Monday, August 5, 2024

Ini Alasan Bitcoin Ambruk Ke US$ 53.000 & Ethereum Anjlok 20%

 

Ilustrasi Cryptocurrency (Photo by Art Rachen on Unsplash)
Foto: Ilustrasi Cryptocurrency (Photo by Art Rachen on Unsplash)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bitcoin saat ini jatuh ke level US$ 53.000 karena kepanikan pasar dan Etherum (ETH) kembali bergerak di zona negatif. Ketidakpastian pasar tercermin saat Nikkei Jepang turun lebih dari 6% pada hari Senin pagi, menjadikan penurunan indeks selama tiga hari menjadi sekitar 15%.

Mengutip data Coindesk, Bitcoin turun 12% dalam 24 jam terakhir dan 20% dalam sepekan. Penyebab terjadinya koreksi besar-besaran di pasar kripto dan pasar keuangan tradisional lainnya adalah arah kebijakan dari bank sentral global, termasuk The Fed yang masih urung menurunkan suku bunga dan Bank of Japan, yang minggu lalu malah menaikkan suku bunga acuannya.


Pengetatan moneter tersebut membuat yen melesat lebih tinggi dan indeks saham Nikkei jatuh turun 6% pada hari Senin pagi. Nikkei sekarang lebih rendah sekitar 15% selama tiga sesi terakhir dan 20% ambruk dari puncaknya pada pertengahan Juli.

Sama seperti di Jepang, aksi jual juga terjadi di AS, di mana Nasdaq turun lebih dari 5% dalam dua sesi terakhir minggu lalu. Nasdaq futures turun 2,5% pada perdagangan hari Minggu malam.

Selain sikap hawkish Bank of Japan yang tidak terduga minggu lalu, Federal Reserve AS juga mengejutkan beberapa pihak bukan dengan mempertahankan suku bunga stabil, tetapi dengan terlihat agak ambivalen tentang pemotongan suku bunga pada bulan September, yang diasumsikan oleh hampir semua pelaku pasar sebagai hal yang pasti.

Sementara itu data terbaru di AS, termasuk tenaga kerja dan aktivitas manufaktur yang memburuk menimbulkan kekhawatiran bahwa resesi di AS sudah di depan mata.

Para trader telah memperhitungkan peluang 100% untuk penurunan suku bunga acuan AS di bulan September, dengan peluang 71% untuk penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin dan hanya 29% untuk penurunan sebesar 25 basis poin.

Melihat lebih jauh pada kurva jatuh tempo, imbal hasil Treasury 10-tahun AS telah jatuh ke 3,75% pada Minggu malam dibandingkan 4,25% hanya satu minggu yang lalu dan 150-175 basis poin lebih rendah dari target dana federal saat ini sebesar 5,25%-5,50%.

Friday, August 2, 2024

Pengakuan Gubernur BI: Suku Bunga Acuan Harusnya Turun!

 

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo saat rakornas pengendalian inflasi tahun 2024 di Istana Negara, Jakarta, Jumat (14/6/2024). (YouTube/Sekretariat Presiden)
Foto: Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo saat rakornas pengendalian inflasi tahun 2024 di Istana Negara, Jakarta, Jumat (14/6/2024). (YouTube/Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia-Suku bunga acuan Indonesia atau BI rate seharusnya bisa turun sejak beberapa bulan lalu. Akan tetapi, pada April BI rate harus naik dan kemudian ditahan pada level 6,25% hingga sekarang.

Apa alasannya?

"Untuk BI rate kenapa April tadi dinaikkan, menjadi 6,25% itu kami tahan? karena mestinya BI rate itu turun," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Kantor Pusat LPS, Jakarta, Jumat (2/8/2024).

Pertimbangan utama dari kebijakan suku bunga adalah inflasi. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Juli 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,5±1%.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, IHK Juli 2024 tercatat deflasi sebesar 0,18% (mtm), sehingga secara tahunan inflasi IHK menurun menjadi 2,13% (yoy) dari realisasi bulan sebelumnya sebesar 2,51% (yoy).

"Karena BI rate ditentukan bagaimana proyeksi inflasi, dan inflasi tahun ini rendah dan tahun depan juga rendah. Masih di target 2,5 plus minus 1%," paparnya.

Pertimbangan lain adalah kondisi pasar keuangan, khususnya pelemahan nilai tukar rupiah. Mata uang Garuda yang jatuh ke level Rp16.000 membuat BI rate sulit turun.

Pelemahan rupiah terjadi karena situasi global, terutama Amerika Serikat (AS) dalam menentukan kebijakan suku bunga acuan atau Fed fund rate (FFR).

"Sehingga, kami harus pastikan risk global terkendali dulu," terang Perry.

Wednesday, July 31, 2024

Demi Family Office, RI Akan Impor Hakim dari UEA-Singapura

 

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan menyampikan pemaparan saat Keynote Speech dalam acara MINDialogue Mining Outlook 2024 di Jakarta, Kamis (20/6/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan menyampikan pemaparan saat Keynote Speech dalam acara MINDialogue Mining Outlook 2024 di Jakarta, Kamis (20/6/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, kunci sukses pembentukan Family Office terletak pada kepastian hukum.

Kepastian hukum itu khususnya dalam hal penyelesaian sengketa bisnis non litigasi seperti melalui arbitrase.

"Jadi kalau ada legal certainty ini mereka selesai masalah. Apa itu? Common law. Common law itu sebenarnya mereka pikir sederhana kok, arbitrasenya itu kalau sudah ditentukan, putus, kalah, menang, ya sudah jangan lagi appeal," kata Luhut dalam program Closing Bell CNBC Indonesia, dikutip Rabu (31/7/2024)


Untuk memastikan arbitrase tanpa banding, Luhut mengatakan, maka pemerintah harus memiliki hakim yang memiliki sertifikasi internasional.

Ia mengaku, sudah berbicara dengan Presiden Joko Widodo supaya hakim-hakim arbitrase nantinya berasal dari negara-negara yang sudah sukses membangun Family Office, seperti di Uni Emirat Arab dan Singapura.

"Saya bilang sama Bapak Presiden, sebenarnya kita ambil aja yang dipakai oleh mereka, atau yang dipakai Singapura, atau yang dipakai orang yang sudah punya reputasi. Jadi enggak bisa lagi orang, dan kemarin saya di Jogja, UGM, diskusi sama profesor siapa itu, dia bilang, betul Pak Luhut. Dibenarkan itu," ucapnya.

Luhut mengatakan, Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Presiden Terpilih Prabowo Subianto sudah setuju dengan usulan pembentukan Family Office tersebut.

"Sangat menyambut baik. Sama Pak Prabowo, sama saja. Saya ngomong sama beliau lama mengenai ini. Jadi kita jangan kehilangan waktu. Nah sekarang timnya ini lagi memfinalkan ini semua. Kita berharap sebelum Oktober, ini semua sudah selesai. Dan Presiden juga mau. Itu sama dengan Pak Prabowo," tutur Luhut.


Luhut mengaku, dalam membangun Family Office ini dia juga telah pergi ke Abu Dhabi dan Dubai di Uni Emirat Arab (UEA) untuk meminta bimbingan sebagaimana saat membangun Sovereign Wealth Fund (SWF) yang kini telah terbentuk dengan nama Indonesia Investment Authority (INA).

"Karena yang membimbing kita dulu, membuat INA, Indonesian Sovereign Wealth Fund itu adalah mereka. Saya ingat itu 3 tahun yang lalu dengan Presiden Jokowi dan ketemu dengan MBZ (Presiden UEA Mohamed Bin Zayed) di Bogor," kata Luhut.

Tuesday, July 30, 2024

Rupiah Kembali Jatuh, BI Ungkap Biang Kerok Masalahnya!

 

Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali tertekan pada perdagangan hari ini, Selasa (30/7/2024). Rupiah bertengger di level Rp 16.315/US$ per pukul 10.19 WIB.

Mengutip data Refinitiv, rupiah bergerak di level itu sejak lima menit selepas pembukaan perdagangan pagi tadi. Kurs rupiah tersebut melemah 0,25% dibandingkan posisi penutupan perdagangan kemarin di level Rp 16.275/US$.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter (DPM) Bank Indonesia Edi Susianto mengatakan, pelemahan yang terjadi terhadap kurs rupiah itu seiring dengan kondisi yang dialami mata uang negara-negara Asia lainnya.

"Hari ini hampir semua mata uang Asia dibuka melemah, kecuali Thai Baht dan Taiwan dollar," ucap Edi kepada CNBC Indonesia hari ini.


Edi menjelaskan, setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan tekanan terhadap kurs rupiah hari ini. Mayoritas berasal dari sentimen negatif pelaku pasar keuangan terhadap faktor-faktor eksternal.

Faktor pertama terkait, sentimen wait and see pelaku pasar keuangan yang menunggu keputusan Dewan Gubernur Bank Sentral AS The Federal Reserve dalam Federal Open Market Committee (FOMC) pada 30-31 Juli waktu AS.

"Terutama menunggu statemen dari Jerome Powell (Ketua The Fed) pasca FOMC dengan fokus sejauh mana the Fed akan melakukan cut rate," tegas Edi.

Faktor kedua ialah sentimen pelaku pasar keuangan yang memperkirakan Bank of England atau BoE akan memangkas suku bunga kebijakannya atau cut rate, sementara Bank of Japan atau BoJ yang mereka perkirakan akan menaikan policy rate nya.

"Ketiga terkait Isu politik di AS, di mana pelaku pasar masih melihat potensi Trump akan menang cukup tinggi," ucap Edi.

Edi menjelaskan, sentimen-sentimen tersebut yang banyak mempengaruhi volatilitas pergerakan mata uang emerging market hari ini. Ia tak menyebutkan pengaruh tekanan terhadap nilai tukar rupiah hari ini ada yang berasal dari faktor domestik.

"ada prinsipnya kami akan selalu berada di pasar, namun kalau market masih supply valas ke pasar dengan baik maka kami dahulukan mekanisme pasar," tegasnya.

Sebagaimana diketahui, Bank of Japan memulai pertemuan kebijakan moneter selama dua hari sampai besok, Rabu (31/7/2024). BOJ diharapkan untuk menaikkan suku bunga acuannya dan mengurangi pembelian obligasi pemerintah Jepang.

Para ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan BOJ akan menaikkan suku bunga acuan menjadi 0,1%, naik dari kisaran saat ini 0% hingga 0,1%.

Pasar juga mencermati konferensi pers dari Federal Open Market Committee (FOMC). Konsensus pasar melihat pada bulan ini suku bunga AS akan tetap dipertahankan dan memandang pemangkasan suku bunga ke depan.

Ekonom tidak mengharapkan The Fed untuk membuat perubahan pada tingkat suku bunga federal selama pertemuan ini, tetapi para pedagang akan mencari petunjuk apakah bank sentral akan menurunkan suku bunga pada September.

Monday, July 29, 2024

Gencar Investasi di RI, Saham Emiten Ini Malah Dilego Warren Buffett

 

Infografis/ rela jual saham bank Warren  Buffett Kini  Investasi Emas/Aristya Rahadian
Foto: Infografis/ rela jual saham bank Warren Buffett Kini Investasi Emas

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor kawakan Warren Buffett terus melego sahamnya di perusahaan produsen mobil listrik BYD. Pelepasan saham oleh Buffett ini terjadi di tengah ekspansi BYD yang masif di Indonesia.

Melansir Reuters, kali ini mungkin menjadi kali terakhir Buffett melalui perusahaannya Berkshire Hathaway mengungkapkan penjualan saham di produsen kendaraan listrik terbesar di China tersebut.

Berkshire menurunkan kepemilikannya dalam H-shares BYD yang diterbitkan menjadi 4,94% dari sebelumnya 5,06% pada 16 Juli, menurut pengajuan pada Senin, (22/7/2024) di Bursa Efek Hong Kong. Kepemilikan tersebut sebelumnya sebesar 7,02% pada 11 Juni.


Hong Kong mewajibkan pemegang saham besar untuk mengungkapkan penjualan mereka ketika kepemilikan mereka jatuh di bawah angka persentase penuh. Pengungkapan dapat berhenti setelah kepemilikan saham turun di bawah 5%.

Berkshire mulai berinvestasi di BYD yang berbasis di Shenzhen pada 2008 dengan membayar $230 juta untuk sekitar 225 juta saham, yang saat itu setara dengan 10% kepemilikan. Berkshire mulai menjual saham BYD pada Agustus 2022, setelah harga saham naik lebih dari 20 kali lipat, dan dua bulan setelah mencatat rekor tertinggi.

Charlie Munger, wakil ketua Berkshire yang telah meninggal, merupakan pendorong di balik investasi awal di BYD. Berkshire terutama berinvestasi di Amerika Serikat.

Sebagai informasi, BYD didirikan oleh ahli kimia China Wang Chuanfu pada 1995 sebagai pembuat baterai isi ulang. Tahun lalu, BYD melampaui Tesla (TSLA.O) milik miliarder Elon Musk sebagai produsen kendaraan listrik terbesar di dunia.

Meskipun Tesla sejak saat itu kembali menjadi yang teratas. Pada kuartal kedua, BYD menjual 426.039 kendaraan listrik sementara Tesla menjual 443.956.
Setelah sukses di Thailand, Brazil dan beberapa negara lain, BYD temgah membidik pasar mobil listrik Indonesia.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto memastikan bahwa raksasa mobil listrik asal China yakni BYD bakal membangun pabriknya di Indonesia.


Hal tersebut diketahui usai anak buah Luhut Binsar Pandjaitan itu melakukan serangkaian kunjungan ke Tiongkok baru-baru ini. Kunjungan ini ditujukan untuk menggaet investasi asing masuk ke dalam negeri.

Seto menjelaskan agenda pertemuan dengan BYD salah satunya membahas mengenai finalisasi investasi pabrik mereka di Indonesia. Meski begitu, ia enggan membeberkan secara rinci mengenai lokasi yang akan dibangun pabrik.

"Insya Allah mereka akan mengumumkan bulan depan lokasi pabrik mereka. Targetnya di awal 2026 pabrik mereka bisa berproduksi secara komersial," kata Seto dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu (16/3/).

Terbaru, BYD mengumumkan bakal membangun pabrik di Indonesia, lokasi tepatnya bakal berada di Subang, Jawa Barat.

Demi membangun pabrik tersebut, nilai investasinya mencapai Rp 16 triliun. Kepastian itu muncul setelah PT BYD Motor Indonesia (BYD) menandatangani kesepakatan kerja sama dengan PT Suryacipta Swadaya, developer dari Kawasan Industri Subang Smartpolitan.