PT BESTPROFIT FUTURES JAMBI - Rupiah mendapat sentimen positif pada perdagangan Selasa (7/7/2020) setelah kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) dan melanjutkan penguatan tipis pada awal pekan ini. PT BESTPROFIT
Hanya saja, penguatan rupiah pada perdagangan kemarin lumayan besar, sekaligus membawanya menjadi juara Asia. Sentimen dari dalam negeri menjadi penopang penguatan mata uang Garuda. BEST PROFIT
Begitu perdagangan Selasa pagi dibuka, rupiah langsung menguat 0,28% ke Rp 14.400/US$. Setelahnya apresiasi terus berlanjut hingga mencapai 0,71% di Rp 14.338/US$. Tetapi sayangnya, penguatan tersebut terpangkas, rupiah mengakhiri perdagangan di level Rp 14.400/US$ pada Selasa sore.BESTPROFIT
Penguatan tersebut cukup membawa rupiah menjadi mata uang terbaik di Asia. Sudah cukup lama status tersebut lepas dari rupiah. Senin kemarin, rupiah hanya mampu menguat tipis 0,07%, penguatan tersebut sekaligus memutus rentetan pelemahan 7 hari beruntun. PT BESTPROFIT FUTURES
Mayoritas mata uang utama Asia berada di zona merah pada perdagangan Selasa kemarin, selain rupiah hanya ringgit Malaysia yang menguat. BPF
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 15:08 WIB, Selasa kemarin. PT BESTPROFIT FUTURES HEAD OFFICE
Rupiah mendapat tenaga untuk menguat setelah kecemasan akan kenaikan inflasi di Indonesia mereda. Sepanjang pekan lalu, rupiah tertekan akibat adanya ekspektasi inflasi akan meningkat, yang menyebabkan real return berinvestasi di Indonesia menjadi menurun.
Hal ini terjadi setelah Bank Indonesia (BI) pada hari Senin pekan lalu setuju "burden sharing" dengan pemerintah dalam rangka memerangi pandemi penyakit virus corona (Covid-19).
Pemerintah sebelumnya mengajukan "burden sharing" dimana BI akan membeli obligasi pemerintah tanpa bunga alias zero coupon untuk keperluan public goods senilai 397,56 triliun. Kemudian ada lagi untuk non-public goods, BI akan menyerap obligasi pemerintah dengan yield sebesar suku bunga 7 Day Reserve Repo Rate dikurangi 1%.
Ada kecemasan di pasar jika, rencana "burden sharing" tersebut akhirnya terealisasi, inflasi di Indonesia akan mengalami kenaikan akibat semakin banyaknya jumlah uang yang beredar.
Rupiah semakin menguat setelah rilis data cadangan devisa (cadev) Indonesia yang mendekati rekor tertinggi sepanjang sejarah US$ 132 miliar yang dibukukan Januari 2018 lalu.
BI melaporkan cadangan devisa di bulan Juni sebesar US$ 131,7 miliar, naik US$ 1.2 miliar pada akhir Mei. Berdasarkan rilis BI, penerbitan surat utang pemerintah dalam mata uang dolar AS membantu mendongkrak cadangan devisa.
Pada bulan Maret lalu, cadangan devisa Indonesia tergerus US$ 9,4 miliar hingga posisi akhir Maret berada di US$ 121 miliar, yang merupakan level terendah sejak Mei 2019.
Setelah mencapai level tersebut, cadangan devisa Indonesia mencatat kenaikan 3 bulan beruntun. Posisi cadangan devisa di bulan Juni juga menyamai torehan bulan Januari lalu, dan jika dilihat dari posisi akhir Maret US$ 121 miliar berarti mengalami kenaikan lebih dari US$ 10 miliar dalam 3 bulan terakhir.
"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,4 bulan impor atau 8,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," sebut keterangan tertulis BI, Selasa (7/7/2020).
"Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan."
"Peningkatan cadangan devisa pada Juni 2020 terutama dipengaruhi oleh penerbitan sukuk global pemerintah. Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi," sebut keterangan tertulis BI.
Kenaikan cadangan devisa tersebut tentunya membuat amunisi BI untuk menstabilkan rupiah jika mengalami gejolak menjadi lebih besar. Sehingga investor lebih nyaman mengalirkan modalnya ke dalam negeri.
Sumber : cnbcindonesia.com