Kenaikan suku bunga umumnya akan memperkuat USD karena menarik investor asing yang mencari imbal hasil lebih tinggi dari investasi mereka.

Sebagai kesimpulan, data IHP terbaru dengan angka yang lebih tinggi dari perkiraan mengarah pada tren bullish untuk USD. Ini juga menegaskan potensi peningkatan inflasi, yang dapat lebih memperkuat dolar hijau dalam waktu dekat.

Hal ini juga ditanggapi oleh Ekonom Panin Sekuritas, Felix Darmawan mengemukakan bahwa progress penurunan inflasi yang lambat membuat rupiah kembali tertekan.

Sebagai informasi, sejak dahulu, The Fed menargetkan target inflasi AS yakni di angka 2%. Sedangkan kondisi saat ini justru tampak inflasi kembali menjauhi target tersebut.

3. Imbal Hasil Surat Utang AS Melesat

Imbal hasil US Treasury untuk tenor dua, lima, dan 10 tahun tercatat mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada penutupan perdagangan kemarin.

Sebagai contoh pada imbal hasil US Treasury tenor dua tahun terpantau naik 2,69% ke angka 4,355%. Tenor lima tahun naik 3,18% ke angka 4,383%. Tenor 10 tahun naik 2,58% ke angka 4,498% pada 18 Desember 2024.

Ahmad juga menegaskan bahwa naiknya imbal hasil US Treasury menjadi penekan rupiah belakangan ini.