Friday, January 3, 2025

China Diserang Virus Baru setelah Covid-19: HMVP, Menyebar Cepat

 

Warga China memakai masker saat jam kerja (REUTERS/TINGSHU WANG)
Foto: Warga China (REUTERS/TINGSHU WANG)

Jakarta, CNBC Indonesia - China tengah menghadapi wabah virus baru setelah Covid-19. Wabah human metapneumovirus (HMPV), kini dilaporkan menyebar cepat di wilayah negeri Tirai Bambu itu.

Mengutip NDTV, Jumat (3/1/2025), beberapa pihak mengklaim rumah sakit dan krematorium kewalahan. Video yang dibagikan secara daring menunjukkan bagaimana rumah sakit yang penuh sesak disebut "kemasukan banyak virus" sementara klaim lain menyebut keadaan darurat meski tak ada konfirmasi resmi.HMPV sendiri memiliki gejala mirip flu dan juga dapat menunjukkan gejala yang mirip dengan Covid-19. Pejabat kesehatan dilaporkan tengah memantau situasi dengan saksama seiring dengan penyebaran virus tersebut.

"Lonjakan infeksi yang disebabkan oleh HMPV telah dilaporkan di China dengan pemerintah meningkatkan protokol penyaringan, deteksi, dan isolasi untuk menangani patogen yang tidak diketahui," tulis laman lain Mint.

"China telah melaporkan peningkatan kasus HMPV, terutama di antara mereka yang berusia di bawah 14 tahun di provinsi utara," tulis Reuters mengutip pejabat.

Gejala HMPV

Sementara itu, laman The Nation juga mengabarkan hal yang sama. Dikatakan bahwa HMPV mirip dengan virus pernapasan syncytial (RSV), yang terutama menyerang anak-anak di bawah usia dua tahun, meski ini cenderung menginfeksi anak-anak yang lebih tua.

"Gejala-gejalanya meliputi batuk, demam, hidung tersumbat, dan mengi. Kasus yang parah dapat mengakibatkan bronkitis atau pneumonia, terutama di kalangan bayi, orang tua, dan individu dengan gangguan kekebalan tubuh," tulis laman itu mengutip Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China.

Badan tersebut lebih lanjut mencatat bahwa mereka yang memiliki kondisi paru-paru yang sudah ada sebelumnya. Seperti asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), atau emfisema, berisiko lebih tinggi mengalami hasil yang parah.

"Virus ini menyebar terutama melalui droplet atau aerosol dari batuk atau bersin, serta kontak dekat atau paparan lingkungan yang terkontaminasi," CDC China menyatakan.

"Masa inkubasi berkisar antara tiga hingga lima hari," tambahnya.

CDCD China disebut telah menetapkan protokol untuk pelaporan laboratorium dan verifikasi kasus. CDC juga telah mengeluarkan beberapa rekomendasi untuk membendung penyebaran hMPV dan penyakit pernapasan lainnya.

"Rekomendasi tersebut meliputi memakai masker di tempat ramai, menjaga jarak sosial, mencuci tangan sesering mungkin, dan menghindari tempat ramai sebisa mungkin," tulis laman itu.

"Departemen tersebut juga menyarankan untuk menjaga kebersihan yang baik, memastikan ventilasi yang baik di dalam ruangan, dan menerapkan gaya hidup sehat," tambahnya.

Thursday, January 2, 2025

Ini Prediksi Warren Buffett Soal Investasi Saham di 2025

 

Warren Buffett. (AP Photo/Nati Harnik, File)
Foto: Warren Buffett. (AP Photo/Nati Harnik, File)

Jakarta, CNBC Indonesia - Warren Buffett, salah satu investor paling terkenal di dunia, kembali memberikan pandangannya tentang arah pasar saham. Dalam video di YouTube oleh Wealth Navigator, Buffett memberikan wawasan penting bagi para investor Amerika Serikat tentang prospek pasar di 2025, setelah berakhirnya pemilu 2024.

Menurutnya, inflasi terus mempengaruhi daya beli uang, baik bagi konsumen maupun pelaku bisnis. Menurut Forbes, inflasi membuat uang konsumen kehilangan nilai sementara bisnis menghadapi kenaikan biaya operasional.Buffett menyatakan bahwa inflasi sangat merugikan investasi, sehingga penting untuk berhati-hati dalam menyimpan modal. Ia merekomendasikan fokus pada bisnis yang memiliki nilai intrinsik dibandingkan nilai pasar, karena tekanan inflasi dapat memengaruhi kinerja saham pada 2025.

Pasar Berisiko Mengalami Gelembung

Pertumbuhan cepat di pasar saham dapat memicu market bubble atau gelembung pasar yang diikuti dengan kontraksi tajam. Buffett memperkirakan bahwa pasar saham bisa menghadapi zona gelembung di 2025.

Untuk mengatasi risiko ini, ia menyarankan investasi di bisnis stabil daripada saham spekulatif yang rentan terhadap kerugian besar. Pendekatan konservatif ini dinilai lebih aman, terutama di pasar yang cenderung tidak stabil.

Investasi Sederhana Tetap Efektif

Buffett selalu mempromosikan filosofi investasi sederhana, seperti berinvestasi pada hal-hal yang dipahami. Untuk 2025, ia menyarankan investor menghindari saham individu yang spekulatif dan fokus pada dana indeks berbasis luas.

Ia menyoroti S&P 500 sebagai salah satu pilihan yang sangat baik untuk pertumbuhan jangka panjang. Sejak 2009, indeks ini telah memberikan imbal hasil rata-rata tahunan sebesar 15%, menjadikannya pilihan yang solid bagi investor yang tidak yakin menganalisis saham secara mendalam.

Hutang yang Tinggi Tetap Jadi Hambatan

Tingkat hutang yang tinggi membuat pelaku usaha dan konsumen rentan terhadap tekanan keuangan. Buffett memperingatkan bahwa hutang yang berlebihan, terutama di lingkungan suku bunga tinggi, akan tetap menjadi tantangan di 2025.

Ia menyarankan untuk melunasi hutang secepat mungkin guna menghindari tekanan finansial dan memanfaatkan peluang pasar. Perusahaan dengan beban hutang tinggi berisiko kehilangan arus kas dan peluang pertumbuhan, yang berdampak pada kinerjanya.

Investasi Jangka Panjang

Buffett terkenal dengan prinsip bahwa periode investasi terbaik adalah "selamanya." Ia menekankan bahwa investor dengan pandangan jangka panjang akan terus menikmati keberhasilan.

Menjual aset di tengah volatilitas hanya akan mengunci kerugian, sementara keuntungan besar biasanya datang seiring waktu. Buffett mengingatkan pentingnya percaya pada aset yang dimiliki dan menghindari kepanikan.

Dalam menghadapi ketidakpastian pasar di 2025, Buffett menekankan pentingnya mengikuti prinsip-prinsip dasar investasi. Wawasan dan pendekatan praktisnya dapat membantu investor mengambil langkah yang lebih bijaksana di tahun baru.

Monday, December 30, 2024

Siapa Pemilik Ramayana? Ini Dia Sosoknya

 

Ramayana (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Ramayana (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Anak zaman sekarang mungkin tidak kenal Ramayana. Dahulu, ketika sedang banyak uang, orang-orang langsung bergegas belanja baju ke Ramayana. Toko baju tersebut juga menjadi tujuan saat Lebaran tiba.

Raja 'ritel' Ramayana ini dikembangkan oleh Paulus Tumewu. Toko ini menjadi ancaman serius bagi raja ritel lainnya, Matahari.

Paulus yang belajar bisnis dari toko kelontong orang tuanya di Makassar, hijrah ke Jakarta setelah menikah dengan Tan Lee Chuan, adik Eddy Tansil.

Tahun 1978 adalah tahun permulaan bagi Ramayana Department Store, yang belakangan dikenal sebagai ritel pakaian untuk segmen menengah ke bawah. Usia Paulus Tumewu kala itu masih 26 tahun.

Gatra (07/03/2007) menyebut tokonya mulanya bernama Ramayana Fashion Store. Ketika masih toko biasa, Paulus berkongsi dengan Agus Makmur. Keduanya lalu membangun PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS).

Bisnis keduanya lalu melebar di tahun 1985 dengan mendirikan toko Ramayana di Bandung. Selain menjual pakaian, mereka juga tas, sepatu, dan aksesori. Dalam waktu empat tahun, Ramayana sudah punya 13 store. Jumlah karyawannya di tahun 1989 itu sudah mencapai 2.500 orang.

PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. sejak tahun 1996 melantai Bursa Efek Jakarta dengan kode RALS. Jumlah gerainya pun bertambah dan tersebar di 40 kota penting di Indonesia. Jumlah karyawannya terus bertambah. Di tahun 2005, Ramayana dilanda penurunan pemasukan.

Berdasar laporan keuangan 2005, keuntungan bersih Ramayana sebesar Rp 302 miliar dengan omset penjualan Rp 4,3 triliun sementara pada tahun sebelumnya untung bersih Rp 311 miliar.


Munculnya International Trade Centre (ITC) dianggap ikut menjadi biang kerok penurunan itu.

Meski begitu, Paulus masih masuk dalam daftar 40 orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes kala itu. Pada Juli 2006, Paulus menempati peringkat ke-15 dengan kekayaan yang kala itu US$ 440 juta atau sekitar Rp 3,96 triliun (kurs Rp 9.000 per US$).

Pada 2023, nama Paulus sudah tidak lagi ada di dalam daftar 50 orang terkaya Indonesia versi Forbes. 

Hingga hari ini gerai Ramayana masih hidup. Meski banyak saingan di bisnis ritel pakaian, Paulus melalui Ramayana merupakan raja penjual pakaian untuk segmen masyarakat kelas menengah ke bawah.

Per September 2024, Ramayana Lestari Sentosa membukukan laba bersih setelah pajak Rp252,7 miliar, turun tipis atau 0,77% secara tahunan (yoy). Laba ini utamanya turun karena pendapatan perusahaan merosot sebesar 1,26% yoy menjadi Rp2,11 triliun. Pada periode yang sama beban pokok penjualan naik tipis menjadi Rp1,04 trliun. 

Penurunan kinerja Ramayan juga terlihat dari jumlah gerai. RALS tercatat menaungi tiga merek toko fesyen, yakni Ramayana, Robinson, dan Cahaya. Sepanjang tahun ini, hingga September 2024, gerai Ramayana telah berkurang lima unit dibandingkan dengan tahun sebelumnya, atau dari 96 gerai menjadi 91 gerai.

Sementara itu jumlah gerai Robinson masih sama, yakni tiga unit. Begitu pula dengan Cahaya yang jumlah gerainya pada tahun ini masih sama dengan tahun lalu, yaitu dua unit. 

Tuesday, December 24, 2024

Siapa Pemilik Kawasan SCBD? Ini Profil dan Daftar Bisnisnya

 

Foto dari udara Kawasan SCBD Sudirman. (Dok. SCBD)
Foto: Foto dari udara Kawasan SCBD Sudirman. (Dok. SCBD)

Jakarta, CNBC Indonesia - Warga Jakarta pasti mengenal kawasan distrik bisnis modern yang terkenal elite, Sudirman Central Business District (SCBD). Kawasan tersebut memiliki ciri khas dengan gedung pencakar langit yang megah nan mewah.

Melihat betapa elite dan modernnya kawasan SCBD, tak sedikit orang yang penasaran mengenai siapa pemilik tempat tersebut. Mengutip laman resmi SCBD, properti yang ada di kawasan ini dikembangkan oleh PT Danayasa Arthatama, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang real estat dan properti.

PT Danayasa Arthatama ternyata merupakan anak perusahaan di bawah naungan PT Jakarta International Hotels and Development Tbk (JIHD) yang dimiliki oleh sosok pengusaha konglomerat keturunan Tionghoa bernama Tomy Winata.

Disebutkan dalam berbagai sumber, Tomy Winata merupakan seorang yatim piatu yang hidupnya dulu serba kekurangan. Ia memulai bisnisnya benar-benar dari nol.

Pada tahun 1972, dia mulai merintis bisnisnya dengan mengerjakan proyek dari angkatan militer. Pada saat itu, ia dipercaya oleh pihak militer untuk membangun kantor koramil di kawasan Singkawang.


Setelah proyek tersebut, hubungan bisnisnya dengan pihak militer pun terus berjalan, terutama dengan sejumlah perwira menengah hingga perwira tinggi. Bisnisnya kian menggeliat usai dirinya membangun perusahaan kongsi bersama dengan Sugianto Kusuma atau Aguan dalam membentuk grup Artha Graha atau Artha Graha Network.

Seperti diketahui diketahui, cakupan bisnis sang Aguan meluas ke berbagai industri dan sektor di seluruh Indonesia. Mulai dari sektor properti, keuangan, Agro industri dan perhotelan yang menjadi 4 pilar utama bisnisnya.

Selain 4 bisnis inti tersebut, AG Network juga melakukan diversifikasi ke bidang usaha lain termasuk pertambangan, media, hiburan, ritel, IT & telekomunikasi, dan lain-lain. Saat ini dia menjabat sebagai Komisaris bersama dengan Sugianto Kusuma sebagai Komisaris Utama.

Sebelumnya, perusahaan tersebut sempat melantai di bursa. Danayasa Arthatama pertama kali menggelar initial public offering (IPO) pada 2002 dengan mengeluarkan 100 juta lembar saham. Saat itu, Tomy Winata menempati posisi sebagai Presiden komisaris PT Danayasa Arthatama.

Namun, pada April 2020 lalu Danayasa Arthatama dinyatakan resmi hengkang dari lantai bursa setelah otoritas bursa merestui voluntary delisting perusahaan.

Selain itu, Tomy Winata juga memiliki PT Jakarta International Hotels & Development Tbk. (JIHD) PT Jakarta International Hotels and Development Tbk. (JIHD) yang didirikan pada November 1969 dan mulai beroperasi pada bulan Maret 1974 dengan pembukaan Hotel Borobudur.

JIHD diketahui pertama kali melantai di bursa pada 1984, dan menjadi salah satu dari 24 perusahaan pertama yang terdaftar di Indonesia. Mengutip laporan porsi kepemilikan saham JIHD periode Juni 2023, Tomy Winata duduk sebagai salah satu pemegang saham mayoritas dengan menggenggam kepemilikan sebanyak 306,24 juta saham atau 13,15% dari total saham beredar.

Tak hanya di sektor properti, Tomy Winata juga terjun ke bisnis sektor keuangan melalui PT Bank Artha Graha Internasional Tbk. (INPC).

Sebagai informasi, Bank Artha Graha pertama kali berdiri pada 1973 dengan nama PT Inter-Pacific Financial Coorporation. Perusahaan ini kemudian melakukan merger dengan PT Bank Artha Graha pada 14 April 2005.

Namun, status kepemilkan Tomy Winata di INPC merupakan kepemilikan tidak langsung usai sejumlah perusahaan miliknya menggenggam porsi kepemilikan saham di bank tersebut.

Monday, December 23, 2024

Siapa Pemilik Mal Gandaria City? Ternyata Ini Orangnya

 

Ilustrasi mal Gandaria City. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi mal Gandaria City. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gandaria City adalah salah satu mal terbesar di Jakarta Selatan. Mal yang kerap disebut "Gancit" ini terdiri dari 7 lantai, dan berada di Jalan Sultan Iskandar Muda, Kebayoran Lama.

Mal ini mulai dibangun pada tahun 2007, dan resmi beroperasi pada 5 Agustus 2010. Gancit yang hampir selalu ramai pengunjung ini memiliki lahan yang luasnya mencapai 336,279 meter per segi.

Lantas, siapa pemilik dari Gancit?

Mal Gandaria City dikembangkan dan didirikan oleh pengembang asal Surabaya, Jawa Timur, PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON). Perusahaan ini bergerak di bawah bendera Pakuwon Group milik Alexander Tedja.

Tidak hanya Gancit, PWON juga mengelola mal-mal tempat warga Jakarta nongkrong, yakni, Mal Kota Kasablanca (Kokas), dan Blok M Plaza.

Maka, siapakah Alexander Tedja, sosok di balik ketiga mal terkenal Jakarta itu?

Mengutip buku Kaum Supertajir Indonesia (2012), Tedja adalah pengusaha properti yang mendirikan Pakuwon Group pada 1982. Pakuwon Group adalah perusahaan yang dikenal sukses atas pengembangan kondominium, hotel, mal dan perkantoran di Jakarta dan Surabaya. Diketahui, kesuksesan itu didapat Tedja berkat kerja sama dengan istrinya, Melinda Tedja, dalam menguasai ladang bisnis properti dan mal dalam negeri.

"Mereka begitu piawai dalam membaca karakter suatu lokasi, apakah cukup baik atau tidak untuk dijadikan sebagai sentra pengembangan sejumlah proyek propertinya," tulis William Pratama dalam Kaum Supertajir Indonesia (2012), dikutip Senin (23/12/2024).

Pria yang awalnya berbisnis di industri film itu juga memiliki portofolio properti di Surabaya. Itu mencakup pusat perbelanjaan mewah dan megah, seperti Tunjungan Plaza, Supermal Pakuwon, dan Pakuwon City adalah miliknya.

Berkat kepemilikan atas properti itu, Tedja termasuk dalam daftar orang terkaya. Pada 2022, Forbes menempatkannya sebagai orang terkaya ke-47 dengan harta US$ 1,1 miliar atau Rp 16 triliun. Akan tetapi dalam daftar 50 orang terkaya Forbes terbaru, nama Alexander Tedja tidak lagi tercatat.