Jakarta, CNBC Indonesia - Investor asing terlihat getol memarkir dana di sejumlah saham berkapitalisasi pasar jumbo atau big cap dalam sebulan terakhir. Saham emiten bank raksasa menjadi favorit asing.
Saham emiten bank BUMN PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mencatatkan nilai beli bersih asing (net buy) terbesar, yakni Rp1,9 triliun di pasar reguler dalam sebulan belakangan. Seiring dengan akumulasi asing, saham BMRI melonjak 12,74% dalam periode tersebut.
Selain itu, saham BMRI beberapa kali menyentuh level tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) harian baru. Teranyar, pada Kamis (10/8) saham BMRI ditutup di level ATH harian baru, yakni Rp5.975/saham. Kinerja keuangan Bank Mandiri terbilang apik.
BMRI mencatat laba konsolidasi sepanjang semester I tahun 2023 naik 24,74% menjadi Rp 25,23 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 20,2 triliun.
Mengutip laporan keuangannya, laba bank only pada paruh pertama tahun ini, tercatat naik menjadi Rp 23 triliun dibandingkan tahun 2022 yang sebesar Rp 18,53 triliun.
Capaian laba tersebut didorong oleh pendapatan bunga dan syariah konsolidasi Bank Mandiri yang mencapai Rp 64,19 triliun, atau tumbuh dari periode tahun sebelumnya yang sebesar Rp 52,93 miliar.
Selain itu, beban bank Mandiri juga turun dari Rp 15,48 triliun menjadi Rp13,83 triliun. Penurunan beban tersebut seiring kenaikan komisi menjadi Rp 9,42 triliun dari sebelumnya Rp8,33 triliun.
Selanjutnya, peningkatan pendapatan lainnya juga naik dari Rp 5,51 triliun menjadi Rp 7,3 triliun. Ditambah, penyaluran kredit bank mandiri tercatat mengalami kenaikan dari Rp 1.172,59 triliun menjadi Rp 1.238,80 triliun secara konsolidasi. Sedangkan kredit BMRI bank only tercatat tumbuh dari Rp 932,63 triliun menjadi Rp 984,68 triliun.
Dari sisi dana pihak ketiga (DPK), Bank Mandiri mencatat penurunan. Diantaranya, giro menurun dari Rp 541,8 triliun menjadi Rp 497,62 triliun tabungan turun tipis dari Rp 552,75 triliun menjadi Rp 552,43 triliun. Sedangkan deposito turun dari Rp 396,29 triliun menjadi Rp 380,06 triliun.
Adapun aset Bank Mandiri mencapai Rp 1.963,98 triliun, naik tipis dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1.992,54 triliun.
Selain BMRI, saham bank pelat merah lainnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) membukukan net buy Rp1,6 triliun di pasar reguler dalam sebulan.
Harga saham BBRI juga naik 4,59% seiring masuknya dana asing dan sempat menembus ATH baru. BBRI terpantau kembali mencetak rekor tertinggi barunya pada perdagangan sesi I Selasa pekan lalu (1/8/2023).
Per pukul 10:49 WIB, saham BBRI terpantau melejit 1,77% ke posisi harga Rp 5.750/unit. Pada harga ini menjadi level tertinggi (all time high/ATH) barunya bagi saham BBRI, di mana level ATH terakhir BBRI dicetak pada 28 Juli 2023 di harga Rp 5.700/unit. BBRI sendiri belum merilis laporan keuangan semester I 2023.
Di posisi ketiga, ada saham bank Grup Djarum PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang membukukan net buy asing Rp467,3 miliar di pasar reguler dalam sebulan. Saham BBCA naik 2,45% dalam periode yang sama.
BBCA juga membukukan kinerja keuangan yang positif. Sepanjang semester pertama tahun ini, perusahaan membukukan kenaikan laba bersih 34% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 24,2 triliun.
Perfoma positif didorong oleh kenaikan volume kredit, perbaikan kualitas pinjaman, serta peningkatan volume transaksi dan pendanaan.
Hingga Juni 2023, kredit konsumer menjadi segmen dengan pertumbuhan kredit tertinggi, diikuti oleh kredit komersial dan UKM. Peningkatan kredit konsumer ditopang oleh KPR yang tumbuh 12,0% YoY menjadi Rp114,6 triliun, serta KKB yang naik 19,2% YoY menjadi Rp51,4 triliun.
Saldo outstanding kartu kredit juga tumbuh 15,4% YoY menjadi Rp14,6 triliun, sehingga total portofolio kredit konsumer naik 13,9% YoY menjadi Rp183,9 triliun. Sementara itu, kredit komersial dan UKM tumbuh 10,9% YoY mencapai Rp219,2 trilliun.
Kredit korporasi juga naik 5,1% YoY mencapai Rp326,0 triliun. Secara keseluruhan, total kredit BCA naik 9,0% YoY menjadi Rp735,9 triliun di Juni 2023.
Penyaluran kredit ke sektor-sektor berkelanjutan naik 6,9% YoY mencapai Rp181,2 triliun di Juni 2023, berkontribusi hingga 24,3% terhadap total portofolio pembiayaan BCA.
CNBC INDONESIA RESEARCH