Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
- Pasar keuangan Tanah Air pada perdagangan kemarin mencatatkan kinerja yang beragam. Indeks Harga Saham Gabungan berakhir ambrol dan rupiah ditutup menguat.
- Hingga kini pasar masih dihantui kekhawatiran kenaikan suku bunga The Fed yang bakal membebani pasar
- Selain itu, berbagai data ekonomi penting patut dicermati pelaku pasar utamanya dari China dan Amerika Serikat (AS)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar Keuangan Tanah Air pada perdagangan kemarin Selasa (6/6/2023) mencatatkan kinerja yang tak sejalan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah dan mata uang garuda berhasil mempertahankan penguatan.
Indeks acuan Tanah Air tak mampu ditutup di zona hijau. Padahal sejak pukul 09:40 WIB indeks konsisten berada di zona hijau, namun sesaat sebelum penutupan perdagangan IHSG ambrol dengan koreksi 0,22% ke 6.618,92.
Dengan ini, dalam lima hari perdagangan IHSG masih terkoreksi 1,02%. Selain itu, secara year to date (ytd) indeks membukukan koreksi sebesar 3,38%.
Perdagangan kemarin melibatkan sekitar 28 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,47 juta kali. Selain itu, nilai perdagangan tercatat mencapai Rp. 11,8 triliun lebih. Sementara itu, terdapat 316 saham yang menguat, 226 saham melemah sementara 194 lainnya stagnan.
Pada perdagangan kemarin data pasar menunjukkan investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) senilai Rp 216,36 miliar di pasar reguler.
Melansir dari data Revinitiv, empat sektor melemah dengan sektor Energi menjadi yang paling merugikan indeks turun 3,5%. Saham emiten batubara PT Bayan Resources Tbk. menjadi saham yang paling memberatkan IHSG yakni sebesar 25,4 indeks poin.
Dari pasar keuangan lain, Mata Uang Garuda mencatatkan kinerja yang menyenangkan. Rupiah mampu mempertahankan penguatan0,2% melawan dolar Amerika Serikat (AS) menjadi Rp14.855,00/US$ di pasar spot.
Rupiah kembali menguat pasca berhari-hari tertekan dolar. Sejak awal Juni, Mata Uang Garuda sudahmenguat1%.
Penguatan ini disinyalir berkat perbaikan fundamental dari rupiah, sehingga prospek ke depan masih akan menunjukkan penguatan.
Inflasi tahunan Indonesia berada di kisaran target Bank Indonesia (BI) yaitu 2-4% sejak Juni 2022. Inflasi Indonesia berada di 4% bulan lalu berdasarkan databiro statistik. BI telah menaikkan total suku bunga sebesar 225 basis poin.
Gubernur Bank Sentral Indonesia, Perry Warjiyo menyatakan bahwa Bank Indonesia berkomitmen untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan akan bekerja sama dengan Kementerian Keuangan untuk memastikan pasar obligasi juga stabil.
Di sisi lain, investor saat ini cenderung wait and see terkait kebijakan The Fed, 13-14 Juni mendatang. Meskipun sinyal kenaikan suku bunga terlihat jelas pasca rilis data tenaga kerja yang masih kuat pekan lalu.
MelansirReuters, Analis Goldman Sachs menyatakan, "Dengan siklus pengetatan Fed yang kemungkinan akan berakhir, inflasi utama yang menurun, dan Rupiah yang lebih stabil, kami terus memperkirakan Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga kebijakan dalam beberapa bulan mendatang."