Foto: (Wikimedia Commons)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sebagai mantan Perdana Menteri Indonesia (PM RI) ke-5, Mohammad Natsir seringkali digambarkan sebagai sosok yang gigih memperjuangkan hak bangsa, sekaligus pejabat yang sangat bersahaja dalam kehidupan sehari-hari.
Pria yang mendapat gelar pahlawan nasional pada 10 November 2008 ini lahir di Alahan Panjang, Sumatera Barat (Sumbar) 17 Juli 1908, dan dibesarkan di keluarga yang agamis. Dan ayahnya pun dikabarkan merupakan seorang ulama yang cukup dikenal.
M Natsir mendapat ijazah sarjananya Perguruan Tinggi Tarbiyah Bandung, sementara gelar Doktor Honoris Causa-nya didapat dari Universitas Islam Indonesia (dulu Sekolah Tinggi Islam), Yogyakarta. Dia merupakan pendiri dari Partai Masyumi yang dibubarkan oleh Presiden Soekarno pada 1960 silam.
Selain pernah menjabat sebagai perdana menteri, Natsir juga pernah menjabat sebagai menteri penerangan di Indonesia.
Akan tetapi, meski menduduki posisi penting di negara, Natsir justru selalu terlihat sederhana bak orang biasa pada umumnya. Detik, memberitakan bahwa Makam Natsir di Taman Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak, Tanah Abang, Jakarta Pusat, layaknya makam orang biasa. Tidak ada pertanda bahwa Natsir pernah menjadi orang besar di tahun 1950-an.
Berikut adalah beberapa fakta kehidupan sederhana dari M Natsir yang dirangkum Detik pada 2011 lalu.
Jas tambalan
Sejarawan George McTurnan Kahin penulis buku Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia (1952) sempat menceritakan kesan-kesan seputar gaya hidup sederhana Natsir, saat dirinya berjumpa dengan Natsir di Yogyakarta pada 1948. Berikut adalah cerita dari Kahin seputar Natsir yang penampilannya tidak seperti pejabat pada umumnya.
Natsir dikabarkan mengenakan jas yang penuh tambalan akibat robek. Kahin pun mengetahui bahwa staf-staf Kementerian Penerangan pada saat itu saling patungan untuk membelikan baju untuk Natsir.
Tinggal di rumah di dalam gang
Setelah menduduki jabatan sebagai PM RI pada Agustus 1950, Natsir tinggal di rumah yang dulu ditempati Bung Karno di Jl. Pegangsaan Timur (sekarang bernama Jl. Proklamasi), Jakarta Pusat.
Dikabarkan bahwa sebelum tinggal di rumah tersebut, Natsir hidup menumpang di rumah yang terletak di gang di Jl. Jawa. Setelah itu, dia pun pernah tinggal di kawasan Tanah Abang.
Usai melepaskan jabatannya sebagai kepala pemerintahan Indonesia, Natsir memilih untuk pulang ke rumah lamanya yang di Jl. Jawa.
Saat Natsir bergabung dengan PRRI, Natsir dikabarkan hidup dari hutan ke hutan bersama keluarganya, di wilayah Sumatera Barat. Namun akhirnya di tahun 1960 - 1966, dia ditangkap dan dipenjara oleh Soekarno.
Dia pun kehilangan rumahnya di Jl. Jawa, namun akhirnya dia membeli rumah di wilayah Jl. Hos Cokroaminoto, Jakarta Pusat, yang dia tempati hingga tutup usia.
Naik Mobil butut
M Natsir memiliki mobil pribadi bermerek DeSoto yang kondisinya sudah kusam pada saat itu. Di tahun 1956 dia sudah ditawari sebuah mobil dinas berupa sedan mewah buatan Amerika Serikat (AS). Akan tetap, mobil itu justru ditolak oleh Natsir secara halus.
Konon kabarnya, mobil DeSoto dibeli Natsir untuk mengantar jemput anaknya. Nasib mobil DeSoto miliknya pun sama seperti rumah di Jl. Jawa.
Kedua aset itu disita Pemerintah RI karena Natsir bergabung dalam PRRI.