Aksi jual terakhir yang dilakukan LKH menjual seluruh kepemilikan sahamnya di emiten tambang yaitu PT Petrosea Tbk (PTRO) yang sebelumnya menjadi anak usaha PT Indika Energy Tbk (INDY).
Asal tahu saja sebelumnya LKH dilaporkan menggenggam 151.422.200 saham PTRO atau setara dengan 15,01% di awal tahun 2022. PT BESTPROFIT
BEST PROFIT
Namun LKH memilih exit dari PTRO dengan menjual seluruh sahamnya lewat Mandatory Tender Offer (MTO) akibat dari akuisisi PTRO oleh PT Caraka Reksa Optima dari INDY.
Harga penjualan saham PTRO tercatat Rp 3.118/unit, dengan begitu LKH berhasil mengantongi dana sebesar Rp 472 miliar.
Selain exit dari saham PTRO, terbaru investor yang juga dijuluki sebagai Warren Buffett-nya Indonesia itu juga melakukan aksi belanja saham. BESTPROFIT
Per tanggal 16 Agustus 2022, LKH dilaporkan melakukan pembelian saham emiten properti PT Intiland Development Tbk (DILD) sebanyak Rp 453.100.000 di harga rata-rata Rp 147/unit.
Dalam aksi belanja tersebut, LKH merogoh kocek sebesar Rp 66,6 miliar. Setelah aksi pembelian tersebut, nama LKH muncul di Daftar Pemegang Saham (DPS) dengan kepemilikan lebih dari 5%.
Hingga 28 Oktober 2022, LKH tercatat memiliki 651.416.700 atau setara dengan 6,28% dari total saham outstanding.
Menggunakan harga penutupan saham DILD di Rp 188/unit, maka total nilai investasi LKH di saham DILD mencapai hampir Rp 122,5 miliar.
Selain DILD, sebenarnya ada 3 saham lain yang juga dimiliki oleh LKH dengan porsi lebih dari 5%. Pertama adalah emiten holding media milik konglomerat Harry Tanoesoedibjo yaitu PT Global Mediacom Tbk (BMTR). PT BESTPROFIT FUTURES
BPFDi awal tahun tepatnya pada 3 Januari 2022, LKH tercatat memiliki 1.055.530.700 saham BMTR atau setara dengan 6,36%. Kala itu harga saham BMTR di Rp 262/unit. Artinya nilai investasi LKH mencapai Rp 276,5 miliar di saham BMTR.
Namun per 28 Oktober 2022, LKH tercatat memiliki 1.058.274.000 saham BMTR setara dengan 6,38%. Artinya LKH menambah kepemilikan sahamnya di BMTR sebesar 0,02%. Nilai investasi LKH di saham BMTR pun tercatat mencapai Rp 319,6 miliar atau naik Rp 43 miliar jika dibandingkan dengan awal tahun.
Kenaikan nilai investasi tersebut selain karena penambahan nilai investasi tetapi juga kenaikan harga saham BMTR. Per 28 Oktober 2022, saham BMTR ditutup di Rp 302/unit atau naik 15,3% dibanding awal tahun.
Apresiasi harga saham BMTR terjadi saat Harry Tanoesoedibjo mengungkapkan rencananya untuk menggabung BMTR dengan perusahaan anak yaitu PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN).
LKH juga tercatat sebagai pemegang saham emiten leasing milik Grup Panin yaitu PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN). Di awal tahun LKH memiliki 205.726.800 saham CFIN atau setara dengan 5,16% kepemilikan. Nilai investasi di CFIN tercatat mencapai Rp 51,8 miliar di awal tahun.
Namun per 28 Oktober 2022, kepemilikan LKH di CFIN susut menjadi 203.944.700 atau setara dengan 5,12%. Hanya saja nilai investasinya naik menjadi Rp 84,03 miliar.
Kenaikan nilai investasi ini disebabkan karena harga saham CFIN yang naik signifikan terutama akibat rumor emiten induknya yaitu PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) yang didekati oleh dua raksasa keuangan Jepang untuk diakuisisi.
Tampaknya LKH juga memanfaatkan momentum kenaikan harga saham CFIN untuk merealisasikan sebagian keuntungannya sehingga terjadi penurunan porsi kepemilikan.
Terakhir ada saham emiten manufaktur ban yaitu PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL). Di awal tahun LKH tercatat menjadi pemegang saham dengan kepemilikan 5,11% atau sebanyak 178.012.400.
Namun per 30 September LKH tercatat memiliki 180.001.000 saham GJTL atau setara dengan 5.17% dari total saham outstanding. Kepemilikan LKH di saham GJTL tercatat naik di sepanjang tahun 2022.
Kalau dilihat-lihat sebenarnya saham-saham LKH dengan nilai investasi besar merupakan saham-saham yang masuk golongan third liner dengan nilai kapitalisasi pasar di bawah Rp 10 triliun.
Namun menariknya, saham-saham tersebut memiliki valuasi yang tergolong murah karena keempat saham di atas ditransaksikan di bawah setengah kali nilai bukunya atau dengan kata lain rasio valuasi Price to Book Value (PBV)-nya di bawah 0,5x.
Kode | % Kepemilikan LKH | Market Cap (Rp Triliun) | PER (X) | PBV (X) |
BMTR | 6.38% | 5.01 | 5.08 | 0.34 |
CFIN | 5.12% | 1.64 | 16.23 | 0.34 |
DILD | 6.28% | 1.95 | - 5.98 | 0.38 |
GJTL | 5.17% | 2.20 | - 9.72 | 0.32 |
Meskipun secara valuasi terkesan murah, akan tetapi keempat saham di atas memiliki kinerja fundamental yang fluktuatif secara historis.
Pendapatan (Rp Triliun) | 2017 | 2018 | 2019 | 2020 | 2021 | CAGR | 1H21 | 1H21 | YoY |
BMTR | 10.8 | 11.7 | 12.9 | 12.1 | 14.0 | 6.7% | 7.2 | 6.9 | -4.2% |
CFIN | 1.4 | 1.9 | 2.2 | 1.8 | 1.5 | 1.7% | 0.8 | 0.7 | -8.4% |
DILD | 2.2 | 2.6 | 2.7 | 2.9 | 2.6 | 4.3% | 1.1 | 1.0 | -12.7% |
GJTL | 14.1 | 15.3 | 15.9 | 13.4 | 15.3 | 2.1% | 7.3 | 8.3 | 13.7% |
| | | | | | | | | |
| | | | | | | | | |
Laba Bersih (Rp Triliun) | 2017 | 2018 | 2019 | 2020 | 2021 | CAGR | 1H21 | 1H22 | YoY |
BMTR | 0.5 | 0.8 | 1.4 | 0.9 | 1.4 | 29.8% | 0.57 | 0.49 | -14.0% |
CFIN | 0.2 | 0.3 | 0.4 | 0.0 | 0.0 | -33.5% | 0.09 | 0.01 | -88.8% |
DILD | 0.3 | 0.2 | 0.3 | 0.1 | 0.0 | -55.0% | -0.02 | -0.16 | 605.2% |
GJTL | 0.0 | -0.1 | 0.3 | 0.3 | 0.1 | 17.7% | 0.10 | -0.06 | -165.1% |
| | | | | | | | | |
| | | | | | | | | |
Net Profit Margin (%) | 2017 | 2018 | 2019 | 2020 | 2021 | Avg | 1H21 | 1H22 | YoY |
BMTR | 4.6% | 7.1% | 10.9% | 7.5% | 10.0% | 8.0% | 8.0% | 7.1% | -0.8% |
CFIN | 16.9% | 16.1% | 16.4% | 2.6% | 3.1% | 11.0% | 11.6% | 1.4% | -10.2% |
DILD | 13.5% | 7.8% | 9.3% | 2.6% | 0.5% | 6.8% | -2.1% | -17.0% | -14.9% |
GJTL | 0.3% | -0.5% | 1.7% | 2.4% | 0.6% | 0.9% | 1.3% | -0.8% | -2.1% |
Bahkan keempat emiten saham di atas mencatatkan pemburukan kinerja keuangan di sepanjang satu semester tahun ini. Untuk BMTR dan CFIN, laba bersihnya menurun drastis. Sementara untuk GJTL dari untung berbalik rugi, sedangkan pada kasus DILD, kerugiannya bengkak.
Sehingga meskipun bisa dikatakan saham LKH murah secara PBV, namun secara vaulasi PER saham-saham LKH bisa dibilang tidak menarik saat ini. Investor yang berinvestasi di saham-saham seperti ini biasanya mengharapkan terjadinya turnaround business yang menyebabkan kinerjanya naik kencang sehingga mengerek harganya.
Perlu dicatat, satu-satunya perusahaan LKH dengan valuasi PER yang menarik hanyalah BMTR, meskipun demikian perlu diingat bahwa BMTR hanya holding company sehingga meskipun mencatat laba, tidak ada cashflow jumbo yang masuk ke kas perseroan karena laba hanya dicatat secara konsolidasi. Kas baru akan masuk ke perseroan ketika anak usahanya membagikan dividen.
Apabila melihat strategi investasi seperti ini tentunya investor akan teringat dengan gaya investasi jadul Warren Buffett yakni cigarbutt investing, yakni mencari saham-saham dengan valuasi yang sangat amat murah sehingga karena sangat murah inilah harga saham bisa naik meskipun kinerjanya hanya begitu-begitu saja.
Strategi ini sangat berbeda dengan gaya investasi Buffett Jaman Now yakni mencari perusahaan-perusahaan yang sangat baik alias wonderful, dengan valuasi yang wajar, dan bukan sangat murah.
Jadi tertarik untuk ngekor LKH?
Jakarta, CNBC Indonesia