Foto: Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Investor yang menyukai saham-saham big cap-mid cap dengan valuasi murah dan berkualitas mungkin perlu menyimak indeks IDX Value30. Indeks tersebut berisikan 30 saham dengan valuasi rendah, likuiditas tinggi, dan kinerja keuangan yang positif.
Usai mencetak rekor laba dan mengalami lonjakan harga tinggi pada 2022, sejumlah saham batu bara utama terkoreksi cukup dalam pada tahun ini dan menyisakan valuasi yang terbilang murah.
Saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), misalnya, memiliki rasio multiples berupa price-to earnings (PER) jauh di bawah rule of thumb 10-15 kali, yakni 2,80 kali. Rasio price-to book value (PBV), yang lebih cocok untuk emiten tambang, ADRO juga rendah, yakni 0,79 kali, di bawah aturan umum 1 kali.
Saham ADRO sendiri anjlok 37,66% selama 2023 (year to date/YtD), usai terbang 71% selama 2022.
Di bawah ADRO, ada dua saham batu bara lainnya, yakni PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dengan PER 2,81 kali dan PBV 1,22 kali dan PT Indika Energy Tbk (INDY) dengan PER 3,83 kali dan PBV 0,57 kali.
Rendahnya rasio PER ITMG, ambil contoh, seiring peningkatan laba perusahaan efek dari commodities boom yang memuncak dalam kinerja tahun penuh 2022. Imbal hasil ekuitas (return on equity/ROE) ITMG terlihat sangat tinggi, yakni 43,72%.
Apalagi, harga saham ITMG sudah turun tajam hingga minus 30,24% usai meroket tinggi 2022. Hal tersebut turut membuat rasio P/E ITMG murah.
Saham emiten kontraktor batu bara Grup Astra PT United Tractors Tbk (UNTR) juga memiliki PER yang murah, 4,51 kali dan PBV 1,42 kali (sedikit di atas aturan umum).
Selain emiten batu bara, emiten perkapalan PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) juga diperdagangkan hanya 3,95 kali di atas laba perusahaan. Rasio PBV SMDR juga rendah, hanya 0,87 kali.
Emiten pembiayaan Grup Panin PT Panin Financial Tbk (PNLF) juga memiliki PER yang menarik, 4,94 kali, dengan rasio PBV cuma 0,33 kali.
Lantaran banyak didominasi oleh saham batu bara, terdapat sejumlah hal yang perlu diperhatikan.
Seperti lazimnya saham siklikal, saham batu bara dan energi secara umum cenderung mengikuti siklus bisnis dan ekonomi makro. Kadang bereskpansi, kadang terkontraksi.
Untuk emiten batu bara, cuan tinggi akan didapatkan ketika harga batu bara meninggi. Dan sebaliknya. Hal tersebut mengikuti siklus ekonomi.
Karenanya, valuasi saham batu bara dan energi di atas yang tampak murah perlu juga dilihat dari bagaimana siklus harga komoditas energi saat ini dan ke depan.
Rasio P/E yang murah, dan harga saham yang sudah turun tajam, mungkin menjadi kesempatan yang baik bagi investor.
Namun, untuk bisa menikmati hasil dalam jangka panjang yang baik, investor saham siklikal membutuhkan kesabaran lebih dan timing yang pas sembari menunggu siklus kembali menguntungkan emitennya.
Sebagai pengingat, rasio P/E dan PBV mencerminkan kinerja masa lalu dan barangkali tidak akan berulang di masa depan, sehingga valuasi multiples tersebut sebaiknya digunakan sebagai pedoman awal untuk memilih saham undervalued yang berpotensi mendatangkan cuan ke depan.
CNBC INDONESIA RESEARCH