Banyak bisnis yang terpaksa gulung tikar karena tak bisa bertahan di tengah hantaman virus corona.
BEST PROFIT
Seperti dilansir dari blog pribadi Pakar Marketing Yuswohady www.yuswohady.com yang berjudul "Corona Kills Everything" terdapat beberapa bisnis yang mulai meredup di tengah pandemi.
BESTPROFIT
Hotel
Menurut Yuswo sapaan akrabnya, banyak hotel yang terpaksa tutup karena tak ada tamu menginap. Berdasarkan data resmi Kemenparekraf pada awal April lalu, jumlah hotel yang tutup sementara karena COVID-19 sudah mencapai 1.500 di seluruh Indonesia.
PT BESTPROFIT FUTURES
"Untuk bisa bertahan hotal melakukan berbagai upaya survival mulai dari meluncurkan paket seperti “work from hotel“, program staycation, menawarkan “hotel food delivery“, hingga jemput bola menawarkan on-demand cleaning service ke rumah-rumah," kata Yuswo.
BPF
Kendati begitu, pemulihan sektor pariwisata membutuhkan waktu lumayan lama. Menurut World Travel & Tourism Council (WTTC) industri ini baru pulih dalam waktu 10 bulan ke depan. Sementara Tourism Economics memperkirakan lebih lama lagi yaitu hingga tahun 2022.
PT BESTPROFIT FUTURES HEAD OFFICE
Money Changer
Bisnis money changer atau penukaran uang juga sepi di tengah pandemi. Hal ini diakibatkan perjalanan antar negara yang dibatasi. Sehingga, banyak orang yang tak memerlukan penukaran uang.
Yuswo mencontohkan, di Bali begitu turis tak datang ke Bali, maka pendapatan para pengusaha langsung anjlok bahkan nol karena tak ada lagi turis yang menukarkan uang.
Pusat kebugaran atau Fitness
Yuswo melihat pusat kebugaran atau Fitness studio dan gym termasuk yang paling terdampak pandemi, karena memang rawan menularkan Covid-19.
Aktivitas di ruang tertutup, kontak fisik, dan terutama berbagai peralatan fitness yang dipergunakan secara sharing akan menjadi medium penularan yang sangat mudah.
Banyak Fitness studio dan gym di seluruh dunia tutup. Dan sebagai langkah survival pengelola menawarkan kelas-kelas kebugaran online.
"Pemulihan sektor ini bakal butuh waktu lama, karena itu pasca pandemi adopsi solusi digital yang mengoneksikan fasilitas fitness dengan member di rumah akan meningkat pesat," jelas Yuswo.
Film dan Produksi TV
Film dan produksi TV adalah bisnis yang rawan menjadi penularan Covid-19. Sehingga, pastinya banyak produksi film dan TV yang terpaksa berhenti.
Apalagi, tutur Yuswo, distribusi film tersendat karena semua gedung bioskop tutup, hingga penyelenggaraan festival/penghargaan yang dibatalkan.
Ia mengungkapkan, Industri film Mandarin misalnya, bulan maret lalu mengalami kerugian sekitar 2 miliar dolar AS karena film-film tidak jadi tayang di tahun baru China. Di bulan yang sama Hollywood tekor sekitar 5 miliar dolar AS.
Karena pulihnya bioskop bakal lama, maka industri ini semakin mengandalkan distribusi secara digital melalui layanan streaming.
Maskapai Penerbangan
Bisnis maskapai penerbangan memang nyata terdampak covid-19. Dengan pembatasan operasional, banyak maskapai yang terseok-seok untuk bertahan. Apalagi, pendapatan terbasar maskapai berasal dari pengangkutan penumpang.
Agen Travel
Sama dengan halnya maskapai penerbangan, dengan pembatasan penerbangan maka pembelian agen travel juga akan sepi. Pandemi ini membuat banyak orang enggan berjalan-jalan, sehingga pemesanan tiket juga makin berkurang
Tukang Cukur atau Babershop
Adanya anjuran pemerintah untuk di rumah aja membuat masyarakat enggan keluar rumah. Sehingga, hal itu membuat bisnis babershop akan sepi pelanggan. Apalagi, anjuran pemerintah itu hanya memperbolehkan masyarakat keluar untuk memenuhi keperluan pribadi.
Properti
Penjualan properti akan lesu akibat pendapatan masyarakat yang ikut menurun. Sehingga, banyak orang berpikir kembali untuk membeli sebuah properti
Wedding Organizer
Dengan adanya imbauan tak berkerumun, membuat banyak orang tunda menggelar resepsi pernikahan. Sehingga ini membuat tugas Wedding Organizer tak lagi berguna. Karena pernikahan kini dibuat lebih sederhana tanpa harus adanya resepsi
Mal
Bisnis mal membutuhkan kerumunan massa. Itu sebabnya mal termasuk sektor yang paling terdampak COVID-19. Sebelum pandemi, mal sudah terdampak oleh adanya online shopping. Fortunately, dengan cepat mal beradaptasi menjadi tempat leisure, entertainment, dan culinary destination.
Namun dengan adanya social distancing kini mal praktis tutup dan hanya membuka gerai supermarket dan penjualan essential goods. Mal butuh waktu untuk pulih karena “jantung” operasi bisnis ini adalah kerumunan massa.
"Pasca pandemi Mal akan berbeda dengan sebelumnya. Dengan masyarakat makin sadar self distancing, mereka akan selalu menghindari kerumunan termasuk kerumunan di mal. Mal akan betul-betul normal jika vaksin telah ditemukan dan dipergunakan oleh setiap orang," tutur Yuswo.
Bisnis Kapal Persiar
Selama ini industri kapal pesiar menikmati masa keemasan. Namun begitu akhir tahun lalu wabah menyebar, praktis industri ini mati. Recovery industri ini lebih berat karena reputasi buruk yang sudah terlanjur terbentuk sebagai tempat penularan Covid-19 terus membayangi benak travellers.
Industri ini akan mengalami perubahan mendasar setelah pandemi lewat, protokol kesehatan bakal diterapkan super ketat, peumpang dalam jumlah lebih kecil tidak ribuan seperti sekarang dan rute lebih pendek, dan kapal pesiar akan makin banyak mempekerjakan robot untuk meminimalisir kontak fisik.
Sumber : suara.com