Foto: Menara Astra. (Dok. Astra)
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten holding Astra International (ASII) kembali merah dan menyentuh level terendah dalam nyaris 28 bulan. Pada akhir perdagangan Selasa (23/1/2024) kemarin saham ASII tercatat turun 1,91% ke harga Rp 5.125 per saham dengan kapitalisasi Rp 207,48 triliun.
Harga penutupan tersebut merupakan yang terendah sejak 28 September 2021 atau nyaris 28 bulan lalu kala itu saham ASII ditutup di harga Rp 5.075/saham. Sementara itu terakhir kali saham ASII ditutup di bawah level Rp 5.000 per saham terjadi pada 12 Agustus 2021.
Kinerja buruk saham ASII ikut diperparah dengan ramainya investor asing melepas saham blue chip yang rutin membagikan dividen ini. Hal ini bukan tanpa sebab, karena sejumlah berita miring dan skandal global ikut mempengaruhi kinerja saham Astra.
Investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) Rp 338,48 miliar di saham ASII kemarin. Angka tersebut merupakan yang paling besar di antara semua emiten yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Aksi jual asing merupakan tren yang telah terjadi sejak beberapa waktu sebelumnya. Sejak awal tahun asing telah melepas Rp 1,74 triliun saham ASII dan merupakan saham dengan aksi jual paling signifikan di bursa. Sebagai catatan, emiten yang paling banyak dilepas asing selanjutnya tahun ini adalah Kalbe Farma dengan net sell Rp 471, 5 miliar atau hanya seperempat yang terjadi di ASII.
Saham Astra tercatat selalu ditutup merah dalam tujuh hari perdagangan terakhir. Sejak terakhir kali ditutup hijau pada 12 Januari lalu, saham ASII tercatat telah ambles 8,48% dan sejak awal tahun sudah terkoreksi 9,29%.
Alhasil, rasio valuasi perusahaan ikut turun dengan harga sahamnya diperdagangkan nyaris saham dengan nilai buku perusahaan. (PBV ASII tercatat berada di angka 1,09.)
Selain itu harga PER ASII juga turun dengan harga saham hanya diperdagangkan 6,06 kali (PER) catatan laba per saham dasar.
Astra Tetap Bagikan Dividen?
PT Astra International Tbk. (ASII) belum dapat berkomentar terkait pemberian dividen tahun ini di tengah isu skandal Daihatsu. Head of Corporate Communications Astra Boy Kelana Soebroto mengatakan, keputusan pembagian dividen tentu bergantung pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan.
"Pembagian dividen akan mempertimbangan kondisi keuangan, profitabilitas, biaya modal, investasi dan kebutuhan kas untuk menunjang kegiatan operasional," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (23/1).
Skandal Daihatsu
Manajemen PT Astra International Tbk (ASII) sempat buka suara terkait skandal manipulasi uji keselamatan yang melibatkan Daihatsu Motor Co.
Berdasarkan keterangan yang dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (4/1/2023), manajemen menegaskan jika PT Astra Daihatsu Motor (ADM) adalah perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh perseroan sebesar 31,87%, sisanya dimiliki Daihatsu Motor Co., Ltd. dan Toyota Tsusho Corporation, sehingga ADM bukan merupakan perusahaan terkendali perseroan.
"Kami sudah memintakan tanggapan dan masukan dari ADM. Sementara terkait kegiatan ekspor ADM, dampak finansial terhadap perseroan dari penghentian sementara sebagian ekspor ADM tidak bersifat material." ujar Gita Tiffani Boer, Corporate Secretary PT Astra International Tbk.
Manajemen juga mengaku telah memberikan semua informasi yang bersifat material yang dapat mempengaruhi harga saham kepada BEI, dan senantiasa mematuhi setiap ketentuan peraturan perusahaan tercatat serta pasar modal mengenai keterbukaan informasi.
Sebagaimana diketahui, Daihatsu telah mengakui memalsukan hasil uji keselamatan selama lebih dari 30 tahun yang menyebabkan penghentian produksi di seluruh pabriknya di Jepang.
Dampaknya, Daihatsu diperkirakan harus menelan kerugian sekitar 100 miliar yen atau Rp10,9 triliun akibat penutupan pabrik serta pemberian kompensasi finansial kepada pemasok, menurut laporan Nikkei Asia.
Kementerian Transportasi Jepang sedang melakukan penyelidikan dan telah mengarahkan Daihatsu untuk menghentikan pengiriman sampai keamanan kendaraannya dapat diverifikasi.
Daihatsu belum memberikan informasi kapan produksi dalam negeri akan dilanjutkan, namun laporan berita sebelumnya mengindikasikan bahwa penghentian produksi akan berlangsung setidaknya hingga akhir Januari 2024. Sedangkan untuk Indonesia dan Malaysia, produksi dan pengiriman sudah kembali berjalan.
ASII sendiri dikaitkan dengan skandal Daihatsu karena operasional Daihatsu di Indonesia berada di bawah naungan Astra Daihatsu Motor.
Skandal tersebut memang mengganggu operasional bisnis untuk sementara waktu. Setelah pengumuman skandal Toyota dan Daihatsu di Jepang, produksi mobil Daihatsu buatan Indonesia untuk pasar ekspor sempat ditangguhkan untuk sementara.
Namun, pada 22 Desember 2023, Toyota dan Daihatsu di Indonesia mengumumkan distribusi kembali normal, namun hanya untuk pasar domestik. Empat hari kemudian, Astra Daihatsu Motor juga terpantau kembali melakukan ekspor mobil Daihatsu secara bertahap ke lebih dari 60 negara tujuan.
Daihatsu memproduksi Avanza, Agya/Wigo, Rush, Terios, Raize, dan Xenia di Indonesia.
Sementara itu, untuk pengaruh ke kinerja keuangan ASII secara konsolidasi ini diperkirakan tidak terlalu berdampak signifikan. Pasalnya, porsi Astra Daihatsu Motor terhadap penjualan dari segmen otomotif relatif kecil, yakni hanya sekitar 1%.
Melansir dari data laporan keuangan perusahaan hingga sembilan bulan pertama 2023, pendapatan bersih yang didapatkan dari pihak berelasi PT Astra Daihatsu Motor sebesar Rp2,4 triliun. Nilai tersebut hanya setara 1% saja dari total pendapatan
Selain itu, jika menilai secara operasional bisnis, ASII memiliki beberapa segmen bisnis yang beragam, tidak hanya otomotif.
No comments:
Post a Comment