PT BESTPROFIT FUTURES JAMBI, Jakarta - Harga emas turun pada perdagangan Senin (Selasa waktu Jakarta) karena harapan pemulihan ekonomi yang cepat menyusul data pekerjaan dan sektor jasa Amerika Serikat (AS) yang kuat mendukung kenaikan di Wall Street. Meskipun pelemahan dolar AS membatasi penurunan logam mulia.
Dikutip dari CNBC, Selasa (6/4/2021), harga emas di pasar spot turun 0,1 persen menjadi USD 1.727,64 per ounce pada 14:34. ET. Sedangkan harga emas berjangka AS menetap sedikit berubah pada USD 1.728,80.
Indeks saham S&P 500 dan Dow mencapai rekor tertinggi pada data yang menunjukkan ekonomi AS menciptakan lapangan kerja terbanyak dalam tujuh bulan di bulan Maret. Sementara itu, ukuran aktivitas industri jasa melonjak ke rekor tertinggi.
Dolar mencapai titik terendah lebih dari satu minggu, membuat harga emas batangan lebih murah bagi pemegang mata uang lain dan membatasi kerugian emas. BEST PROFIT
Sementara itu, pengumuman Presiden AS Joe Biden tentang rencana kerja USD 2 triliun-plus yang telah lama ditunggu-tunggu minggu lalu telah memicu kekhawatiran tentang inflasi.
"Stimulus bersifat inflasi dan berpotensi bullish untuk emas dalam jangka panjang, dan juga perak, tetapi pada jangka pendek, pedagang fokus pada aspek ekonomi positif dari paket stimulus," kata Analis Senior Kitco Metals, Jim Wyckoff. BESTPROFIT
Di radar investor adalah risalah dari pertemuan kebijakan terakhir Federal Reserve pada hari Rabu.
"Sejauh ini, The Fed cukup berkomitmen untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah hingga akhir 2023, tetapi jika inflasi meningkat ... maka mereka akan mencapai tujuan jangka panjang lebih cepat dari yang diharapkan," kata Jigar Trivedi, Analis Komoditas di Mumbai-broker Saham Anand Rathi. PT BESTPROFIT FUTURES
"Jika itu terjadi, kita akan melihat kenaikan suku bunga dan itu akan berdampak negatif pada harga emas," lanjut dia.
Sementara itu, harga perak turun 1 persen menjadi USD 24,73 per ounce, dan paladium turun 0,3 persen menjadi USD 2.658,25.
Selain harga emas, harga Platinum turun 0,3 persen menjadi USD 1.206.28 per ounce setelah mencapai level tertinggi sejak 18 Maret di awal sesi di USD 1.218.
Setelah awal tahun terburuk dalam hampir empat dekade dan kinerja kuartal terburuk dalam lebih dari empat tahun, harga emas memulai kuartal II (Q2) 2021 dengan catatan yang lebih baik. Harga emas pun diprediksi memiliki peluang yang lebih baik untuk kuartal II (Q2) 2021.
"Harga emas telah turun ke awal terburuk dalam 39 tahun, turun sebesar 10 persen yaitu USD 190 pada kuartal pertama. Ini juga merupakan performa harga paling negatif di setiap kuartal sejak kuartal empat 2016," kata analis Commerzbank, Daniel Briesemann, seperti dikutip dari Kitco pada Senin (5/4/2021).
Terlepas dari hal tersebut, kenaikan harga emas didorong oleh seberapa baik logam mulia tersebut dapat pulih setelah turun di bawah USD 1.680 per ounce pada pekan ini. Harga emas kini mengalami kenaikan, tapi belum ada katalis jelas untuk pergerakan signifikan yang lebih tinggi.
"Kita berada di bawah USD 1.680, saat ini kita ada di mode pemulihan - di atas USD 1.728. Saya tidak melihat katalis besar untuk naik pada tahap ini. Untuk saat ini, kita terikat dalam range bound," tutur pimpinan strategi global TD Securities, Bart Melek kepada Kitco News.
Harga emas masih terus terkait dengan imbal hasil, artinya ketika imbal hasil US Treasury 10-tahun naik, emas turun dan sebaliknya. BPF
Lebih dari itu, kata Melek, dolar AS tetap menjadi satu-satunya masalah utama bagi harga emas. Menurutnya, dolar AS saat ini menjadi sorotan utama, begitu pula dengan ekonomi AS.
"Eropa terkunci sementara AS dapat divaksinasi penuh pada Mei. Ini mengapa pasar AS akan bekerja cukup baik. Ditambah, kita mendapatkan komitmen signifikan untuk membelanjakan lebih banyak untuk infrastruktur. Penghasilan dan yang lainnya akan baik-baik saja," katanya.
Harga emas perlu melihat seluruh dunia pulih dibandingkan dengan Amerika Serikat (AS), yang akan memicu pembalikan dolar AS. "Saya sedikit lebih optimis tentang Q2, tapi emas tidak akan menemukan daya tariknya sampai akhir tahun ini," tuturnya.
Dari perspektif teknis, emas terlihat membaik. Melek mengatakan ia masih melihat emas bisa mencapai USD 1.900 pada akhir tahun karena inflasi meningkat.
"Ada potensi signifikan untuk naik. Fed terus mengatakan bahwa tekanan harga tahun ini bersifat sementara. Itu tidak berarti pasar mempercayai mereka. Jika demikian, harga emas dalam kondisi jauh lebih baik," sambungnya.
Sumber : Liputan6.com